"Terimakasih atas sarapan hari ini. Kalau begitu, saya pamit lebih dahulu, Ayah, Ibu."
Ketika aku bangkit dan membungkuk memberi salam, Abel ikut bangkit dan mengikutiku.
"Cleine, kemana kamu akan pergi hari ini?"
"Ah.. aku berencana untuk membaca buku di perpustakaan. Ada apa?"
"Aku akan mengantarmu."
"Oh, bukankah kamu sudah memiliki jadwal lain, Abel? Kamu harus mengikuti dua kelas setelah sarapan, bukan?" tanyaku. Abel tersenyum, "Meluangkan waktu untuk mengantarkan tunanganku adalah jadwalku hari ini."
Aku tersenyum, "Hoho. Seorang tunangan kecilku sedang berusaha menggodaku di pagi hari?"
Bola mata Abel membesar dengan wajahnya yang memerah, "A-apa maksudmu? Aku tidak menggodamu..! Justru, bukankah kamu yang baru saja menggodaku?!"
"Hahaha! Aku hanya bercanda, Abel. Lihatlah reaksimu itu. Selalu menyenangkan setiap aku melihatnya."
Dengan wajahnya yang memerah, Abel memanyunkan bibirnya. "Kamu selalu seperti itu.. apa kamu menganggapku seperti anak kecil?" ia bergumam dengan suara kecil.
"Hm? Apa katamu barusan?"
Abel—seolah terkejut dengan sengatan listrik, dengan cepat menggeleng panik. "Tidak ada, Cleine. Aku hanya berbicara melantur kepada diriku sendiri."
Mendengar jawabannya, aku menaikkan sebelah alisku. Abel seolah tampak tahu dengan reaksiku yang meragukan jawabannya barusan, dengan cepat ia mengangguk dan memberi alasan.
"Kau tidak perlu memikirkannya, Cleine. Sungguh."
Aku membuang nafas kecil, "Baiklah. Jadi, apa yang ingin kau lakukan sekarang?"
Abel menyentuh ujung jari-jariku, menggantungkan jemarinya diujung jemariku.
"Kau akan membiarkan aku mengantarmu ke perpustakaan, 'kan, Cleine?"
Aku terdiam beberapa saat dan tidak bisa menahan diriku untuk berpikir bahwa saat ini, tunanganku telah bersikap imut secara berlebihan!
Ia mungkin secara fisik telah tumbuh lebih banyak dariku. Tetapi, Abel tetap seorang anak laki-laki yang manis di mataku! Dia adalah anak dari pasangan pemeran utama yang sekarang menjadi tunangan kecilku.
"Tentu saja. Tetapi, jarak perpustakaan dengan ruang kelasmu cukup jauh. Apa kau tidak apa-apa?"
"Apa yang harus dipermasalahkan dari jarak sedekat itu, Cleine? Bahkan jika mengantarmu membutuhkan dua samudra untuk diarungi, aku tidak akan mempermasalahkannya."
"Baik, cukup untuk hiperbola yang berlebihan pagi ini." aku tertawa kecil, lalu menggenggam tangannya yang tergantung ragu di ujung jemariku.
"Itu bukan hiperbola. Aku benar-benar serius, Cleine. Jika harus mengarungi dua samudera sekalipun, jika itu untukmu, maka tidak ada yang tidak mungkin."
"Ya, baiklah. Aku tahu itu. Kalau begitu, mari kita pergi sekarang."
"Cleine."
"Ya?"
"Aku benar-benar akan mengarungi samudera jika itu untukmu."
"Pfft—Abel! Hentikan! Mendengar hal seperti itu di pagi hari—! Ahahahah!"
Sementara aku tertawa lepas, Abel menatapku dengan wajah seriusnya yang tampak kebingungan. Ekspresi di wajahnya secara jelas menggambarkan kebingungannya tentang apa yang salah dari perkataannya barusan.
"Baiklah.. aku tidak akan pergi jauh mengarungi dua atau tiga samudera. Jadi, kau tidak perlu mengarungi dua samudera untukku."
"Benar, Cleine. Daripada membahayakan dirimu dengan berpergian di tengah laut, lebih baik kita pergi bersama, bahkan jika perlu berteleportasi dengan menggunakan kekuatan sihir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasíaSetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...