"Sial! Keluar dari ruanganku dan tahan dirimu di menara itu!"
Gadis itu menatap sang Ayah dengan tatapan tidak suka, aura kebencian yang dikeluarkannya sangat terasa. Matanya tampak dingin, bak ingin membunuh meski hanya lewat tatapan mata. "Baik, Ayah."
"Sudah kukatakan berapa kali untuk berhenti memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu?! Kau wanita jalang! Kau sama seperti Ibumu yang tidak setia dan meninggalkanku demi laki-laki lain! Hah! Jika saja kau tidak memiliki aliran mana yang sama denganku, saat itu aku pasti sudah membunuhmu alih-alih membawamu kesini! Aku sudah menyelamatkanmu dari tempat perbudakan itu, tetapi wajahmu itu membuatku muak! Kau dan ibumu itu sama saja, sama-sama perempuan lacur yang tidak tahu terimakasih!"
Gadis itu mengepalkan tangannya dengan perasaan sakit. Hatinya marah dan berkecamuk mendengar hinaan dari sang Ayah. Namun, ia menebalkan hatinya dan hanya bisa menundukkan wajahnya. Menyembunyikan rasa dendam dan bencinya.
"Maaf.. Master." meskipun ia ingin membalas ucapan Ayahnya, pada akhirnya ia hanya bisa mengeluarkan cicitan kecil. Setelahnya, ia keluar dari kamar sang Ayah dengan perasaan yang menggelap.
Bahkan jika kau mati, kau akan tetap membayar penghinaan ini dengan kepalamu. Setiap inci dari tubuhmu, aku akan memastikan mereka menerima balasan yang setimpal dengan penghinaan yang kau torehkan kepadaku.
"Nona! Apakah Anda tidak apa-apa?" seorang gadis kecil yang merupakan pelayan pribadi sang gadis menghampirinya dengan wajah cemas. Saat melihat pelayan itu, sang gadis menggeleng dengan senyuman tipis. Menyembunyikan seluruh perasaannya dibalik senyuman bak malaikat tersebut.
"Tentu saja, Tara. Kau tidak perlu khawatir." ia mengelus rambut pelayannya. Sang pelayan menatapnya dengan tatapan cemas, air matanya perlahan mulai menetes.
"Benarkah.. Nona? Anda tidak menyembunyikan sesuatu dari saya, kan?"
"Tentu saja tidak. Aku baik-baik saja, Tara. Aku sudah terbiasa." sang gadis memasang senyuman kecut yang tampak menyedihkan, membuat rasa cemas dan khawatir sang pelayan semakin tinggi.
"Nona! Bagaimana mungkin Anda yang seorang malaikat ini bisa diperlakukan sebegini jahatnya?" isak sang pelayan dengan hati terluka. Sang nona hanya bisa memberikan senyuman menyedihkan.
"Entahlah, Tara. Mungkin aku memang seperti yang dikatakan Ayah, itulah sebabnya beliau marah kepadaku."
"Kenapa orang itu sangat jahat kepada Anda?! Saya.. bagaimana saya bisa melihat Nona yang berhati lembut seperti malaikat ini diperlakukan seperti ini?!"
"Maafkan aku, Tara. Pasti sangat sulit untuk melayani seorang yang sangat menyedihkan sepertiku."
"Apa—?! Tidak, tentu saja tidak, Nona! Maksud saya, Nona adalah orang yang terlalu baik, Anda tidak pantas diperlakukan sebegitu jahatnya oleh bajingan sepertinya!"
Sang Nona mengangkat bahunya dengan tak kuasa, sambil memasang ekspresi wajah terluka, "Jangan berkata seperti itu, Tara. Meskipun beliau bersikap seperti itu kepadaku, beliau masih tetap Ayah yang sangat aku sayangi dan aku hormati. Jika kau menghinanya, sama dengan kau menghinaku."
Sang pelayan, tampak pucat mendengar teguran dari sang majikan. Kemudian ia menunduk dengan tubuh yang bergetar.
"M, maafkan saya, Nona.. Bagaimana mungkin orang rendahan seperti saya begitu berani untuk menghina Tuan besar."
"Aku akan memaafkanmu, Tara. Semua orang membuat kesalahan, tetapi mereka akan belajar dari kesalahannya. Kau akan seperti itu juga, kan?"
"Nona! Tentu saja, Nona! Terimakasih banyak atas kemurahan hati Anda, Nona!" sang pelayan menatap sang Nona dengan tatapan memuja lebih dalam. Nonanya ini memang sangat baik dan berhati malaikat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasySetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...