Sebelum membaca ini, siapin hati aja.
Karna aku sendiri mencoba tabah./ ilih-ilih alay bnget aku.Sesuai janji aku, Alana masih hidup dan Arsenio...baca sendiri.🙃
Happy Reading.
***
Genap lima bulan, setelah operasi itu Alana resmi mengalami koma, karena keajaiban Tuhan gadis itu masih bertahan hidup sampai sekarang. Diana-mama Albara yang menjaga Alana dan merawat nya, selain Diana, Arsenio, Albara, dan Liana pun ikut membantu menjaga ketika malam tiba.
Malam itu, hanya Arsenio yang menjaga di ruangan Alana. Seperti malam-malam sebelum nya, gadis itu belum sadarkan diri. Ia masih terbaring dengan muka pucat. Kondisi Alana juga sudah stabil dari satu bulan yang lalu.
Arsenio tak berhenti menatap wajah gadis itu dengan sendu, satu tangan nya masih setia mengelus rambut Alana. "Kapan bangun? Gue udah kangen sama lo. Gue pingin peluk lo, Lan. Tapi alat-alat medis sialan ini menjadi penghalang"
"Gue udah lulus Lan. Lima bulan tanpa lo, rasanya berat banget. Gue kangen lo Lan, gue kangen banget sama lo"
Mata Arsenio memanas, "andai dulu gue tau kalo mimisan lo itu gak biasa, pasti lo gak akan kayak gini sekarang"
"Andai dari awal gue tau lo ngidap penyakit ini, gue gak bakal biarin lo nenangin diri. Karna disaat lo sendiri, otak lo pasti banyak bekerja mikirin gue. Apalagi saat gue sama Dinda, bukan hanya otak, gue yakin hati lo juga hancur" jeda sebentar, Arsenio menarik nafas panjang lalu membuang nya.
"Tapi nyata nya, gue butuh Dinda, sebagai sahabat, Lan. Di saat gue berada di titik terendah, hanya dia yang bisa bantu gue"
"Tapi perasaan gue hanya buat lo, gak ada sedikit pun sisa untuk orang lain, termasuk Dinda"
"Lo mengakhiri hubungan ini, menjauh, dan berusaha buat gue benci lo. Hanya untuk menjaga gue agar gak merasakan sakit nya kehilangan" Arsenio mengusap air mata nya, lalu kembali berkata..
"Sama Lan. Tapi cara kita yang beda"
"Sekeras apapun usaha kita untuk saling menjaga, semuanya akan berakhir sia-sia dan berujung duka" tangis Arsenio semakin deras, tanpa isakan.
Laki-laki itu menutup mata nya, merasakan perih yang menjalar di dada nya. Detik berikut nya, laki-laki itu membuka mata. "Gue harap, lo gak akan pernah ingat gue lagi. Semoga lo mengalami amnesia permanen"
"Seharusnya gue ikutin saran Dinda waktu itu, nyakitin lo dan buat lo benci sama gue. Sama seperti lo melakukan semua ini. Tapi apalah daya, cinta di hati gue cukup besar buat lo. Bahkan gue gak bisa berpikir jernih"
Arsenio membenamkan kepalanya di bahu Alana, dan menangis hebat di sana. Beberapa detik selanjutnya, Arsenio kembali mengangkat kepala nya. Menatap lekat wajah Alana kemudian mengelus pipi gadis itu dengan lembut.
"Tubuh gue rusak, Lan"
"Gue punya dua penyakit, dan keduanya ganas. Kangker paru-paru dan gagal ginjal. Itu rahasia terbesar gue, yang gue tutupin dari lo semua"
"Gue yakin Lan, umur gue gak akan lama lagi karena dua penyakit ini sudah sangat parah"
"Andai dahulu gue tau akan ada lo di hidup gue. Gue gak akan repot-repot merusak tubuh gue dengan merokok dan minum-minuman bersoda bahkan beralkohol. Lo tau sendiri kehidupan gue di masa lalu, sangat menyedihkan. Gue hampir bunuh diri, Lan. Namun, lo tiba-tiba masuk dan merubah segala nya"
"Gak bisa di pungkiri, gue sayang banget sama lo Lan. Gue cinta banget sama lo. Gue gak mau kehilangan lo, dan itu artinya gue yang harus menghilang" Arsenio berdiri, wajah cowok itu benar-benar pucat. Laki-laki itu mengecup lama kening dan pipi Alana.
Langkah nya meninggalkan Alana terasa sangat berat, apalagi meninggalkan gadis itu di saat dia tengah terbaring koma seperti ini. Setelah menjauh kan bibir nya dari pipi Alana, Arsenio masih memandang gadis itu, lekat. Seolah tidak mau pergi dan tidak akan pergi. Namun, apalah daya, Tuhan tidak mengizinkan mereka bersama.
Air mata Arsenio semakin deras, kedua mata nya memerah saat ini. "Cepat sembuh ya, sayang. Maaf, aku harus pergi. Aku sayang kamu" lirihnya dengan suara bergetar.
"Tugas aku di sini udah selesai, udah nggak ada lagi yang benci dan mencoba mencelakai kamu, karena mereka sudah berada di sel penjara. Aku yakin, Albara bisa jaga kamu Lan"
Arsenio mengambil secarik kertas berisi tulisan dan sebuah boneka macan milik Alana yang tertinggal di rumah nya beberapa bulan yang lalu. Ia meletakkan boneka dan secarik kertas di nakas sebelah kanan blankar Alana.
"Aku pamit, Lan. Aku sayang kamu" Arsenio meremas dada nya, rasa sakit menjalar di sana. Bukan hanya di dada, pinggang kiri nya pun terasa sakit.
Dinda yang berdiri di ambang pintu membekap mulut nya sendiri, ia tidak tahan menahan tangisan nya sejak tadi. Dia sadar, cinta Arsenio hanya untuk Alana. Dan memang cinta itu tidak bisa di paksa. Tangisan nya sekarang bukan hanya untuk Arsenio dan diri nya, tetapi juga untuk Alana.
Dinda berusaha menarik Arsenio dari Alana agar tidak menyakiti gadis itu. Seperti yang dia bilang, semakin Arsenio menoreh momen manis, semakin pedih pula sakit yang akan di rasakan Alana di masa depan. Dinda tau yang sebenarnya, dia pun sama merasa sakit.
Melihat Arsenio yang hampir tumbang, Dinda menopang tubuh sahabat nya itu. Dia menatap sendu Alana yang belum sadarkan diri, "kita pergi ya Lan. Jaga diri baik-baik, meski Arsenio sudah tidak ada di samping lo. Semoga lo tetap bahagia"
"Cepet Din! Sakit banget!" ringis Arsenio.
"Semua urusan lo udah selesai kan?"
"Udah"
Dinda mengangguk, dia dan Arsenio pergi meninggalkan ruangan di mana Alana berbaring sekarang. Arsenio menangis dalam diam, pikiran dan hati nya tertuju pada Alana, bahkan rasa sakit di tubuh nya menjadi mati rasa karena gadis itu.
Maafin aku Lan, aku harus pergi.
***
SPOILER PART 58.
Kesempatan gue dapetin Alana, semakin lebar.
![](https://img.wattpad.com/cover/285872669-288-k141539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Ficção AdolescenteArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...