"Tidak apa-apa, Cleine. Aku hanya butuh istirahat sebentar. Pergilah."
Bahkan setelah Abel mengatakannya untuk menenangkanku, aku masih berjalan sambil menolehkan kepalaku ke belakang untuk memastikan keberadaannya. Dan Abel masih tetap berdiri di tempatnya, dengan wajah lelah dan sendu, ia masih tetap berdiam di tempatnya, menungguku sampai ia sendiri benar-benar menghilang dari pandanganku ketika aku dan Emily telah berbelok ke lorong mansion yang lain.
Ini adalah pertama kalinya. Pertama kalinya seorang Hannesabel von Macario menolakku. Maksudku, kali ini, ia benar-benar menolakku, bukan?
Aku masih terdiam tidak bersuara dengan perasaan tidak nyaman. Pandanganku sedikit kabur dengan mata yang berkaca-kaca, tanganku sedikit bergetar, dan pikiranku tidak fokus. Akibatnya, aku terjatuh bahkan tanpa tersandung apapun.
"Astaga, Nona!"
Emily berhenti dengan terkejut dan segera membantuku. Tetapi, saat ia membantuku berdiri, aku justru mengeluarkan air mataku tanpa sadar. Emily dengan ekspresi wajah terluka, menatapku dengan tatapan sedih, seolah ia mengerti situasiku. Dengan lembut, perlahan tangannya menggenggam tanganku.
"Tidak apa-apa, Nona. Tuan Muda hanya butuh beristirahat sebentar." ucapnya dengan sebuah senyuman.
"Ini pertama kalinya Abel menolakku, Emily. Aku sangat cemas. Apa yang terjadi kepadanya? Apakah ia sakit? Kau tadi melihatnya, kan? Wajahnya pucat dan matanya memerah.. apa ia sakit?" aku menggigit bibir dalamku khawatir. Emily berhenti melangkahkan kakinya dan bsrsimpuh di hadapanku.
"Nona, Nona. Tenanglah." ujarnya.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Nona. Baik Anda dan Tuan Muda hanyalah manusia biasa yang memiliki emosi dan perasaan. Kadang ada kalanya, kita merasa membutuhkan waktu untuk sendiri aja. Jika Tuan Muda sakit, beliau pasti sudah mengatakannya. Bukankah begitu, Nona?" Emily tersenyum.
"Lagipula, bukankah Tuan Muda adalah orang yang sangat sehat? Kita tidak pernah melihatnya sakit sebelumnya." lanjut Emily sambil menggenggam tanganku.
Aku menghembuskan nafas gusar, ".. Kau benar, Emily."
"Tetapi, tetap saja aku merasa cemas."
Abel adalah anak yang sangat menyayangiku, dan tentu saja, aku juga menyayanginya. Abel berada bersamaku di titik terendah maupun titik tertinggi ku, dan tentu saja aku akan melakukan hal yang sama untuknya.
Aku mengerti bahwa terkadang ada beberapa hal yang tidak dapat diceritakan dan lebih baik dipendam sendiri, tetapi.. aku berharap Abel bisa berbagi beban dan keluh kesahnya denganku.
Bagaimana jika ini adalah sebuah tanda buruk? Apa yang akan terjadi di hari esok?
Ketakutan dan kekhawatiran terus menerus berputar di dalam benakku. Aku mulai membayangkan skenario terburuk yang tentu saja, aku tidak akan pernah menginginkan hal-hal tersebut menjadi kenyataan.
Jika terjadi sesuatu pada Abel, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!
"Saya mengerti yang Anda pikirkan, Nona. Tetapi, percayalah," Emily menatapku serius. "Semua akan baik-baik saja, Nona. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Anda percaya dengan saya, Nona?"
Aku terdiam untuk beberapa saat, tetapi akhirnya mengangguk dengan helaan nafas pasrah.
"Iya. Kau benar. Aku harus berpikir positif. Aku harus memberikannya ruang, 'kan, Emily?"
"Benar, Nona. Terimakasih karena sudah percaya dengan perkataan saya. Saya yakin, semuanya baik-baik saja. Tuan Muda sedang memasuki masa pubertas, pasti ia merasa lebih sensitif dengan perasaannya. Adalah hal yang bagus untuk kita juga memberikannya ruang untuk dirinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mission: Became the Next Duchess!
FantasiaSetelah bereinkarnasi ke dalam sebuah novel, aku menyadari bahwa aku datang pada timeline yang salah! Kenapa tokoh utama pria dan tokoh utama wanita sudah menikah dan memiliki seorang putra?! Terlebih, putra mereka ternyata dua tahun lebih muda dari...