36. Hutan, Hujan, dan Peluk.

3.7K 249 12
                                    

Hujan tak kunjung reda, Arsenio dan Alana meneduh di gubuk yang baru saja mereka temui. Kedua nya duduk di tanah beralaskan daun. Mereka sama-sama kedinginan, karena pakaian yang di kenakan basah kuyup.

Alana sedari tadi sibuk mengobati luka di telapak tangan Arsenio akibat gesekan dengan tali. Beruntung dalam tas nya ada obat merah juga kapas. Sedangkan Arsenio hanya diam sambil menatap wajah gadis itu dari samping, senter nya sedari tadi menyala untuk memberikan penerangan.

"Shh..perih Lan" ringis laki-laki itu.

Huftt..huftt..

Alana meniup tangan Arsenio dengan lembut. Cowok itu tersenyum tipis, Alana sangat perduli pada nya.

"Masih perih kak?"

"Lumayan" jawab nya. Gadis itu mengambil kain dalam tas nya, dia menggunting kain itu secukupnya untuk perban tangan Arsenio. Dengan cekatan Alana memperban luka itu.

"Maaf kak, gara-gara aku, kamu terluka"

"Lo juga terluka Lan, sini kapas nya" Arsenio mengambil kapas dari tangan Alana juga obat merah nya. Dia mengarahkan wajah gadis itu ke hadapan nya. Rahang Arsenio mengeras, melihat wajah gadis dihadapannya lebam dan berdarah.

Alana meringis saat tetesan obat merah mengenai luka di dahi nya akibat dibenturkan Alex di pohon. Gadis itu meremas tangan nya yang saling bertautan. Alana memejamkan kedua mata nya, tanpa sadar satu bulir air mata keluar di sudut mata gadis itu.

Arsenio mengusap air mata Alana dengan ibu jari nya, "ngomong sama gue, siapa yang bikin lo kayak gini Lan?"

Alana membuka mata nya, dia menatap tepat di kedua mata Arsenio, "A-Alex kak" jawab Alana dengan bibir bergetar, menahan sakit.

"Shit!" Arsenio menutup obat merah nya, dia mengambil handsaplas dan menutup luka di dahi gadis itu. Arsenio melepas kemeja nya yang sudah robek, kini hanya menyisakan kaus oblong putih yang melekat di tubuh nya. Dia membasahi kemeja itu dengan air hujan yang dingin, lalu mengompres lebam di wajah Alana.

"Sshh.." ringis Alana.

"Sorry, sorry. Sini maju sedikit" Arsenio meneliti setiap inci wajah Alana, kedua sudut bibir nya terangkat membentuk lengkungan kecil. Cantik, pikir nya.

"Kak"

"Hm?"

"Makasih ya"

"Ck! Lo udah 20 kali bilang makasih, makasih, makasih. Gak capek?"

Alana menggeleng sambil nyengir, "enggak, hehe"

Beberapa detik kemudian, Arsenio selesai mengompres lebam di wajah Alana. Mereka sama-sama bersandar pada kayu di belakang nya. Suasana berubah hening, kedua nya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Lan menurut lo, anak haram kayak gue emang pantes di benci?" tanya Arsenio tiba-tiba. "Bokap gue selalu bilang, kalo gue gak guna dan pantes mati. Bener?" tanya nya lagi.

Alana mengusap lengan kanan laki-laki di sebelah nya, "nggak boleh ngomong gitu kak, setiap anak yang lahir di dunia ini dalam keadaan suci. Mereka tidak bisa memilih harus lahir dari rahim siapa, termasuk kamu. Ini bukan salah kamu, ini sudah takdir dari Allah" jawab gadis itu sambil tersenyum lembut.

"Lo gak jijik sama gue? Selain anak haram, gue juga berandalan, cowok nakal"

"Seburuk-buruk nya kamu, pasti masih ada kebaikan di sini. Jadi kamu jangan merasa begitu, masih banyak orang yang butuh kamu, opah kamu, teman-teman kamu, dan yang lain nya" ujar Alana, dia tidak sadar jari telunjuk nya menempel di dada bidang laki-laki itu.

ARSENIO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang