Alana membuka mata, dia merasa tubuh nya tidak bisa bergerak seperti ada sesuatu yang menindih tubuh mungil nya. Gadis itu mengamati lamat-lamat sebuah tangan kekar yang melilit diri nya, bukan hanya tangan, sebuah kaki yang terbalut jeans hitam robek juga menindih kaki Alana. Dan satu lagi, Alana sadar bahwa diri nya tidak bantalan di sebuah bantal melainkan bantalan lengan seseorang.
Alana memekik setelah mendongak ke samping atas, dia mendapati Arsenio tidur di sebelahnya. Jangan tanyakan siapa pemilik kaki dan tangan tersebut, tanpa di beri tahu aku yakin kalian pasti tau jawaban nya. Ya, pemilik nya tidak lain adalah Arsenio. Laki-laki tengil itu tanpa merasa dosa menjerat Alana dalam pelukan nya.
Wajah polos Arsenio tidak membuat Alana luluh untuk tidak mendorong tubuh laki-laki itu dari blankar rumah sakit yang sekarang ini sedang menjadi tempat Alana berbaring. Gadis itu sekuat tenaga menyingkirkan tubuh Arsenio dari sebelah nya, bukan malah menyingkir, cowok yang masih terpejam itu sengaja menguatkan pelukan nya.
Alana mengecek baju nya, dia menghela nafas lega. Baju yang di pinjami Arsenio masih melekat di tubuh nya. Alana mengguncang lengan Arsenio, kuat supaya laki-laki itu bangun dari tidur nya. Nama nya cowok kebo, Arsenio belum juga membuka mata nya.
"Dasar kebo! Kemarin macan sekarang kebo! Besok apa lagi? Gajah, jerapa, singa, monyet, buaya? Badan gede takut sama kucing! Emang dia kira badan nya nggak berat apa?!" gerutu Alana, kesal. Ingin sekali Alana lempar Arsenio ke dalam hutan, biar bisa reunian sama teman-teman nya di sana.
"Berisik!" Sergah nya dengan suara serak. Arsenio mengeratkan pelukan nya, membuat Alana susah bernafas.
Alana menepuk pipi Arsenio dan mengguncang pundaknya, "kak bangun kak, kak Nio bangun! Ish, bangun kakk"
"Hm, berisik lo" rancau nya dengan mata terpejam.
"Kak Arsen bangun! Bangun! Udah pagi ini! Ngebo terus" Alana tidak berhenti mengguncang kuat tubuh laki-laki tersebut.
Arsenio membuka mata nya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah masam Alana. Sudut bibir nya tertarik, membentuk senyuman miring, "kenapa lo?"
"Kenapa, kenapa. Seharusnya aku yang tanya, kenapa kamu peluk, peluk aku? Dasar genit!"
"Gue numpang, pelit banget lo! Gue gak biasa tidur di sofa" alibi nya, padahal Arsenio kemarin malam sengaja tidur sambil memeluk Alana dengan alasan supaya gadis itu tidak kedinginan.
"Kita bukan muhrim tau! Nggak boleh tidur seranjang!" semprot Alana kesal. Dia menyingkirkan tangan Arsenio yang melilit tubuh nya.
Arsenio berdecak, "iya! Lagian gue gak macem-macem, gue cuma numpang tidur!"
Drtt..Drtt..
Alana meraih ponsel nya di atas nakas, ia menarik tombol hijau dari panggilan masuk Liana, "halo, kenapa Li?"
"Lan! Arya kecelakaan! Ke rumah sakit sekarang!"
***
Dokter keluar dari ruang UGD, Alana langsung menghampiri nya, "karena kecelakaan itu, Arya mengalami pendarahan yang luar biasa di kepala nya, dia kritis. Mohon biaya administrasi nya di selesai kan dahulu supaya kami bisa merawat pasien lebih lanjut. Kanker Arya juga semakin parah bu, kanker darah nya sudah memasuki stadium pertengahan" kata dokter.
"Tapi kemarin nggak separah itu dok" suara Wisma melemah, Alana langsung memeluk ibu nya, memberikan sedikit kekuatan.
"Kanker nya semakin menyebar cepat, karena pasien tidak pernah melakukan kemoterapi" jelas dokter. Wisma terisak, dada nya terasa sesak. Alana menuntun Wisma duduk di kursi yang ada.
Gadis itu mencoba menenangkan ibunya, "nggak apa-apa bu, Arya pasti sembuh. Semua nya akan baik-baik saja, Alana akan cari uang untuk biaya rumah sakit Arya"
"Iya tante, tante yang kuat ya tante" hibur Liana, gadis itu ikut-ikutan tidak masuk sekolah dengan alasan menemani Alana di rumah sakit, padahal sebenarnya dia takut ulangan matematika tanpa Alana.
"Li, aku mau bayar administrasi nya dulu, kamu temenin ibu ya?"
"Iya Lan. Tante sama Liana ya" Liana kini memeluk Wisma menggantikan Alana. Setelah itu Alana menuju ke tempat administrasi.
"Sus, saya mau bayar administrasi adik saya Arya yang baru saja datang tadi"
"Atas nama Arya, sudah lunas semua nya mbak plus biaya operasi kanker sejumlah lima puluh juta. Baru saja di bayar seseorang" kata suster tersebut.
Kedua mata Alana membulat, "lunas? Lima puluh juta lunas sus? Siapa yang melunasi?"
"Saya nggak tau mbak, pelunas tidak mau memberitahu kan identitas nya"
"Apa suster bisa mendeskripsikan perawakan orang tersebut?"
"Maaf mbak, kata pelunas, saya tidak boleh memberikan informasi apapun mengenai dirinya"
Alana kembali di buat bingung, uang 50 juta bukan uang sedikit. Pelunas pasti orang kaya, tapi siapa? Alana pasti akan mencari tau orang tersebut dan berterima kasih sebanyak-banyak nya.
Seorang laki-laki berjaket kulit dengan jeans hitam robek berdiri di balik tembok, sambil memandang punggung Alana, "semoga adek lo cepet sembuh Lan, gue salut sama cewek kayak lo"
***
"HARI-HARI KU TANPA MU..BAGAIKAN HARI TAK BERARTI.." Axel memulai puisi nya.
"ASEKK! SAKIT HATI KARNA ADIT! JANGAN LUPA OLEH-OLEH NYA DIT!" Sahut Andro.
"BISA DIEM GAK LO MARKONAH!" Guntur menjauhkan badan nya, kedua kutu kampret itu selalu mengganggu Guntur yang sedang VC dengan pacar nya.
"Si Arsen mana?" tanya Adit celigukan mencari Arsenio, yang belum menampakkan batang hidung nya.
"Elah, si Arsen udah gede, gak perlu di cariin. Lagian gue bukan induk nya" jawab Axel. Cowok itu bersandar di pintu bus. Hari ini peserta Olimpiade akan berangkat lomba.
"Kak Adit, kak Nio mana ya?" Alana datang dengan membawa 2 buku PR cowok itu. Tapi Arsenio tidak ada di sana.
"Ciyee! Eneng Alana udah lop-lop in lop ya sama babang Arsen? Sudah jadian belum neng?"
"Apaan sih kak Axel, aku cuma mau ngasih buku PR kak Nio. Aku titip sama kamu ya?"
"Asyiap neng! Bang Axel bisa diandalkan! Tenang saja" Axel dengan senang hati menerima kedua buku tersebut.
"ANAK-ANAK AYO CEPAT NAIK KE BUS! KARENA WAKTU SEMAKIN SIANG!" perintah guru pembimbing. Alana naik dalam bus dan duduk di sebelah Disty, gadis itu sesekali menguap.
"Dis kamu ngantuk?"
Disty terkekeh, "ngantuk banget Lan, kemarin gue bergadang latihan soal. Semoga hari ini kita menang!"
"Aamiin"
Aggam datang dan duduk di kursi depan Alana, dia menyapa kedua gadis di belakang nya, "Lan, hidung lo udah sembuh?"
"Alhamdulillah udah kak"
Disisi lain, ada sebuah mobil sport putih yang terparkir tak jauh dari SMA Bintang. Terlihat pengendara mobil itu memakai masker hitam, topi putih, dan kacamata untuk menutupi wajah nya. Laki-laki berhoodie hitam tersebut berniat mengikuti Alana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO✔
Fiksi RemajaArsenio Reygan Devantara. Arsenio, cowok nakal nan kejam dengan tatapan setajam macan, berandalan, tidak punya hati, dan seenaknya sendiri. Ketua geng Stares yang paling di segani. Tidak ada yang berani berurusan sama dia, kalo ada itu namanya cari...