2. Malam Sialan.

6.8K 392 4
                                    

"Lan, itu pisang goreng nya gosong. Cepet angkat!" seru Wisma-ibu Alana. Alana masih bengong sambil menatap keluar jendela dapur, memikirkan kejadian saat di gudang. Entah majic dari mana, dia berani menendang perut Nio dengan lutut nya dan mendorong cowok itu sampai terjatuh di lantai gudang. Alana juga memikirkan bagaimana cara nya membatalkan perjanjian itu? Hal ini sungguh menguras pikiran dan tenaga nya.

"Alana!" teriak Wisma, beliau langsung mengangkat pisang goreng di wajan yang sudah gosong. Alana terpelonjak, aduh! Kok bisa gosong?!

"Bu, maafin Alana bu. Pisang goreng nya jadi gosong"

Wisma menarik nafas panjang, "kamu mikirin apa sih? Sampe gosong kayak gini?"

Alana hanya menggeleng, "nggak mikirin apa-apa bu, Alana cuma kangen ayah" alibi nya. Sedikit info, Ayah Alana saja sudah meninggalkan Wisma-ibu nya saat beliau sedang mengandung Arya-adik nya yang kini berusia 8 tahun dan diri nya saat berusia masih 9 tahun. Dia pergi dengan  perempuan lain yang kaya dan cantik. Dunia ini memang kejam. Dimana yang berparas good dan ber-uang banyak yang di puja. Sedangkan yang tidak punya di buang begitu saja. Semenjak ayah nya pergi, Wisma lah yang menjadi ibu sekaligus ayah untuk Alana dan Arya. Meski begitu Wisma selalu menasihati kedua anak nya untuk tidak membenci sang ayah.

Wisma tersenyum tipis sambil mengusap rambut Alana, "nggak apa-apa, tidak perlu di pikirkan Lan. Itu pisang goreng yang gosong di-"

"Alana makan aja bu, pahit-pahit gurih nggak apa-apa kok dari pada di buang" potong Alana cepat, dia langsung mengambil wadah untuk tumpuan pisang goreng nya.

"UHUK, UHUK" terdengar Arya yang sedang batuk-batuk, sangat keras sampai terdengar ke dapur.

"Bu, batuk nya Arya bukan nya sembuh tapi semakin hari kenapa semakin parah?" tanya Alana, ini adalah hal yang tidak wajar.

"Ibu ju-"

"BU!! BATUK ARYA BERDARAH!!"

***

Alana berjalan lesu, dia harus mencari pekerjaan paruh waktu untuk biaya berobat Arya-adik nya. Dia nggak bisa hanya diam dan menyaksikan ibu nya banting tulang sendiri.

"Anak ibu menderita kanker stadium awal, batuk nya berkelanjutan sampai berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak itu gejala-gejala nya. Arya bisa sembuh jika di lakukan operasi sekarang"

Alana mengusap air mata nya yang membanjiri pipi nya, apalagi mengingat Wisma menangis histeris di rumah sakit membuat hati Alana berasa di cabik-cabik. Operasi? Biaya pasti sangat mahal, lalu dari mana dia uang? Alana harus cari kerjaan paruh waktu.

Gadis itu terus berjalan menyusuri jalanan kota, tiba-tiba ada 3 orang pria asing yang menghadang jalan nya, "hai neng cantik mau kemana?" tanya salah satu pria itu,

"Permisi bang," Alana akan melangkah tapi lengan nya di tarik kasar oleh salah satu dari mereka. "Lepas! Kalian mau apa?" nada suara Alana meninggi, membuat ketiga preman itu menggeram.

"SERAHIN DUIT LO!!"

Duit? Alana tidak memegang sepeser uang pun, bahkan seribu rupiah saja dia tidak bawa. "Saya nggak punya uang bang," kata nya apa adanya.

"Argh!! Bacot lo!" Kedua preman mencengkeram Alana kuat, yang satu nya mencari dompet cewek itu. "LEPAS!! DASAR KURANG AJAR!!" Alana berteriak sambil memberontak.

BUGH!!

Seorang cowok memakai helm hitam full face dengan pakaian serba hitam-celana hitam, kaus hitam, jaket pun hitam. Entah siapa, Alana tidak mengenalnya. Cowok itu memukuli ketiga nya dengan bringas, seolah berkelahi sudah menjadi makanan dan mainan nya.

ARSENIO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang