"Itu benar. Ketika aku menatapmu, kau sedang tertawa bersama dengan putri bangsawan yang lain. Kau tampak sangat bersinar saat itu. Kau memegang kendali dalam percakapan dengan sangat baik. Aku tidak bisa mendengarkan obrolan para putra bangsawan itu ketika aku berpikir keras bagaimana bisa kau terlihat begitu sempurna saat itu?"
Ketika Abel berkata dengan daun telinganya yang mulai memerah, lantunan lagu kedua yang dinyanyikan sebagai pengiring untuk tarian dansa kedua-yang juga merupakan dansa pertama untuk para anak-anak dan bangsawan lain di bawah pimpinan kebangsawanan Grand Duke-mulai terdengar mengalun dengan merdu. Gabungan dari suara biola, harpa, bass, dan alat musik lainnya seolah berpadu satu dengan begitu baiknya.
"Cleine," Abel mengangkat tangan kanannya yang kini bergerak untuk menyisipkan rambutku yang jatuh dan menyisipkannya ke belakang daun telingaku.
"... Ya?"
Gawat. Aku bahkan tidak dapat menatap matanya dengan jelas.
Sementara Abel mulai mengganti ekspresi wajahnya, aku masih terdiam menatap Abel dengan raut mata terpaku. Jantungku berdebar kencang, tetapi aku tidak bisa berpikir jernih karena pikiranku mulai terdistorsi oleh perkataannya yang begitu manis barusan.
"Dansa kedua sudah dimulai." Abel menoleh ke arah mansion yang tampak terang benderang, berbeda jauh dengan gazebo tempat kami berdiri yang hanya diterangi oleh pantulan cahaya bulan yang memantul ke air di danau yang berada di samping gazebo.
Bahkan ketika Abel membungkuk dan mengulurkan tangannya dengan senyum manis di wajahnya, aku masih terdiam dan menatapnya kebingungan. Perkataan Abel masih terngiang di benakku. Wajahku terasa panas dan membara.
"Bisakah saya mendapat kehormatan untuk melakukan satu tarian dansa pertama dengan Anda, Lady?"
Ketika melihat tangannya yang terulur, dengan senyuman lebar dan cerah, tanpa berpikir dua kali, tanganku terangkat begitu saja dan aku membalas uluran tangan tersebut tanpa memikirkan hal yang lainnya.
Apakah ini adegan yang seharusnya?
Apakah kita ditakdirkan untuk berdansa dalam novel aslinya?Aku tidak peduli. Bagaimanapun, aku akan hidup di bawah kendaliku. Aku akan berdansa denganmu. Tidak ada larangan untuk menahan perasaanku. Tidak ada larangan untuk menghentikan debaran yang terasa di dadaku.
Untuk saat ini, aku tidak akan peduli dengan novel, alur, ataupun kisah yang sebenarnya.
Bahkan jika itu salah, aku hanya ingin menikmati waktu ini bersamamu, Abel.
"Dengan senang hati, Tuan Muda."
Kukira aku akan meledak dan meletup-letup setelah mendadak membeku akibat perkataan Abel barusan. Tetapi, ketika Abel menguasai suasana dengan lihai, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum dan menikmati momen yang ada saat ini. Dengan Abel yang menggenggam tangabku dengan lembut, hatiku seolah berdebar sepuluh kali lebih kencang daripada saat sebelumnya.
Abel mengecup punggung tanganku, dan tangan kirinya beranjak melingkarkan tangannya di pinggangku dengan lembut. Tatapan hangat Abel menyapu pandanganku, membuat kedua pipiku terasa panas, tetapi terasa nyaman diwaktu yang bersamaan.
"Cleine," ia memajukan wajahnya dan berbisik di telingaku.
"Pada hari debutante, bisakah kau berjanji bahwa kita akan berdansa lagi seperti ini?"
Aku tidak bisa menahan diriku untuk tersenyum dan berhenti untuk merasakan kupu-kupu yang seolah berterbangan di perutku. Untuk menutupinya, aku membenamkan wajahku di pundaknya.
"Jika hanya sekedar dansa, kita bahkan bisa melakukannya di setiap malam."
"Itu terdengar bagus." balas Abel dengan kekehan kecil. Melihatnya terkekeh kecil, aku juga ikut tertawa dengan suara pelan, "Tetapi, tentu saja. Mari kita berdansa disaat itu tiba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasySetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...