Love Mission : 40

810 89 2
                                    

"Seo-hyun!"

Aku menoleh dan mendapati Seola tengah berlari menghampiriku dari arah gerbang sekolah.

"Kau nyaris terlambat lagi," komentarku kepadanya. Seola tidak menjawab dan hanya memberikanku cengiran lebarnya, menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapih.

"Hehe. Aku ketiduran lagi." ujarnya sambil mengalungkan lengannya di leherku.

"Ugh, lepaskan. Aku tidak bisa bernafas, bodoh." gerutuku sambil berusaha melepaskan apitan lengannya di leherku.

"Hei, hei. Kau jadi sensitif banget, deh. Apa karena nilai ujian kemarin?" tanya Seola dengan bibir mengerucut.

Aku memutar bola mata dengan malas, "Jangan bahas nilaiku."

"Kenapa? Kau peringkat empat di kelas. Rata-ratamu juga tinggi." kami berjalan bersama memasuki gedung sekolah. Selama perjalanan, aku menghela nafas lelah.

"Aku hanya tidur satu jam perhari hanya untuk belajar materi ujian. Tetapi, aku hanya tetap berada di peringkat empat. Ibuku sangat marah kemarin."

Yah, Ibuku tidak marah dengan cara kasar seperti membanting barang. Tetapi, beliau menjadi semakin mengacuhkan anak-anaknya dan sekalinya ia berbicara dengan kami, ia hanya akan menatap kami dengan dingin dan melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Itulah sebabnya aku berusaha keras dalam belajar agar aku bisa segera terbebas dari Ibuku saat masuk universitas nanti.

"..." Seola terdiam, tampak memikirkan kalimat apa yang harus dia katakan untuk menenangkanku.

"Sudahlah, lagipula itu sudah berlalu." aku memutuskan untuk menghentikan topik pembicaraan kami, dan mengalihkannya ke topik pembicaraan ringan yang bisa kami lakukan dengan nyaman.

"Jadi, apa yang kau lakukan? Baca novel? Atau apa?" tanyaku sambil meletakkan sepatuku di rak milikku dan menggantinya dengan sepatu yang disediakan oleh pihak sekolah.

"Bukan! Aku.. ikut kencan buta dengan anak dari sekolah sebelah!" Seola menjawab dengan ceria.

"Namanya Kim Kyungseok! Oh, astaga! Dia sangat seru, dan.. sangat tampan! Kami mengobrol hingga malam. Dan kau tahu? Dia itu primadona di sekolahnya!" cerita Seola dengan semangat. Aku mendengarkan ceritanya dengan seksama.

"Jadi? Kau pacaran dengannya?"

"Satu tahap menuju itu!" Seola memukul-mukul pundakku dengan wajah merah yang berseri-seri. Aku mengangguk lalu tertawa kecil, "Jika kalian pacaran, jangan lupa untuk mentraktirku."

"Tentu! Tentu! Jika aku pacaran dengan bongkahan berlian seperti Kim Kyungseok, aku akan mentraktirmu di kafe mahal!"

"Yah, yah. Aku doakan saja supaya cepat jadian."

"Eh, omong-omong! Apa kau punya waktu hari ini?" tanya Seola tiba-tiba. Aku menggeleng, "Tidak, kebetulan hari ini guru les-ku sedang sakit. Jadi, setelah pulang sekolah aku sedang free."

"Nah! Baguslah!"

"Hm?"

"Jadi begini, saat aku main dengan Kyungseok beberapa hari lalu, aku juga bertemu temannya, Lee Eunhyeong. Aku mengenalkanmu fotomu kepada Kyungseok dan teman-temannya, dan sepertinya Eunhyeong tertarik denganmu! Apa kau mau menemaniku keluar hari ini? Aku akan menemukanmu dengan Eunhyeong. Kemarin, dia sempat meminta nomormu, tetapi belum aku berikan. Ya, ya?! Kumohon! Setidaknya selama SMA ini, kau harus merasakan rasanya kasmaran!"

Perkataan Seola seperti menusuk hatiku. Aku tertawa renyah dalam hati, menyadari bahwa 15 tahun hidupku ini hanya kuhabiskan untuk belajar, belajar, dan belajar.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang