"Gimana kaki lo, masih sakit?"
Dinda mengangguk, "sakit Sen, lo bisa pijat kaki gue gak?"
Arsenio berdecak sambil menatap kaki Dinda yang bengkak karena keseleo, "panggil tukang urut aja Din, gue masih ada urusan soal nya"
"Lo tega ninggalin gue? Gue sakit Sen"
"Cuma keseleo doang, lo jangan lebay! Udah gue panggilin tukang urut. Lagian gue juga gak bisa ngurut, Din" Arsenio mengambil ponsel nya di saku celana lalu menelpon tukang urut langganan nya.
Tut..tut..
"Lo sekarang berubah ya, Sen?"
Arsenio menatap Dinda dengan kening berkerut dan tatapan tidak mengerti, "maksud lo?"
"Lo gak seperhatian dulu sama gue, lo sekarang gak sehangat seperti dulu. Gue yakin semua ini karena cewek kampungan itu! Lo di cuci otak sama dia?"
"Kok bisa sih lo suka sama dia? Apa sih istimewa nya dia? Sampai lo sebegitu sayang nya sama cewek miskin-"
BRAK!
"DIA PUNYA NAMA! DAN DIA PACAR GUE! JANGAN HINA DIA! LO CUMA SAHABAT GUE, DIN! GAK LEBIH! LO GAK BERHAK NGATUR HIDUP GUE! GUE SAYANG ALANA! LO HARUS BISA NERIMA KENYATAAN KALO PERASAAN GUE KE LO GAK SEPERTI DULU LAGI!" bentak Arsenio, wajah nya memerah menahan amarah.
Dinda berdiri dan menghampiri Arsenio, "sadar Sen! Kehadiran lo cuma bisa bikin Alana menderita, memang gak terjadi sekarang. Semakin lo menoreh momen indah, itu akan membuat Alana semakin pedih di masa depan!"
"Mending lo sakitin dia mulai dari sekarang!" imbuh Dinda.
"Gak waras lo?! Lo bukan Dinda yang gue kenal, lo berbeda!"
"Itu lebih baik buat Alana, Sen! Otak lo yang mati!" tandas gadis itu. Kedua tangan nya sudah terkepal di sisi tubuh nya.
"Susah ya ngomong sama orang kayak lo!"
"Lo jadi cewek jangan terlalu obsesi! Perasaan gue beda, Din!"
"Gue gak obsesi Sen! Gue emang kelihatan egois, tapi gue peduli sama lo! Gue peduli sama Alana! Mending akhiri hubungan kalian! Supaya gak ada yang tersakiti!"
"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo! Lo udah bener-bener gak waras!" Arsenio berbalik dan melangkah meninggalkan Dinda.
"Lo rusak Sen! Lo gak akan pernah bahagia bersama sama siapapun!"
***
"Dari mana aja lo, anjir?"
"Nama gue bukan anjir!" tukas Arsenio, laki-laki itu mengacak rambut nya frustasi. Langkah nya lebih rumit setelah kehadiran Dinda kembali.
"Frustasi amat lo, Sen! Kangen Alana? Samperin" Guntur duduk di sebelah Arsenio dengan semangkuk mie kuah yang baru saja ia pesan.
"Kemana Gala?" tanya Arsenio. Mereka berenam tengah berkumpul di warkop mang Dadang membahas tentang teror yang terjadi akhir-akhir ini.
"Masih di jalan. Tadi kata nya dia datang sedikit terlambat karena masih ada urusan dengan pelatih futsal nya" ujar Andro. Gala memang berbeda sekolah dari kelima sahabat nya, karena orang tua nya yang meminta.
Adit datang dengan sekantong roti goreng di tangan nya, cowok itu duduk di sebelah Axel yang sedang sibuk menghabiskan batagor nya. "Wihh! Yang kayak gini nih, nih, yang gue demen dari lo! Royal tanpa pemaksaan. Roti goreng mbak Winda, beuh! Enak nya gak ngadi-ngadi!"
"Bacot lo Xel! Tinggal ambil aja banyak aksi lo!" timpal Guntur tanpa beralih menatap mie kuah nya.
Axel terkekeh, "tau aja lo!", cowok itu langsung mencomot roti goreng bawaan Adit tanpa izin terlebih dahulu.
"Ijin dulu pe'a! Dasar bocah prik!" maki Andro. Dengan sadar tangan kanan nya juga mencomot roti goreng Adit tanpa meminta izin.
"Ck! Sama aja lo berdua!" Adit menatap kedua nya dengan tatapan dingin. Seketika kedua curut itu langsung menyengir tanpa dosa.
Deruman motor Gala sampai di halaman warkop, cowok itu melepas helm nya dan berjalan menghampiri kelima cowok yang sudah berkumpul di meja pojok warkop.
Tanpa aba-aba, Gala mencomot roti goreng Adit tanpa permisi lalu duduk di sebelah Andro. Si pemilik hanya mendengus kesal dan merapal kata sabar dalam hati nya.
"Sen, tadwi gue lihwat pacwar lo, diboncweng samwa Albarwa" ujar Gala sambil mengunyah roti nya.
"Kalo ngomong yang jelas bego!" ketus Arsenio.
Gala menelan paksa roti goreng nya, dia kemudian meneguk es teh di sebelah nya, seketika suara Bariton milik Andro menggelegar di kuping kanan nya, "WOY! ITU ES TEH GUE! MAIN COMOT AJA LO! MODAL DIKIT KEK JADI COWOK!"
"Anjir! Sakit kuping gue Ndro!" keluh Gala sambil mengusap kuping kanan nya.
"Itu karma Ndro! Karma!"
"Gue tadi lihat cewek lo di bonceng Albara, Sen" ulang Gala.
"Shit!"
***
"GAK USAH DEKET-DEKET SAMA CEWEK GUE! BANGSAT!"
Arsenio kini berada di halaman belakang markas CAKRA. Kedua cowok itu habis berkelahi beberapa menit yang lalu.
"KALO LO MASIH ADA RASA SAMA SAHABAT LO! JANGAN DEKETIN ALANA!" balas Albara, sama marah nya.
"MAKSUD LO APA?!"
"LO NYURUH ALANA PULANG SENDIRI! DENGAN ALASAN ADA URUSAN!! TAPI LO MALAH PULANG SAMA DINDA! BERPELUKAN PULA! MIKIR LO! LO UDAH NYAKITIN HATI ALANA! DIA NANGIS DI PINGGIR JALAN ASAL LO TAU!" seloroh Albara.
Arsenio pergi begitu saja, rasa bersalah menjalar dalam dada nya. Kalo Dinda tidak berpura-pura sakit kaki, Arsenio tidak mengantar gadis itu pulang. Cowok itu mengendarai motor nya di atas kecepatan rata-rata, Alana pasti salah paham lagi. Dia pasti nangis lagi, sedih lagi.
Kedua mata Arsenio memanas, "maaf Lan.."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Novela JuvenilArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...