Love Mission : 41

713 98 0
                                    

"Abel, bisakah aku tidur di kamarmu malam ini?" tanyaku sambil menatap Abel yang tengah menyuapkan cookies kepadaku.

"Huh? Kamarku?" Abel tampak terkejut. Wajahnya memerah dan ia dengan cepat mengalihkan wajahnya.

Duh, berapa lama, ya, ekspresi imut ini akan bertahan di wajah Abel? Padahal kami sudah sering tidur di kasur yang sama, tetapi ekspresi malu-malu yang terpasang di wajahnya masih belum menghilang hingga saat ini.

"Ya, benar. Kamarmu."

".. Tentu saja." Abel menjawab beberapa saat kemudian sambil menundukkan wajahnya. "Ah, Cleine, apa kamu mau lagi?" tanyanya sambil menyodorkan garpu yang berisi potongan pancake ke hadapan mulutku. Ah, dengan wajahnya yang memerah ini, Abel sedang salah tingkah sekarang.

"Hm, terimakasih." aku mengangguk lalu mengunyah potongan pancake tersebut.

"Eum, Cleine, aku.. aku, apakah kau sudah tidak marah denganku?" tanya Abel pelan. Aku menatapnya bingung. Melihat raut wajahku, dengan terbata Abel segera menjelaskan pertanyaannya dengan cepat.

"Uhm, maksudku.. kau tampak marah denganku belakangan ini. Apakah tidak apa-apa.. jika aku berada di dekatmu seperti ini?"

Yah, sudah lima hari berlalu semenjak hari pertama menstruasi Bellanca. Awalnya, aku memang sedikit menghindar dari Abel karena aku merasa agak malu, tetapi melihat Abel yang berusaha mengikutiku demi memastikan kondisiku, aku tidak bisa menghindar lagi darinya.

"Aku tidak pernah marah." mendengar jawabanku, mata Abel berbinar dan ekspresi wajahnya tampak cerah. Seperti anak anjing yang mendapatkan sepotong tulang penuh daging domba yang lezat.

"B-benarkah?"

"Benar. Oh iya, Abel. Kudengar, Grand Duke akan segera kembali dari perang. Apakah itu benar?" tanyaku. Kabar kepulangan Grand Duke sudah menyebar dan ramai dibicarakan para kesatria dan pekerja di mansion. Jadi, kurasa aku harus mengonfirmasi informasi ini terlebih dahulu.

"Benar. Mungkin dia akan kembali sekitar tiga sampai empat minggu." jawab Abel sambil meminum teh hijau miliknya.

"Oh, ya? Itu kabar yang sangat baik. Kuharap, Grand Duke sampai dengan selamat."

Abel mengangguk, dengan senyuman cerah, ia memandang bunga-bunga yang kutanam di rumah kaca dengan tatapan senang, "Benar. Aku harap juga begitu."

"Lalu, tentang perjanjian perang.. Apakah kau mengetahui apa isinya?"

"Jika sesuai dengan rapat diskusi antar bangsawan, pasti isinya seputar perizinan sihir di kekaisaran dan pembagian wilayah sengketa dengan kontrak berkala, dan yang terakhir, mungkin perjanjian perdamaian."

"Perizinan sihir? Kontrak berkala? Bisakah kau jelaskan perjanjian perdamaiannya lebih lanjut?"

"Begini, sejak awal, kekaisaran tidak pernah secara terbuka menjelaskan perizinan sihir. Karena kerusuhan akibat sihir yang terjadi di masa lampau, sihir dianggap sebagai malapetaka dan ketidakberuntungan di kekaisaran. Yah, terkadang itu benar. Tetapi, beberapa sihir justru membantu peradaban manusia untuk menjadi semakin maju."

"Lalu, kontrak berkala adalah perjanjian resmi untuk wilayah sengketa yang diperebutkan. Karena meski wilayah itu tidak berada di kepemilikan kekaisaran, tetapi masih termasuk dalam wilayah yang berada di perbatasan, maka kekaisaran, sebagai pemenang perang, mendapatkan hak atas kepemilikan tanah tersebut. Kerajaan Achilles harus membangun aliansi yang telah ditawarkan oleh kekaisaran dan menyetujui segala kontrak dan persyaratan yang ada. Kerajaan Achilles harus tunduk kepada kekaisaran dengan embel-embel perdamaian. Jika kerajaan Achilles melanggar salah satu dari ketiga syarat diatas, itu sama saja seperti kerajaan memberontak kepada kekaisaran."

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang