"Udah selesai, udah selesai, sudah selesai! Sekarang berangkat!" Alana meraih ransel nya setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Gadis itu melangkah keluar dengan senyuman yang terus mengembang, kemarin malam adalah malam terindah yang pernah ia rasakan.
Ceklek.
"Hay"
Alana terlonjak kaget ketika melihat Arsenio sudah berdiri di depan pintu rumah nya sepagi ini. Laki-laki berseragam SMA yang terbalut berjaket kulit itu langsung menarik gadis di depan nya kemudian memeluk nya erat. Alana membalas pelukan tersebut, meskipun udara pagi ini terasa dingin namun pelukan Arsenio terasa hangat.
"Kok kamu disini?" tanya Alana masih dalam pelukan Arsenio.
"Gue mau jemput pacar gue lah"
"Pacar? Siapa ya kok lupa?"
Arsenio merenggangkan pelukan nya, dia tersenyum sambil menatap hangat gadis di depan nya, "lupa? Beneran lupa? Oke, gue ingetin"
Cowok itu menarik pinggang Alana mendekat kepada nya. Arsenio memiringkan kepala nya, mendekatkan wajah nya pada wajah Alana yang masih menatap bingung diri nya. Dan..
Cup!
Kedua mata Alana membulat sempurna, jantung nya berdebar tak karuan. Kejadian singkat itu terjadi begitu cepat. Dia merasa seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan dalam perut nya. Kedua pipi Alana langsung memanas saat itu juga, terlebih di pipi sebelah kanan yang baru saja mendapat kecupan hangat dari Arsenio.
Arsenio tersenyum geli, cowok itu mengusap lembut pipi kanan Alana, "gimana sayang udah ingat, hm?"
Alana mengerjapkan mata nya beberapa kali, beberapa detik kemudian gadis itu tersadar, "ka-kamu cium aku?"
"Iya. Kenapa? Mau nambah?" goda laki-laki itu.
Alana langsung mencubit pipi Arsenio. "Dasar genit! Lain kali nggak boleh gitu, kalo ada yang lihat gimana?"
"Oh, jadi kalo gak ada yang liat, gak apa-apa?"
"Ya itu malah nggak boleh, macan genit!"
Arsenio tertawa kecil, dia kemudian kembali memeluk Alana, mengusap lembut rambut yang sudah terikat menjadi satu milik gadis itu, "maaf sayang"
Alana tersenyum malu sambil terus mengelus punggung Arsenio, "iya nggak apa-apa"
"Janji bakal di ulangi lagi"
"Nggak boleh gitu igh!" Alana berusaha melepas pelukan Arsenio, namun cowok itu malah mempererat pelukan nya.
"Gak, gak jangan di lepas sekarang. Gue masih kangen lo, kucing"
Alana tersipu, dia membenamkan wajah nya di bahu Arsenio, "aku juga macan"
***
"Pelajaran hari ini saya akhiri, sampai ketemu di pertemuan depan" Bu Abri berjalan keluar kelas. Para siswa-siswi bersorak senang, karena pelajaran paling gabut telah selesai, apalagi kalau bukan Fisika. Ban menggelinding di hitung, apel jatuh di hitung, benar-benar sangat gabut.
Namun, sorakan itu tak berlangsung lama. Karena seorang cowok masuk ke kelas 11 IPA 1 tanpa permisi. Laki-laki dengan kancing seragam yang terbuka dua menampilkan kaus hitam nya, bukan hanya itu kemeja seragam nya pun keluar dari celana. Dia Arsenio, langsung menghampiri Alana yang duduk di bangkunya. Seluruh tatapan mata tertuju pada kedua nya.
"Makan bareng yuk, sayang"
Seisi kelas langsung melongo mendengar ucapan Arsenio barusan. Beberapa siswi bisik-bisik, ada juga yang menggeleng kagum, mereka menatap tidak percaya kepada Alana. Banyak peetanyaan yang bersarang di pikiran mereka masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Teen FictionArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...