Love Mission : 43

626 94 4
                                    

"Dimana ini?"

Ketika aku membuka mataku, aku menyadari bahwa saat ini aku sedang berada di tengah hamparan rumput yang indah. Beberapa bunga tampak bermekaran dengan sempurna di kumparan rumput yang cantik nan indah ini.

"Akh!"

Tanpa sadar, aku berseru ketika angin menyapu topi yang kugunakan. Aku berusaha menggapai topi tersebut, tetapi topi tersebut terbang lebih tinggi, ke tempat yang tidak bisa kucapai.

Aku menatap topi itu dengan tatapan tidak nyaman.

"Sebenarnya.. aku ada dimana?" aku jatuh terduduk sambil menatap bingung kepada langit biru. Aku berbaring di hamparan rumput hijau dan mulai memejamkan mataku untuk sejenak karena cahaya matahari menembus langsung ke kornea mataku.

"Cleine, putriku..."

Seketika, dengan gerakan reflek, aku bangkit dan mendapati sosok yang sangat aku rindukan tengah berdiri di hadapanku.

Count.

Beliau tampak gagah dan tampan seperti biasanya. Ia memakai pakaian mewah dengan bros berlian berwarna kuning yang pernah kuhadiahkan kepadanya.

Ketika melihatnya, hatiku terasa hangat sekaligus perih. Rasa sedih beserta rindu yang terpendam seolah-olah meledak dari dalam hatiku.

"Ayah..!" aku berlari memeluknya. Pelukannya terasa seperti dahulu. Perasaanku menghangat ketika aku memeluknya.

Tetapi, kenapa Count hanya diam dan bergeming? Jika ia Count yang aku kenal, bukankah ia pasti membalas pelukanku dengan hangat juga?

Aku melepas pelukanku dan menatapnya bingung, ".. Ayah?"

Namun, Count hanya bergeming di tempatnya sambil menatapku dengan tatapan dingin.

"Cleine, tidak, kau—siapa kau sebenarnya?"

"Apa..?"

Hatiku berdetak sangat kencang dengan perasaan tidak nyaman. Tubuhku mulai bergetar dan tenggorokanku terasa seperti tercekat.

"Kau, siapa kau sebenarnya?"

Aku berusaha tersenyum dan menjawabnya senormal mungkin, tetapi, jawabanku terlihat seperti sebaliknya.

"A, Ayah, apa yang Anda maksud? Saya disini.. Saya Cleine, Ayah. Saya adalah putri Ayah..?" ujarku sambil berusaha menggenggam tangannya. Tetapi, Count menepisnya dengan cepat.

"A.. yah?" bola mataku bergetar ketika sadar bahwa Count baru saja menolakku.

"Berhenti memanggilku Ayah! Sebenarnya, siapa kau? Dimana putriku yang sebenarnya?" ia mengguncang bahuku hebat. Ketika mendengar perkataan Count, tanpa sadar.. aku, air mataku..

"Ayah? Apa yang Ayah maksud?"

"Berhenti berpura-pura! Kau merebut tubuh dan kehidupan putriku, lalu kau juga membakar pusara memoriam istriku, kau merenggut kebahagiaan dan juga kehidupanku! Sebenarnya siapa kau?!"

"Ayah, kumohon dengarkan aku—"

"Berhenti memanggilku Ayah! Aku bukan Ayahmu! Jawab dengan jelas pertanyaanku!"

"Ayah, maaf.. aku, aku..—"

Melihat tatapan dingin nan jijik serta mendengar perkataan Count yang begitu menyakitkan, rasanya seperti duniaku runtuh. Count.. Anda adalah sosok Ayah pertama yang saya punya. Kenapa Anda melakukan ini?

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang