Love Mission : 47

541 73 2
                                    

Perjalanan menuju kuil membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit. Kami berempat-aku, Abel, Grand Duke dan juga Grand Duchess- duduk bersama di dalam kereta kuda berukuran besar yang sama dengan ukuran mobil enam kursi yang ada di dunia modern. Sementara para pelayan yang dibawa duduk di kereta kuda yang terpisah.

"Kau menggunakan hadiahnya. Apakah kau menyukainya?" tanya Grand Duke sambil menatap penampilanku dari atas hingga bawah. Aku mengangguk dengan wajah ceria, "Tentu saja. Terimakasih banyak, Ayah. Anda mengirimkan banyak sekali hadiah yang berharga. Saya sangat menyukainya!"

Aku berusaha melakukan peran menantu yang baik, tetapi sebaiknya hentikan pembelian impulsif ini, Ayah mertua!

"Pita itu terlihat cocok untukmu. Menantuku sangat cantik." puji Grand Duke. Aku tertawa kecil.

"Hoho, Anda sangat pintar memuji, Ayah. Terimakasih atas pujian Anda."

Grand Duke mengangguk puas, tampak jelas raut senang di wajahnya. Setelahnya, ia lalu beralih menatap wajah istrinya yang sedang tersenyum menikmati kebersamaan kami.

"Oh, selain itu, kupikir parfum yang kau buat sangat luar biasa. Aromanya menyegarkan dan entah kenapa, parfum tersebut memberikanku efek yang menenangkan." ucap Grand Duke tiba-tiba.

"Ah, itu semua karena saya mengekstrak mana cahaya saya dan mencampurnya dengan parfum selama proses pembuatan. Syukurlah jika itu cocok dengan selera Anda."

Grand Duke mengangguk, "Itu adalah cara yang luar biasa. Kau anak yang cerdas dan kreatif."

Aku tersenyum malu, "Itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Anda, Ayah. Tetapi, terimakasih."

Grand Duke mengangguk, "Jika kau membutuhkan sesuatu, segera katakan kepadaku."

"Baik, Ayah. Terimakasih."

***

"Selamat datang, Yang Mulia Grand Duke, Yang Mulia Grand Duchess."

Sebagai seseorang dengan posisi tertinggi, Grand Duke turun dari kereta kuda terlebih dahulu. Ia berhenti di depan pintu dan mengulurkan tangannya, membantu Grand Duchess untuk turun.

Setelahnya, Abel turun dan melakukan hal yang sama seperti Grand Duke untuk membantuku turun. Dan ketika kami turun, para pelayan Dewi Cahaya itu juga menyapa kami dengan baik.

"Selamat datang juga untuk Anda, Grand Duke muda dan Lady Evanthe." sapa para petinggi kuil Onella tersebut. Aku tersenyum simpul.

"Tolong antarkan kami kepada Pendeta Tinggi." pinta Grand Duke tanpa basa-basi. Para pendeta itu mengangguk, "Baik, Yang Mulia. Tolong ikuti kami."

***

Para pendeta menuntun kami menuju ruang berdoa yang paling besar di kuil. Ruang berdoa ini biasanya digunakan oleh seorang Pendeta Agung dan Pendeta Tinggi.

Ketika pintu terbuka, aku melihat seorang pendeta berudri di ujung lorong. Ia berdiri di hadapan mimbar, berdoa dengan khusyuk dengan pantulan sinar matahari yang memantul melalui jendela mozaik bergambarkan Dewi Cahaya.

"Yang Mulia Sri, keluarga Yang Mulia Grand Duke telah tiba."

Punggung yang kokoh itu berbalik. Surai emas indah yang jatuh dan melambai akibat desiran angin yang menerpa. Iris violet yang perlahan terbuka lebar.

Ah, apakah ini kebetulan?

Ketika aku menatapnya terkejut, beliau hanya tersenyum tipis dengan wajah yang hangat.

"Ini adalah pagi yang hangat, Yang Mulia. Selamat datang di kuil, Yang Mulia Grand Duke." Pendeta Tinggi Plato menyapa dengan tenang.

"Yang Mulia Sri." Grand Duke balas menyapa singkat. "Apakah Anda pindah tugas?" tanya Grand Duke dengan sebelah alis terangkat.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang