Arsenio menyuruh pulang seluruh anggota nya setelah makan-makan ikan bakar, kecuali Adit, Andro, Axel, dan Guntur. Dia tidak mau ada kebisingan di markas, plus sekarang ini ada Alana yang masih belum sadarkan diri. Sudah satu jam yang lalu gadis itu belum juga membuka mata nya.
Axel sibuk bermain game di ponsel nya, Adit sibuk dengan buku nya, Andro sibuk memakan martabak telur di depan nya sambil menonton tv, Guntur sibuk dengan para pacar nya, sedangkan Arsenio sibuk menunggu Alana membuka mata nya.
Arsen berdecak kesal, dia mengacak rambut nya frustasi, "kenapa dia nggak bangun-bangun sih?! Lebay banget, mimisan aja sampe pingsan sejam!"
"Ck! Ini semua gara-gara lo Sen! Dia dari tadi pagi kan emang udah sakit, lo lupa? Tadi pagi dia pingsan di lapangan! Lo itu kejam banget, nyuruh dia bersih-bersih markas ini sendiri. Gimana sih lo?! Babu ya babu tapi juga jangan segitu nya kali, dia bukan budak lo, Sen" decak Adit, kedua mata nya tidak beralih sedikit pun dari buku rumus.
"Ealah Sen! Bawa dia ke rumah sakit lah, dari tadi lo diem aja!" celetuk Axel. Dia mencomot asal martabak telur milik Andro. Dia langsung melempar lirikan tajam pada Axel.
"Woy! Kalo minta izin dulu! Gue masih laper nih! kalo gue mati kelaparan, tanggung jawab lo!" decak Andro. Axel menepuk-nepuk pundak Andro dengan senyuman yang lebar, "ya ya! Perut karet!"
Arsen menatap wajah pucat Alana yang belum sadarkan diri, secuil rasa bersalah tumbuh dalam hati nya. "Tur, siapkan mobil!, gue akan ke rumah sakit sekarang!" Titah Arsen.
"Siap, Sen!" Guntur langsung bergegas menuju garasi markas. Axel dan Andro saling melempar tatapan, tumben Arsenio perduli dengan seseorang sampai mau membawa ke rumah sakit segala?, pikir kedua nya. Ini semua hal yang langkah, tidak pernah sekali pun dalam hidup Arsenio membawa seorang yang di lukai nya ke rumah sakit. Dia tidak pernah peduli, boro-boro membawa ke rumah sakit, minta maaf untuk menyadari kesalahan nya tidak pernah dilakukan nya. Arsenio tidak berperasaan, sebutan yang pas untuk cowok itu.
Arsen menyelipkan kedua tangan nya di masing-masing belakang leher dan belakang lutut Alana, sebelum mengangkat tubuh gadis itu, Arsenio menatap lekat wajah pucat Alana. Cukup hebat, di jaman banyak nya skincare yang beredar dimana-mana dan banyak kaum hawa berlomba-lomba mendapatkan nya untuk memoles wajah supaya mempesona, hal itu tidak berlaku pada Alana. Gadis itu selalu natural tanpa polesan make up sedikit pun, bahkan memakai lipstik pun tidak. Mungkin cuma bedak bayi saja yang menempel di wajah nya.
Perlahan Alana membuka mata, dia mulai sadar. Sontak tatapan mata nya langsung ber-adu dengan mata tajam Arsenio. Kedua nya saling menatap dalam, semesta seakan berhenti bekerja saat itu juga.
"Ekhem," deheman Axel, membuat Arsenio membuang pandangan nya pada Alana. "Kalo tatapan jangan lama-lama, nanti jatuh cinta pandangan pertama, ihuy! Terus kita party! Party!" imbuh Axel, di sertai kehebohan bersama Andro.
"TATAP MATA MU BAGAI BUSUR PANAH YANG KAU LEPASKAN KE JANTUNG HATI KU...SYALALA-LALA.."
"Berisik kalian berdua!" sentak Adit, kesal. Suara Andro yang dibawah standar merusak konsentrasi nya dalam belajar. Sialan emang satu kutu badak itu!.
"Kamu mau ngapain kak?" tanya Alana dengan suara serak nya, membuat Arsenio menoleh ke arah nya, masih di posisi yang sama.
"Ayo ke rumah sakit"
Alana tersenyum, "nggak perlu, aku nggak apa-apa kok. Lagian cuma mimisan sama pusing, nanti juga sembuh sendiri. Makasih untuk yang tadi"
"Nggak usah senyum! Senyuman lo itu aneh dan jelek!" cemooh Arsen sambil menarik kasar kedua tangan yang tadi nya akan mengangkat tubuh cewek itu. Dia kembali duduk di posisi nya sambil melipat kedua tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Teen FictionArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...