Love Mission : 38

730 106 4
                                    

"Urkh.."

"Nona? Anda tidak apa-apa?" tanya Emily khawatir. Menyadari bahwa aku baru saja merintih di depan Emily, dengan cepat aku menggeleng kecil, "Tidak, aku tidak apa-apa, Emily."

Emily memandangku tidak percaya, dari tatapannya jelas kalau ia tampak curiga bahwa aku menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi ia tetap mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa, menghormati jawabanku.

"Baiklah, Nona. Silahkan katakan pada saya jika Anda merasa ada yang tidak nyaman."

Aku mengangguk, lalu beralih mengaduk teh milikku dengan perasaan marah. Sudah dua hari berlalu sejak Viscountess Dahlia memukul betis kakiku dengan kayu kecil. Ia memukulnya dengan cukup keras, jadi itulah kenapa aku memutuskan untuk mandi sendiri selama dua hari ini. Jika Emily sampai mengetahui kejadian ini, pasti keadaan akan sangat gawat. Emily pasti akan marah dan segera memberi tahu Grand Duchess dan Abel, lalu mungkin Emily juga akan segera melapor kepada Kak Carsten juga.

Jadi.. yah, aku tidak yakin untuk memberi tahu Emily yang sebenarnya. Bahwa Viscountess menggunakan kekerasan sebagai hukuman dalam kelasnya. Bagaimana jika setelah aku jujur kepada Emily, Abel, dan Grand Duchess, Viscountess tidak ingin mengajariku lagi?

Aku tahu bahwa dari segi manapun, Grand Duchess memiliki peringkat bangsawan yang lebih tinggi. Karena menikah dengan anggota keluarga kekaisaran, Grand Duchess yang tadinya hanya seorang putri bangsawan Viscount yang jatuh kini menjadi bagian dari keluarga kekaisaran dan menjadi wanita dengan gelar Grand Duchess yang megang kedudukan sebagai wanita terhormat kedua di kekaisaran. Tetapi, meski begitu, kedudukan Grand Duchess di dunia sosial tidak begitu kuat.

Grand Duchess jarang menghadiri pertemuan sosial atau pesta dansa. Ia hanya akan sesekali muncul. Ia juga jarang mengadakan pesta teh seperti yang biasa diadakan para nyonya bangsawan. Grand Duchess lebih sering melakukan pekerjaannya sebagai seorang istri dan Grand Duchess dari rumah. Selain itu, Abel juga tidak memiliki reputasi yang baik. Yah, ia terkenal cerdas dan menawan, tetapi banyak orang yang memanggilnya monster akibat kecerdasan itu sendiri.

Sejujurnya, aku tidak mengerti kenapa mereka mengatakan bahwa Abel adalah anak yang dingin. Tatapan mata Abel selalu hangat, jadi apa yang membuat mereka berpikir seperti itu? Mereka hanya tidak mengenal Abel. Padahal, Abel hanyalah anak cerdas yang mungkin kurang pandai dalam bersosialisasi. Jika saja mereka mengulurkan tangan lebih dahulu untuk meraih Abel-seperti yang kulakukan, mungkin saja mereka dapat berteman baik dengan Abel.

Jadi, bisa dikatakan bahwa keluarga Grand Duke saat ini cukup tertutup. Itulah kenapa, Viscountess Dahlia-yang menikah dengan Viscount Castor del Helman, satu-satunya kerabat dekat keluarga Grand Duke, bisa menguasai dunia sosial di Utara.

Itulah mengapa, meski perkataan yang dikeluarkan Viscountess banyak menyinggung perasaanku, tetapi aku menahan rasa tersinggung itu rapat-rapat, karena ia adalah pemegang dunia sosial di Utara. Aku harus belajar banyak darinya dan merangkak ke pergaulan sosial di Utara untuk memantapkan posisiku sebagai tunangan Abel, sang Grand Duke muda dengan sebaik mungkin. Aku harus membangun reputasi yang bagus untukku dan Abel agar ketika kami menjadi penguasa wilayah nanti, hal-hal bisa berjalan dengan lebih baik.

Karena hal itulah, aku bertahan dan memutuskan untuk tidak memberitahu Emily tentang kondisi kakiku saat ini. Lagipula, aku bisa menggunakan mana cahayaku saja untuk menyembuhkan luka ini, kan?

"Oh! Astaga!" aku melotot dengan sempurna. "Emily, bukankah ini saatnya Abel istirahat dari latihan berpedangnya?"

Emily mengangguk semangat, "Benar, Nona. Ini sudah waktunya Yang Mulia Grand Duke muda beristirahat dari waktu berpedangnya. Apakah Anda ingin menyusul Grand Duke muda, Nona?"

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang