Love Mission : 02

6.5K 657 11
                                    

Sebuah gaun santai berwarna peach dengan kalung liontin berwarna silver menjadi pilihan pakaian saya untuk saya pakai saat menghadiri makan malam.

Saya tersenyum menatap kakak laki-laki saya, "Selamat malam, Ayah, Kakak." kemudian saya duduk di salah satu kursi.

"Malam, Nak." Count menjawab lebih dulu, lengkap dengan wajah cerahnya.

"Bagaimana kondisimu, Cleine?" Carsten bertanya kepada saya. "Maaf aku tidak bisa berada di sisimu ketika kau bangun tadi. Kau tahu, istana sedang rumit." ia melanjutkan.

Saya tersenyum, "Karena kepedulian Kakak, kesehatan saya sudah sangat membaik sekarang."

Wajah Carsten tampak tercengang dan bingung di waktu yang bersamaan. Raut yang seolah mengatakan, benarkah yang baru saja menjawab pertanyaannya adalah Adik kecilnya yang selalu bersifat manja dan semena-mena?

"Kau menjadi lebih dewasa, Cleine." Carsten tersenyum, memuji saya.

"Terimakasih, Kakak."

Count tersenyum hangat melihat keharmonisan diantara kedua putra dan putrinya. Ia memandang lekat pemandangan itu sebelum akhirnya memutuskan untuk memulai makan malam.

****

"Emily."

"Ya, Nona?" Emily yang sedang menyisir rambut saya menjawab dengan cepat. Saya tertawa.

"Apakah kamu tau tentang Tuan Muda Grand Duke?" tanya saya langsung pada intinya. Jika anda membaca banyak novel bergenre historical victorian, anda pasti mengerti bahwa bertanya pada pelayan atau maid adalah salah satu hal yang sangat efektif dalam mencari informasi.

"Maksud Anda, Tuan Muda Macario?" Emily memastikan. Saya mengangguk sebagai jawaban.

"Eum, tidak banyak yang saya dengar tentangnya." Emily tampak berpikir.

"Yang Mulia Grand Duke sedang memimpin pasukan perang bersama Pangeran Roenhart di wilayah perbatasan utara. Sudah nyaris satu tahun."

"Ya, aku tahu tentang itu. Apa ada hal lain yang kamu ketahui? Sesuatu yang lebih detail?"

"Eum, sejujurnya, saya mendengar ini dari salah satu teman saya yang bekerja di kediaman Grand Duke."

"Katakan."

"Dia berkata bahwa, sebenarnya saat Yang Mulia Grand Duke memilih Lady Charice sebagai Grand Duchess, banyak pengikut Grand Duke yang menentang pernikahan tersebut. Karena, Lady Charice berasal dari anak haram keluarga Viscount dari kerajaan kecil yang bisa dibilang sudah bangkrut, jadi keluarga Lady Charice tidak bisa memberi keuntungan apapun untuk keluarga Macario.

Namun, Grand Duke bersikeras memilih Lady Charice sehingga akhirnya mereka dikarunia seorang putra saat ini."

"Hannesabel." saya menimpali.

"Benar, Nona."

"Apa kamu tahu berapa usia putra tunggal keluarga Grand Duke?" saya kembali bertanya.

"Dia lebih muda dua tahun daripada Nona, jadi umurnya 12 tahun."

"Baik, tolong lanjutkan perkataanmu sebelumnya."

"Ketika Yang Mulia pergi berperang, Grand Duchess beberapa kali pergi ke pesta minum teh, namun tak jarang ia mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari Nyonya bangsawan yang lain. Seperti dari Duchess Cordelia, Duchess Rodrigo, atau dari Marchioness Volaria."

"Bahkan, beberapa putra putri bangsawan menjauhi Tuan Muda Macario. Mereka bilang, Tuan Muda Macario lebih suka menyendiri dan sulit didekati, terutama bola mata merah itu selalu membuat mereka takut, padahal jika dibandingkan dengan bangsawan kelas atas lain, Tuan Muda Macario bisa dikatakan sebagai anak campuran. Setiap pergi ke dalam perjamuan atau pesta teh, Tuan Muda Macario selalu sendiri dan menolak untuk didekati, jadi orang-orang sudah lebih dulu malas mendekatinya. Katanya, ia sangat dingin dan menakutkan, seperti menyukai untuk menindas atau mengintimindasi orang lain."

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang