"Nah, Nona, Anda sudah selesai."
Aku mengangguk mendengar pernyataan Emily, lalu menatap pantulan diriku di cermin. Hm, jika dilihat lebih jelas, mataku masih terlihat sembab. Wajahku juga masih tampak sedikit merah meskipun Emily sudah menutupinya dengan riasan.
Huft. Ini adalah hari dengan perang emosional yang berat bagiku.
Perlahan, tanganku naik ke atas pipi dan mengusap pipi berwarna putih merona tersebut dengan pelan dan lembut. Wajah cantik yang sebenarnya bukan milikku ini..
Hatiku terasa berat. Meski Grand Duchess dan Abel sudah berusaha menenangkanku, tetap saja, ledakan emosional itu mempengaruhi kondisi suasana hatiku. Maksudku adalah, berapa kali aku berusaha untuk berpikir positif, pikiran dan perasaanku seperti berkontradiksi satu sama lain. Seolah keduanya saling mengerut dan bertubrukan satu sama lain. Terasa berat di satu sisi, namun di sisi yang lain, aku merasa kosong dan merasakan bahwa hal-hal yang kudapatkan saat ini adalah hal yang wajar.
Meski sampai saat ini, semua orang bersikap baik dan berhati-hati kepadaku. Semua memperlakukanku seperti barang pecah belah yang perlu diperlakukan sebaik mungkin. Yah, itu semua dilakukan karena aku hidup dengan baik di dalam tubuh Bellanca bukan? Mereka melakukannya karena mereka mengenalku sebagai Bellanca, sumber prioritas utama mereka. Tetapi, aku bahkan bukan benar-benar Bellanca itu sendiri..
Aku menikmati kehidupan ini sejak awal. Yah, tentu saja. Kehidupan yang nyaris sempurna ini.. siapa yang bisa menolak keindahan dan kemewahan seperti ini? Jika mengedepankan rasionalitas ku dibandingkan hati nurani, bukankah akan lebih baik jika kedepannya aku terus menikmati seluruh kehidupan ini tanpa melihat kebelakang lagi?
Namun, tetap saja, aku tidak bisa melakukan itu begitu saja. Entahlah.. aku hanya merasa bahwa hal itu rasanya sangat tidak bermoral. Meskipun terdengar rasional, menurutku pemikiran seperti itu adalah hasil pikiran yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang mudah untuk menjalani hidup tanpa ingin berpikir keras.
Dan aku tidak bisa melakukan itu begitu saja. Mungkin pada awalnya aku tampak seperti itu karena terlena akan dunia yang awalnya kuanggap sebagai dunia novel ini. Tapi, meskipun aku merasa buruk saat ini, bukan berarti aku bisa langsung berkata jujur dan menyelesaikan masalah dengan mengatakan kebenaran akan jiwa yang tinggal di tubuh Bellanca ini.
Perlu banyak pertimbangan sebelum mengatakan kebenaran ini. Meskipun merasa tidak nyaman, hal itu lebih baik daripada aku menghabiskan sisa hidup Bellanca dengan cara mengendap di biara atau rumah sakit jiwa.
Bahkan meski sejak awal aku tidak pernah secara sengaja mencuri kehidupan Bellanca, aku tetap merasa tidak enak karena telah menikmati kehidupannya begitu saja. Dan tidak ada pilihan lain selain beradaptasi dengan baik dan menjalani masa depan yang telah kurencanakan. Tetapi, tetap saja, jika saja tiba-tiba aku mengetahui alasan trasmigrasi ini, mungkin saja keadaan akan lebih baik, dan rasa bersalahku akan mulai hilang perlahan-lahan.
***
Selagi menunggu kedatangan pasukan kesatria Macario dan juga kedatangan Grand Duke, aku dan Grand Duchess memastikan dekorasi pesta dan segala hal yang telah kami siapkan sudah sempurna dan tidak ada kekurangan.
Meskipun pesta penyambutan baru dimulai sekitar satu minggu lagi, seluruh persiapan sudah harus selesai dengan baik dan sempurna. Selain itu, karena pintu gerbang keluarga Grand Duke dibuka saat periode pesta penyambutan, maka sudah hal pasti untuk mengecek kembali seluruh persiapan pesta.
Aku turut berkontribusi dan bertanggungjawab besar pada persiapan pesta penyambutan Grand Duke dan para kesatria, jadi tentu saja aku harus memastikan kembali semua hal yang kusiapkan benar-benar sudah sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasíaSetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...