22. Arsenio Takut..

4.5K 281 6
                                    

Albara menghempaskan tubuh Alex, kasar. Laki-laki yang sudah bonyok tersebut, lagi-lagi meringis kesakitan meresakan nyeri di punggung nya akibat terbentur dinding. Sore itu suasana di markas CAKRA benar-benar tegang. Para anggota CAKRA tidak pernah melihat Albara semarah ini.

"LO SADAR GAK SIH! KELAKUAN LO KETERLALUAN! LO MAU JATUHKAN HARGA DIRI GUE SEBAGAI KETUA DI DEPAN ARSENIO?!" Amuk Albara.

"GUE BENCI DIA BAR! GUE MAU DIA MATI!" seloroh Alex tanpa ragu.

Wajah Albara semakin memerah, menyimpan emosi. Albara kemudian menarik kerah seragam Alex, "LO GAK BISA BUNUH DIA BANGSAT!"

BUGH!

Alex menyeka darah di sudut bibir nya lantas menyerigai, "KENAPA BAR?! LO DEMEN CEWEK KERE KAYAK DIA?!"

BUGH!

"JANGAN SENTUH DIA! HABIS LO!"

"GUE GAK PEDULI LARANGAN LO BAR!"

Albara akan melayangkan kembali pukulan nya, tapi Atlas mencegah nya. "Tenangkan emosi lo Bar! Dinginkan kepala lo!"

"DETIK INI KELUAR LO DARI CAKRA!" tegas Albara.

"Lo udah gila Bar?! Hanya karena cewek, lo seenaknya drop out Alex dari CAKRA?! Gak waras atau gila lo?!"

Albara berbalik, menatap tajam Alex dengan keringat yang sudah membasahi dahi nya. "HANYA KERNA CEWEK LO BILANG?! MIKIR TLAS! KALO SI BANCI INI SAMPAI MEMBUNUH, BUKAN HANYA GUE! SELURUH ANGGOTA CAKRA AKAN IKUT TERSERET! NAMA SEKOLAH KITA AKAN TERCEMAR!"

Albara berjongkok menyamai tinggi Alex, dia mendekatkan bibir nya ke telinga laki-laki didepan nya, "sekali lagi lo nyentuh Alana, mati lo di tangan gue! Camkan itu baik-baik!"

***

Alana menghela nafas, sudah hampir satu jam Arsenio tidur dengan bantalan paha nya. Sejak sadar tadi, laki-laki itu langsung memberi Alana setumpuk buku PR yang belum di kerjakan. Arsenio memang menyebalkan, seharusnya dia membantu mengerjakan PR bukan malah membebani paha Alana dengan kepala nya. Bukan hanya itu, Arsenio dengan seenak jidat nya menghubungi cafe Asmara, mengatakan bahwa Alana tidak bisa masuk kerja hari ini dengan alasan yang gak nyambung sama sekali.

Alana meletakkan pulpen di atas meja. Gadis itu merundukkan kepala, dia menatap wajah Arsenio yang sangat polos ketika tertidur. Alana tidak habis pikir, laki-laki se-sangar dan se-kejam Arsenio mempunyai masa lalu yang kelam. Sebenarnya Arsenio itu baik, dermawan, dan suka menolong. Hanya saja tertutupi oleh sifat kejam nya.

Alana mengusap rambut laki-laki yang tertidur di paha nya, "andai kamu tidak menyebalkan, pasti aku akan-"

"Akan apa?"

Ragu-ragu Alana merundukkan kepala nya. Mereka saling bersitatap. Jantung Alana sudah maraton sejak tadi. Arsenio menatap lekat wajah Alana dari bawah, gadis itu memiliki bulu mata yang lentik, bibir merah muda, alis yang sedikit tebal, hidung nya tidak terlalu mancung, dan wajah natural tanpa olesan make up.

Tangan Arsenio terangkat, mengusap lembut pipi Alana, membuat gadis itu sedikit terkejut. "Akan apa, hm?"

"A-akan-"

Tin Tin

Arsenio langsung bangun, setelah mendengar klakson mobil Devantara. Bisa mampus dia kalo ketahuan tidak mengerjakan PR nya.

Dug!

"Arghh! Sialan!" umpat Arsenio setelah dahi nya terbentur meja karena tidak hati-hati. Darah segar mengalir di dahi laki-laki itu. Alana panik, dia langsung mengambil tisu di nakas dan langsung membersihkan luka di dahi Arsenio.

"Jangan gerak kak!" titah gadis itu, sedangkan Arsenio hanya menurut.

"Maka nya hati-hati, masa meja segede itu kamu nggak lihat?" Omel Alana sambil terus membersihkan dahi laki-laki di sebelah nya.

Arsenio tersenyum tipis, setelah kehadiran Alana. Kesedihan, rasa sakit dalam hari, kerinduan mendalam pada mama dan sahabat nya-Dinda sedikit terobati. Hari-hari nya pun lebih berwarna dari sebelum-sebelum nya.

"Sshh..pelan-pelan njing!"

"Iya, iya ini juga pelan kok!"

"Loh! Dahi kamu itu kenapa Nio?"

"Ini kak Nio tadi kejedot opah" jawab Alana apa ada nya. Arsenio melotot ke arah gadis itu, sial dia di buat malu.

"Ceroboh. Nio setelah ini kamu antar Alana pulang, sudah malam"

***

"Masih sakit ya kak?"

"Pake nanya lagi!"

"Ya habis nya, kamu lucu sih. Sampai kejedot kayak gitu" Alana melepas helm nya.

"Diam lo! Malah ngejek lagi! Gue makan baru tau rasa lo!" Arsenio merebut helm nya dari Alana.

"Atau jangan-jangan bener ya" Alana menatap Arsenio dengan ragu, dia tidak habis pikir.

"Bener apa? Kalo ngomong jangan setengah-setengah bego!"

"Kamu siluman harimau?" tanya Alana, serius.

"Cewek gila! Udah sana masuk!"

Meow Meow Meow.

Bulu kuduk Arsenio berdiri seketika. Nafas nya memburu. "Suara apa itu Lan?!"

"Suara kucing, kok gitu aja kamu nggak tau sih? Kucing kan juga salah satu saudara kamu" jawab gadis itu. Alana kemudian menggendong Pino-kucing peliharaan nya.

"LAN! SIALAN LO! JAUHIN MAKHLUK BERBULU ITU DARI GUE!" pekik Arsenio, dia mengangkat helm nya. Siap untuk dilayangkan ke arah Pino.

"Makhluk berbulu apa? Ini kucing kan saudara kamu. Halo kak, nama aku Pino" Alana melambaikan salah satu kaki Pino pada Arsenio. Memperkenalkan nama nya.

"CEWEK SIALAN! JAUHIN DIA DARI GUE BEGO! HUSS! HUSS!" Arsenio naik ke atas motor nya dan berdiri di sana.

Meow Meow Meow

"Kamu takut kucing, ini Pino dia jinak kok. Nggak akan gigit kamu" Alana mendekatkan kucing nya pada Arsenio. Seketika laki-laki itu meloncat dari atas motor. Dia menyingkirkan makhluk berbulu tersebut dari gendongan Alana. Lalu menyeret gadis itu, memaksanya naik ke atas motor.

"Loh! Mau kemana lagi?"

"Jangan bacot!"

***

ARSENIO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang