26. Awal Mula Teror.

3.5K 254 5
                                    

"Makasih ya kak" Alana melempar senyum pada Arsenio. Ternyata laki-laki berhoodie hitam itu adalah Arsenio. Jika Alana tau dari awal, pasti tidak akan ada rasa was-was. Emang jalan pikiran Arsenio susah di tebak.

"Hm"

"Jadi kamu bolos sekolah karena ngikutin aku?"

"Hm"

"Seharusnya kamu nggak boleh bolos kak, udah kelas 12 juga kan?"

"Hm"

"Ck! Jawab apa kek selain 'hm', ngeselin!" decak Alana, dia memilih menatap ke luar jendela mobil. Tadi Arsenio memaksa Alana untuk pulang dengan nya. Terpaksa Alana menghubungi bu Airin dan meminta maaf.

Drtt..Drtt..

Alana menarik tombol hijau di layar ponsel nya. "Iya, halo Li. Kenapa Li?"

"Lan! Ibu lo kecelakaan Lan! Tante Wisma tidak mau ke rumah sakit! Beliau nunggu lo sekarang!"

"A-apa?!" Mata Alana memanas, seperti di tusuk belati. Mendengar berita itu, kemarin Arya yang kecelakaan sekarang Wisma, besok siapa lagi? Satu kedipan, berhasil membuat air matanya tumpah.

"Pulang sekrang Lan!"

***

"IBU!!" Alana turun dari mobil Arsenio, sudah banyak orang yang mengerumuni rumah nya. Yang tidak lain adalah tetangga nya. Alana langsung masuk ke dalam rumah dan menemui ibu nya.

"I-ibu.." suara Alana melemah ketika melihat ibu nya sudah bersimbah darah. Gadis itu langsung terisak dalam, dia duduk di pinggir kasur Wisma kemudian menggenggam erat tangan kanan ibu nya.

"Bu..kita ke rumah sakit ya bu...? I-ibu harus sembuh bu..hiks.."

Wisma membuka mata nya yang terpejam, senyuman di bibirnya terbit kala melihat Alana. "Nggak perlu Lan, ibu titip Arya ya nak? Ibu yakin kamu bisa.."

Alana menggeleng, "i-ibu nggak boleh ngomong gitu, A-Alana menang lomba itu bu..kita akan sukses nanti..Alana ingin ketika Alana sukses nanti.." gadis itu menarik nafas dalam-dalam, sebelum melanjutkan perkataan nya, "ibu dan Arya masih di samping Alana..."

"Ma-maaf nak"

Arsenio yang berdiri di pojok ruangan memilih memandang ke arah lain. Kedua mata laki-laki itu berkaca-kaca, dia pernah di posisi Alana saat ini. Sekilas masa lalu kembali tetlintas di ingatan nya.

"Mama! Jangan tinggalin Nio, mama!"

"Nio sama siapa ma? Papa udah nggak perduli lagi sama Nio! Dia lebih memilih anak kesayangan nya dari pada Nio!"

"Nio takut ma, kalo dipukuli lagi sama papa. Nanti siapa yang nolongin Nio? Mama!!" Arsenio kecil mengguncang tubuh Puspitasari-mama nya yang sudah bersimbah darah karena kecelakaan yang menimpa nya. Anak laki-laki itu menangis kencang, memang dia tidak punya siapa-siapa lagi selain mama nya.

"Maafin mama, ya Nio. Mama harus pergi, nak. Kamu sama kakek ya, Nio jangan nakal-nakal. Ma-ma minta maaf ya, nak"

"Maaf mulu! Nio benci mama minta maaf terus! Nio benci kata maaf!! Pokok nya Nio nggak mau tahu! Mama nggak boleh pergi!!" teriak Arsenio kecil, dia sudah menangis sejadi-jadi nya.

"Maafin mama, ya Nio. Mama sayang kamu, nak" perlahan mata Sari-mama Arsenio mulai tertutup. Dia telah menghembuskan nafas terakhir nya.

ARSENIO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang