"Abel."
Abel; yang tadinya sedang sibuk berkutat dengan tumpukan dokumen di ruang belajarnya, langsung menoleh dan menatapku yang berdiri di ambang pintu ruangan belajarnya dengan tatapan terkejut.
"Cleine? Bagaimana kamu bisa ada disini?" ia melompat dari kursinya, lalu segera menghampiriku yang berada di ambang pintu ruang belajarnya.
Aku tertawa kecil melihat sambutannya, "Hehe. Kejutan." aku mengangkat kepala serta kedua tanganku untuk mencubit pipinya dengan gemas.
Sekarang, tubuh Abel lebih tinggi sekitar 30-40 sentimeter dari tinggi tubuh Bellanca. Sungguh menakjubkan bagaimana melihat pertumbuhan fisik Abel yang tumbuh begitu pesat dalam kurun waktu sekitar nyaris dua tahun. Itu terasa seperti waktu berjalan dengan sangat mengerikan.
"Ayo masuk, Cleine. Nah, duduklah disini." Abel menggiringku masuk, lalu mempersilahkanku duduk di kursi panjang yang kuyakini sebagai kursi untuk bersantai, karena didepannya terdapat meja dan juga peralatan tea time.
"Terimakasih." ucapku. Abel mengangguk lalu duduk di sebelahku. Matanya tampak lelah, terlihat jelas dari kantung matanya yang menghitam.
"Oh iya, aku juga membawakan sesuatu untukmu Abel."
"Benarkah? Apa itu, Cleine?" matanya mengerjap dengan antusias. Senang melihat ekspresi itu terpasang di wajah menggemaskannya yang sebelumnya tampak lelah.
Aku mengeluarkan kotak pie yang aku bawa diatas mejanya, lalu mengambil rangkaian tea set yang tersedia pada meja yang berada di depan kursi yang kami duduki saat ini lalu mulai menata piring-piring itu.
"Wow.. apa ini? Aku belum pernah melihat kue seperti ini sebelumnya, Cleine." Abel menatap kue itu dengan takjub. Aku tersenyum bangga. Meskipun bukan aku yang membuat resep pie ini, tetapi tetap saja, aku adalah orang pertama yang membuat kue ini disini, yang dengan kata lain, di dunia ini, kue pie ini adalah hak patenku, jadi ayo kita membanggakan diri dengan dagu terangkat!!
"Tentu saja, dan kau tidak akan melihat kue ini jika bukan aku yang membuatnya." ujarku membanggakan diri dengan cengiran di wajahku.
"Cleine, kamu membuat ini sendiri?! Luar biasa, Cleine! Bisakah aku mencobanya sekarang juga?!" tatapannya menjadi lebih antusias, ia bersemangat seolah-olah aku hanya akan menunjukkan kue pie ini kepadanya tanpa memberikannya sepotong pun.
"Tentu saja kau bisa. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya untukmu." aku mulai menata pie itu diatas piring keramik berwarna putih dengan motif mewah dan elegan yang tadi sudah aku tata rapih diatas meja.
"Nah, cobalah." setelah aku memotong pie yang sudah kupotong segitiga itu, aku segera menyuapkannya ke bibir Abel.
"Buka mulutmu, Abel."
Abel, dengan wajahnya yang memerah sepenuhnya, meremas ujung celananya dengan ragu, "Aku bisa memakannya sendiri.."
"Tidak apa-apa. Aku akan menyuapkanmu hari ini. Ayo cepat buka mulutmu, waktuku tidak banyak lagi." aku menatap jam yang terpasang pada dinding ruangan dan kembali menatap Abel.
Abel mengangguk lalu dengan cepat membuka mulutnya, dan aku mulai menyuapkan potongan pie itu ke dalam mulutnya.
Abel mengunyah makanan itu, dan tatapan matanya bersinar beberapa detik kemudian.
"Enak! Ini sangat enak! Bagaimana kamu bisa begitu berbakat, Cleine?" pujinya dengan raut wajah senang.
Sama seperti Grand Duchess, Abel juga memakan habis semua pie yang kubawakan untuknya, dan tak berhenti memuji tentang betapa enaknya kue buatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasiSetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...