Alana buru-buru menyiapkan sarapan untuk Arya dan Wisma-ibu nya. Ia baru saja di antar pulang Arsenio pukul 3 pagi. Tadi malam ia menghubungi Wisma melalui ponsel Alana, bahwa putri nya ada jam lembur di cafe dan baru pulang pukul 3 pagi.
"Inget ya! Jam 6 pagi ke markas! Pr gue numpuk! Awas kalo sampai telat!" Kata-kata Arsenio masih terngiang di telinga nya. Cowok itu sangat menyebalkan, tapi dia juga baik. Alana dengan cepat menyelesaikan semua nya sebelum ibu dan Arya bangun. Ia tidak ingin Wisma melihat luka di wajah nya.
"Alana"
Aktivitas Alana terhenti saat mendengar Wisma memanggil nya, ia tidak mau ibu nya melihat luka di wajah nya. Tapi bagaimana caranya?
"Lan, kamu udah pulang? Kenapa nggak istirahat saja, kata nya lembur?" Wisma semakin mendekat, Alana mencengkeram kuat gagang spatula, panik.
Wisma menyentuh pundak putri nya, "Alana kamu nggak apa-apa kan?"
"Alana ng-nggak apa-apa kok bu," perlahan gadis itu menoleh ke belakang, Wisma langsung terkejut saat melihat lebam di wajah Alana.
Wanita itu menyentuh lebam yang masih nampak di wajah putri nya, "ini kenapa Lan?"
"A-aku..a-aku ha-habis jatuh, iya, habis jatuh bu. Ibu nggak perlu khawatir, udah aku obatin kok" karang Alana, gugup. Wisma mengangguk, Alana bernafas lega. Karena ibu nya percaya apa yang ia katakan. Maafin Alana ya bu, aku bohong. Batin Alana.
"Iya sudah, kamu istirahat saja. Biar ibu yang lanjutkan"
"Bu, kurang enam hari lagi, Alana kan olimpiade. Pagi ini Alana mau belajar bareng, boleh kan?"
"Boleh, nanti pulang nya jangan kemalaman ya,"
***
05.40
Alana selesai mengikat rambut nya, dia tersenyum melihat Pino-kucing nya masih tertidur di atas kasur tipis nya, satu spasies dengan macsn galak. Gadis itu kemudian mengambil totebag nya lalu memasukkan beberapa buku matematika kedalam nya.
Setelah selesai berpamitan pada ibu nya, Alana keluar dari rumah. Dia dikejutkan dengan seorang cowok yang berdiri dengan punggung bersandar di tembok, sambil bersedekap dada. "Kamu pagi-pagi kok ud-"
"Kenapa nggak boleh?" sela Arsenio cepat, membuat Alana berdecak kesal kemudian menutup pintu rumah nya. Supaya suara Arsenio tidak masuk kedalam rumah.
"Kam-"
"Gue nggak suka nunggu, maka nya gue jemput" sela nya lagi. Satu tangan Arsenio menyentuh pundak kanan Alana, dia mengikis jarak. Alana mendongak, memandang cowok di depan nya, jantung nya berdegup kencang. Mau apa dia?
Arsenio merogoh saku celana nya, dia mengambil sebuah masker. Ia memasangkan nya di wajah Alana, sedangkan gadis itu masih mematung di tempat. "Ka-kamu ma-mau-"
"Diam!" Arsenio menarik ikat rambut Alana sehingga rambut gadis itu tergerai indah, Alana sangat terkejut. Dia mencoba merebut kembali ikat rambut nya dari Arsenio. Namun cowok itu dengan cepat memakukkan dalam saku celana nya.
"Balikin kak, resek banget sih"
Arsenio tersenyum, dia menata rambut Alana dengan tangan nya. "Lo cantik kalo rambut lo nggak di ikat" kata Arsenio, membuat pipi Alana bersemu merah.
"Tapi sayang nya, gue nggak suka" imbuh Arsenio, tersenyum miring. Sangat menyebalkan!
Alana kesal setengah mampus, "dasar macan menyebalkan! Cepetan balikin ikat rambut aku!"
"Nggak!" Arsenio memarik tangan gadis itu memuju motor nya. Memaksanya naik kemudian melesat ke tempat tujuan.
***
"Lan, olimpiade tinggal enam hari lagi. Lo jaga kesehatan" kata Adit, mengingatkan. Cowok itu fokus pasa buku cetak Fisika nya. Hari ini markas sepi, hanya tersisa 5 cowok-Arsenio, Adit, Axel, Guntur dan Andro.
"Tau! Lo yang sakit, gue yang repot!" damprat Arsen.
"Iya, iya kak, maaf" ucap Alana, masih sibuk dengan buku PR Arsenio. Sedangkan yang punya PR hanya duduk santai sambil menyesap rokok nya. Sangat tidak bertanggung jawab.
Guntur berlari cepat masuk kedalam markas menghampiri Arsenio, "Sen! Opah lo kesini!" ujar nya.
Seperti tersambar petir di siang bolong, Arsenio langsung duduk di sebelah Alana, cowok itu mengambil buku dan bulpen dari tangan Alana dengan cepat. "Pura-pura ajarin gue! Awas lo!"
Axel, Andro, dan Guntur langsung mengambil buku masing-masing, pura-pura membaca. Devan memasuki markas, beliau tersenyum senang melihat cucu nya belajar bersama Alana juga teman-teman nya. "Xel, itu buku kamu kebalik, mana bisa kamu baca dengan posisi seperti itu?"
Andro tertawa keras, sambil memegangi perut nya, "ya emang gitu opah, si Axel punya kekuatan super. Membaca buku terbalik" kata nya ngawur, diikuti tawa yang lain nya. Kecuali Axel pasti nya. Cowok itu menatap Andro tajam, dasar kawan lucknut!.
"Ana, gimana perkembangan Nio?" tanya Devan pada Alana, to the poin. Sedangkan yang di tanya masih melongo.
"Per-" ucapan Alana terhenti saat merasakan Arsenio meremas jari tangan nya. Gadis itu kemudian menoleh ke samping, cowok itu menatap nya dengan tatapan membunuh. Mengerikan!
Alana kembali menatap kakek Arsenio, "per-perkembangan kak Nio, alhamdulillah baik kok, opah" dusta nya, terpaksa.
***
"Cukup sekian, anak-anak. Ingat ya kalian harus kompak dalam olimpiade lima hari lagi, jaga kesehatan juga. Pertemuan hari ini kita akhiri dengan doa"
Setelah selesai berdoa, Alana membereskan buku-buku nya. Bel istirahat sudah berbunyi nyaring. Ia ingin segera cepat-cepat memakan bekal nya, Wisma hari ini masak ayam kecap-menu makanan tang tidak bisa Alana makan setiap hari. Ia makan ayam cuma sebulan sekali.
"Lan, makan di kantin bareng yuk" ajak Aggam, Alana mendongak, rencana Alana adalah makan bareng Liana juga Disty. Tapi jika menolak, Alana takut menyinggung perasaan Aggam
"Lan, kok bengong" Aggam mengibaskan tangan nya di depan wajah Alana. Lamunan gadis itu pun buyar.
"A-aku-"
"Dia makan sama gue! Mending lo ke kantin sendiri!" Sela seorang cowok. Alana menatap nya terkejut, ngapain dia di perpustakaan?
"Gue yang ajak dia duluan!" Seloroh Aggam. Kedua cowok itu saling menatap sengit. Alana langsung berdiri, mencoba melerai kedua nya. Mengingat mereka sedang di perpustakaan.
"Diem Lan!" Arsenio merangkul pundak Alana, mengunci pergerakan gadis itu seluruh pandangan orang-orang di perpustakaan menyaksikan ketiga nya. Arsenio tidak perduli itu, "lo, nggak punya hak atas dia! Jauhi Alana! Dia milik gue!" ujar Arsenio lantang, seluruh penonton menganga. Banyak pertanyaan yang timbul di pikiran masing-masing. Apakah Alana pacaran? Apakah Alana pacaran?
"Lo nggak berhak ngatur-ngatur! Emang Alana pacar lo?"
"Kalo benar Alana pacar gue kenapa?! Masalah buat lo?! Kalo iya, ngomong sekarang!" Arsenio menarik kasar kerah seragam Aggam. Bisik, bisik tetangga pun mulai terdengar.
Apa iya Arsenio demen sama si miskin?
Enak banget jadi Alana, direbutin dua cowok populer di SMA Bintang! Gue mau juga, keles!
"Udah, udah kak, ini perpustakaan" Alana melerai keduanya, "maaf ya kak Aggam, kayak nya aku nggak bisa deh makan bareng kamu" ucap Alana pada Aggam, berharap cowok itu bisa mengerti keadaan.
"Iya udah nggak apa-apa Lan, lain kali aja" kata Aggam membuat Alana melotot, sedangkan Arsenio sudah menggeram marah. Dia lalu melayangkan pukulan nya tepat di pelipis Aggam.
BUGH!!
Suasana menegang, semua nya berteriak histeris. Aggam tersungkur di lantai perpustakaan. Bahkan ibu penjaga perpus saja tidak berani melerai kedua nya.
"NGGAK ADA KESEMPATAN!! JAUHI ALANA! DASAR LAMBE LAMIS!!" Arsenio langsung menarik Alana keluar dari perpustakaan. Sifat Aggam memang seperti itu, dari dulu, Arsenio sangat mengenal kebusukan cowok genius tersebut.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Teen FictionArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...