Love Mission : 14

2.3K 300 0
                                    

"Bahkan jika terlahir kembali," bola mata keemasan itu memandang semua orang di hadapannya.

"Aku akan kembali terlahir sebagai cahaya untuk kekaisaran."

"Tidak..! Anda tidak bisa meninggalkan kami! Yang Mulia, saya mohon, kembalilah dan jangan mengorbankan diri Anda sendiri!"

"Dunia dan kekaisaran ini membutuhkan cahaya, Sri."

"Dan akulah cahaya itu."

Sesaat kemudian, teriakan dan erangan menggelegar dari ujung benua Kekaisaran.

Karena cahaya kekaisaran yang begitu gemerlap, jatuh untuk mengorbankan dirinya kepada kekaisaran.

***

"Yang Mulia Sri—Tunggu! Sri, kenapa kau menangis?!" Orfeo dibuat heran dengan tingkah sahabatnya yang memegang jabatan sebagai Pendeta Tinggi tersebut. Bisa-bisanya dia meneteskan air mata di depan seorang Lady?!

Dengan cepat, Orfeo membungkuk kepada Lady yang kini berdiri—atas bantuan Orfeo— dan menatap ke arah Leo dengan sama bingungnya seperti Orfeo.

"Eum.. permisi, apakah aku membuat kesalahan? Kenapa Anda menangis?" tanya Lady itu dengan wajah bingung.

"Tidak, tidak! Seorang Lady lemah lembut dan cantik seperti Anda tidak membuat kesalahan sama sekali. Namun, Pendeta Tinggi kami ini sedang mengalami stress akibat terlalu sering berdoa dan mentalnya sedang sedikit terganggu. Jadi, kami pamit undur diri lebih dulu, Lady! Ah, biar saya sembuhkan dulu kaki Anda." Orfeo berjongkok, mengarahkan telapak tangannya ke arah kaki Lady tersebut dan memberinya penyembuhan dengan kekuatan suci miliknya.

"Ah, terimakasih." ucap Lady itu dengan spontan ketika Orfeo sampai menggunakan kekuatan sucinya untuk menyembuhkan luka di pergelangan kakinya akibat terjatuh tadi—yang sebenarnya tidak begitu sakit.

"Maafkan atas ketidaksopanan kami, Lady. Kami pamit lebih dulu. Semoga Cahaya Phalossa selalu menerangi Anda, dan saya harap Anda memiliki hari yang cerah hari ini dan seterusnya." Orfeo menunduk memberi salam, lalu memberi senyum tipis, "Yang Mulia! Anda harus dihukum." setelah itu, ia segera menarik Leo dari sana dengan perasaan malu sekaligus sebal.

Lady yang masih berdiri di sana bergeming. Menatap para pendeta yang berjalan menjauh darinya dengan bingung.

***

"Cleine!"

Abel menghampiri saya dengan raut wajah cemas yang terpatri di wajahnya.

Aku yang masih linglung; atas kejadian tadi, menatapnya kosong.

"Kamu tidak apa-apa? Kenapa kamu begitu lama? Apa kamu tersesat tadi? Aku sangat khawatir dan takut.."

Tidak, mata berlian merah itu berkaca-kaca sekarang! Apa yang harus kulakukan?

Pada akhirnya, aku menepuk-nepuk pelan kepalanya, "Aku hanya telat beberapa menit saja. Aku tidak tersesat dan tadi ada sedikit kejadian yang membuatku terlambat sebentar."

"Kejadian apa?" Abel bertanya dengan wajah menuntut. "Kejadian apa yang bisa membuatmu telat sepuluh menit?" tanyanya lagi, kali ini dengan konsonan kata yang lebih panjang dari pertanyaannya yang sebelumnya.

"Itu tidak begitu penting, kamu tidak perlu tahu, Abel," jawabku. Lagipula, kejadian dimana aku terjatuh dan kebingungan adalah bagian yang paling memalukan untuk diceritakan. Jadi, kupikir untuk menyimpannya saja sendirian kali ini.

"Cleine, kamu benar-benar tidak akan memberi tahu aku?" tanya Abel sekali lagi. Aku menggeleng tegas, "Tidak."

"Bahkan jika aku memohon?" ruby merah itu bersinar, gemerlap dalam kemerahan bola mata Abel. Menatapku dengan pandangan yang membuatku ingin memberitahunya kejadian memalukan itu saat itu juga.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang