Love Mission : 60

327 34 0
                                    

Helium menatap langit di atasnya dengan ekspresi kosong. Langit yang kemarin berwarna semburat kemerahan penuh amarah, kini menjadi langit berwarna biru setenang laut.

Ketika ia berhenti untuk memandang langit lamat-lamat, bagian belakang dari betis kakinya ditendang keras oleh para penjaga berbadan besar yang mengawalnya untuk berjalan secara paksa, tanpa alas kaki, membiarkan kakinya yang berwarna putih pucat kini berlumur darah akibat terseok-seok tanah dan batu kerikil yang tajam.

"Jalan!" sentak laki-laki berbadan kekar di belakangnya. Tanpa perlawanan, Helium berhenti memandang langit biru di atasnya dan mulai berjalan sesuai perintah lelaki di belakangnya.

Ketika ia sampai di tempat eksekusi umum, ia melihat para rakyat yang datang berkerumun untuk menyaksikan akhir hidupnya. Menyaksikan akhir hidupnya yang menyedihkan sebagai seorang sayap Saintess yang tidak bisa melindungi Tuan-nya.

"Bunuh!"

"Pembunuh Saintess!"

"Sayap palsu! Kau adalah kejahatan yang melukai Saintess!"

Helium tidak terusik sama sekali ketika mendengarkan para rakyat itu menyerukan namanya sambil menghujaninya kerikil kecil dan kata-kata kasar. Tanpa rasa dendam, Helium hanya bida menerima semuanya tanpa melawan dengan sedikit sisa tenaga yang ia punya.

Pengorbanan yang dilakukan oleh Saintess Renoa Elaine la von Annora adalah kesalahannya. Keselamatan Saintess yang seharusnya ia utamakan, malah berbalik menjadi pengorbanan nyawa sang Saintess. Pada akhirnya, Saintess harus mati berkorban adalah kesalahannya karena tidak bisa melindungi Saintess dengan benar.

"Letakkan kepalamu, pengkhianat!" lelaki dibelakangnya kembali berseru, sembari menjatuhkan paksa dirinya. Menidurkan kepalanya dengan kasar di atas sebuah guillotine kayu yang akan menjadi tempat baginya untuk menghembuskan nafas terakhir.

Ketika kepala Helium akhirnya terbaring di guillotine, ia sama sekali tidak gentar. Tidak ada lagi kata takut akan kematiannya. Seolah kepalanya yang akan terpisah dari tubuhnya itu tidak akan berarti apa-apa baginya.

"Helium Agathias Elazar."

"Penjahat kekaisaran atas kejahatannya dalam kelalaian menjaga mendiang Yang Mulia Putri Saintess Renoa Elaine la von Annora! Dengan ini, kau—Helium Agathias Elazar, mendapatkan hukuman mati sebagai balasan akan perbuatanmu!"

Dengan ultimatum yang dibacakan Sir Arthur—tangan kanan Kaisar yang berdiri disamping sudut guillotine tempat eksekusi Helium, suara rakyat yang bersorak terdengar riuh menyesakkan telinga.

"Bunuh penjahat itu!"

"Bunuh!"

"Pergilah ke neraka, Helium Agathias Elazar!"

Sorak riuh para rakyat yang menonton eksekusinya semakin ramai terdengar. Helium menghembuskan nafas berat penuh perasaan bersalah. Matanya yang tampak kosong itu menatap lurus kepada seluruh penonton kematiannya yang berada di bawah panggung guillotine.

"Lakukan eksekusinya!" instruksi dari Sir Arthur membuat keramaian semakin menjadi. Seolah semua orang begitu bersemangat dan sangat tidak sabar untuk menyaksikan kematiannya hari ini.

Helium dapat mendengar derap langkah algojo eksekutor yang berjalan mendekatinya. Suara ujung pedang yang berderit memilukan akibat bersinggungan dengan kayu yang menjadi lantai panggung guillotine ini.

Algojo itu menempatkan pedang di lehernya, seolah memastikan bahwa ia tidak akan melakukan kesalahan dalam memenggal kepala Helium. Setelah dirasa pas, ia mengangkat pedang itu tinggi dan segera menurunkannya kembali untuk memenggal kepala Helium.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang