Love Mission : 01

9K 832 28
                                    

"Nona!" Sebelum mata saya benar-benar terpejam kembali, saya mendengar suara pelayan memanggil saya.

Namun, penglihatan saya semakin mengabur dan kepala saya terasa sangat pening.

Saya kembali jatuh pingsan dan bangun setengah hari kemudian.

***

"E.. mily.."

Begitu membuka mata, Emily adalah satu-satunya hal yang pertama kali saya ucapkan.

"Ya, Nona! Saya ada disini!" Mata saya menatap seorang wanita berambut coklat dengan bandana putih di kepalanya. Ia seorang pelayan di kediaman keluarga Evanthe.

"Aku haus." adalah permintaan pertama yang keluar dari bibirku setelah saya mendapatkan ingatan tentang kehidupan Bellanca Cleine Evanthe ketika saya jatuh pingsan sebelumnya.

"Baik, baik, Nona! Silahkan diminum," ia mengambil sebuah gelas berisi air putih, menyodorkannya kepada saya dengan tatapan bahagia. Sorot yang mengatakan bahwa ia sangatlah senang saya—Bellanca—, majikannya telah terbangun.

Saya membenarkan posisi saya, lalu meneguk air yang diberikan. "Dimana Kakak laki-laki berada?" saya bertanya.

"Tuan Muda Carsten sedang dalam perjalanan menuju rumah. Saya akan memanggil dokter dan Tuan Count. Mohon tunggu saya, Nona." Emily beranjak pergi, sebelum benar-benar keluar dari kamar, ia menoleh ke arah saya, memastikan kondisi saya dari pintu.

Saya tersenyum, "Pergilah."

Ketika ia benar-benar pergi, saya bangkit dari tempat tidur. Berjalan perlahan menuju sebuah meja rias yang berada sekitar 3,5 meter dari tempat tidur. Menatap pantulan diri saya pada kaca besar yang terletak di tengah dan di sisi kanan dan kiri meja.

Rambut perak dengan panjang sepinggang. Bola mata berwarna biru safir dengan kulit seputih susu. Ukuran tubuh yang ideal dan wajah berupa pahatan boneka.

Saya telah terjatuh dalam sebuah novel. Bellanca Cleine Evanthe, saya ingat siapa dia. Dia adalah salah satu karakter dari volume kedua buku lanjutan dari novel The Lady Become a Grand Duchess. Sebuah buku novel romansa fantasi yang sempat saya baca sebelum saya bereinkarnasi dan masuk ke dalam tubuh Bellanca.

Saya mengusap pipi saya. Memastikan apakah semua ini benar-benar nyata. Wajah bak boneka yang cantik layaknya sebuah seni, suara yang indah, serta kekayaan dan kehidupan yang didambakan.

Saya tidak mungkin membuang kehidupan ini.

Meskipun saya tidak tahu bagaimana alur dari novel kedua yang berjudul Wynstelle berjalan, namun satu yang akan saya pastikan.

Setelah saya tahu bahwa jiwa asli dari Bellanca telah meninggal akibat penyakit yang dideritanya, saya resmi mengambil alih tubuh milik Bellanca. Saya masih ingat bagaimana Bellanca berbicara kepada saya semalam untuk pertama dan terakhir kalinya ketika saya mendapat potongan memori miliknya.

"Lanjutkanlah kehidupanku. Semoga keberuntungan selalu menyertaimu. Karena kau..."

Saya tidak sempat mendengar akhir dari kalimat yang akan diucapkan jiwa asli Bellanca, namun perkataan Bellanca menunjukkan bahwa tubuhnya kini sepenuhnya milik saya.

Saya menarik nafas, lalu tersenyum tipis. Saya tidak peduli dengan novel kedua. Bahkan jika saya belum membacanya, bagaimana jika saya membuat alurnya menjadi milik saya?

Sedikit sedih bahwa saya tidak berkesempatan untuk mendekati Grand Duke Kekaisaran saat ini, yakni Grand Duke Dimitri von Macario. Tetapi, ia sudah punya putra bukan?

Maka, putranya adalah letak kesempatanku. Kesempatan terbaik untuk menjadi Grand Duchess, wanita paling terhormat ketiga se-Kekaisaran setelah Ratu dan Putri Mahkota, serta wanita bangsawan paling kaya nomor ketiga. Menjadi pengangguran dengan status tinggi serta bergelimang harta dan cinta! Itu pasti adalah alasan Dewa kenapa ia memberikan kehidupan Bellanca kepada saya!

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang