Love Mission : 07

3.6K 479 13
                                    

"Dimana Abel?"

Tanyaku kepada Derek begitu sampai di kediaman Grand Duke. Derek membungkuk; menyapaku dengan etika salam kepala pelayan.

"Saat ini Tuan Muda tengah mengikuti kelas berkuda, Milady." Derek menjawab dengan sopan.

"Benarkah? Tolong antarkan aku kesana." kediaman Grand Duke memang sudah kuanggap sebagai rumah sendiri, mengingat betapa seringnya selama satu tahun ini aku pulang pergi antara kediaman Evanthe ke kediaman Macario.

"Milady, apakah Anda tidak akan berganti pakaian dulu? Karena Yang Mulia Grand Duchess sudah menyiapkan gaun berkuda dan kuda putih betina jika Milady ingin mengikuti kelas berkuda juga."

Aku berpikir dalam beberapa detik, kemudian mengangguk, "Baiklah."

"Baik kalau begitu, para maid ini akan mengantar Anda ke ruang berganti, Milady."

"Terimakasih, Derek."

"Sebuah kehormatan bagi saya, Milady."

****

"Abel!" aku melambaikan tanganku sambil berjalan dengan menggenggam tali kekangan kuda putih milikku. Eum, sebenarnya kuda dan satu setel baju berkuda ini adalah pemberian Grand Duchess yang baru aku terima hari ini.

Ini adalah seekor kuda berwarna putih berukuran sedang, sangat cantik dan elegan. Aku memberinya nama Noel, karena itu betina.

Abel memutar kudanya untuk menghampiriku, kemudian ia turun dari kudanya.

"Cleine!" ia membalas sapaanku dengan wajahnya yang tersenyum sumringah.

"Halo, aku datang lagi." aku tertawa. Abel menatapku dengan wajah cerahnya, "Kamu cocok dengan baju itu."

"Benarkah? Terimakasih. Ini pemberian Grand Duchess." lagi-lagi, aku tertawa kecil.

"Ya, aku tahu, dan.. eum, sebenarnya aku yang memilihkannya." Abel menggaruk tengkuk lehernya, dengan jelas aku melihat daun telinganya yang memerah.

"Benarkah? Ternyata selera Tuan Muda kita bagus ya." pujiku dengan tulus.

"Benarkah?" Abel memastikan.

"Iya. Aku tidak berbohong."

"Kalau begitu, apa tidak apa-apa jika selanjutnya aku akan memilihkanmu gaun atau pakaian lagi?" Abel menatapku dengan penuh harapan. Aku mengangguk dengan tawa kecil seraya mencubit pipi kanannya pelan.

"Bahkan jika kau menghadiahkan aku sebuah racun, mungkin aku akan tetap menerimanya, Abel."

Abel melotot, "Aku tidak akan pernah menghadiahkanmu racun, Cleine! Kenapa kamu mengatakan itu?!"

"Itu hanya perumpamaan, Abel."

"Tapi aku tidak akan menghadiahkanmu racun! Tidak akan! Jangan berpikir seperti itu kedepannya, atau aku akan marah."

Aku tertawa. Haha, betapa menggemaskannya calon masa depanku?!

"Haha. Iya, baiklah."

"Berjanji dulu. Pinky promise?" Abel memberikanku jari kelingkingnya.

Dengan senang hati, aku menautkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya.

"Pinky promise, Tuan Muda Hannesabel von Macario. Sekarang, ayo kita mulai kelas berkuda Anda. Marquis Venner sudah tiba sejak lima menit yang lalu."

Abel tersenyum, "Iya!"

***

Besok sudah menginjak bulan Februari di kalender kekaisaran. Tanggal 14, adalah ulang tahunku.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang