Love Mission : 29

1.2K 174 2
                                    

"Nona! Anda sudah bangun?"

Sinar matahari yang menyinari kamarku membuatku mengernyitkan mata. Setelah pandanganku sudah mulai normal dan sinar matahari sudah diterima dengan baik dengan mataku, akhirnya aku bangun dari posisi tidurku.

"Ya, selamat pagi, Emily."

"Selamat pagi, Nona. Aku akan menyiapkan air untuk membasuh wajahmu. Tolong tunggu sebentar."

Aku mengangguk, "Baik.. terimakasih, Emily."

Kemudian, Emily mendorong sebuah troli nampan dan menyiapkan air cuci mukaku. Setelah mencuci muka, aku mengeringkan wajah dengan handuk dan Emily mulai menyiapkan dress untuk kupakai saat sarapan.

"Nah, karena hari ini cerah, bagaimana jika Anda menguncir rambut Anda? Itu akan lebih baik daripada membuat Anda kepanasan jika Anda menggerainya," saran Emily. Aku mengangguk dengan mata terpejam, "Baiklah, tolong lakukan seperti itu."

Emily segera menguncir rambutku dan memberikannya aksesoris. Setelah selesai, aku segera turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama Count dan Kak Carsten.

"Selamat pagi, Ayah, Kakak." sapaku. Kak Carsten mengangguk dengan senyuman kecil, sedangkan Count segera membalas sapaanku.

"Selamat pagi, Nak."

Setelah aku duduk di meja makan, makanan mulai dihidangkan dan kami pun memulai sarapan.

"Aku tidak memiliki pekerjaan hari ini." ucap Kak Carsten tiba-tiba sambil mengelap area bibirnya dengan sapu tangan. Kami sudah selesai sarapan dan kini saatnya untuk menikmati dessert.

"Ya? Lalu?" balasku acuh tak acuh sambil memakan menu dessert hari ini, yaitu kue cookies marigold yang dibuat para koki di kediaman mansion Evanthe.

"Jadi.. ekhm, aku bisa sepenuhnya menghabiskan waktu untuk adik kecilku hari ini." mendengar perkataan Kak Carsten, aku langsung menoleh dengan mata berbinar.

"Benarkah?! Apakah kita akan pergi jalan-jalan dan berbelanja di pusat perbelanjaan?!" tanyaku antusias. Kak Carsten mengangguk, "Tentu, kita lakukan sesuai keinginanmu, Cleine."

"Kalau begitu, aku akan bersiap-siap sekarang! Emily, tolong bawakan sisa dessertku ke kamar ya! Aku akan bersiap-siap sekarang!" perintahku kepada Emily. Emily mengangguk dengan aura ceria di wajahnya.

"Baik, Nona!" setelah mendengar jawaban Emily, aku segera bangkit dari kursi dan berlari kecil menuju kamarku.

"Cleine, jangan berlari-larian atau kau bisa terjatuh!" peringat Count kepadaku.

"Yaa, Ayah!" aku membalasnya dengan suara lantang dari kejauhan, tetapi aku masih terus berlari dengan semangat menuju kamarku.

Hari kencan dengan saudara laki-laki saya! Ini adalah kali pertama, jadi aku sangat menantikannya!

***

Prang!

Ketika pedang yang terbuat dari besi itu terlempar dari genggaman Altair, Altair mengelap peluh di dahinya lalu menatap Abel kelelahan.

"Latihan hari ini sampai sini saja. Kemampuan berpedangmu semakin berkembang pesat, Abel."

Mendengar perkataan Altair, Abel membalas dengan tenang, seolah tenaga yang ia gunakan saat bermain pedang adalah tenaga yang tidak akan habis dari tubuhnya.

"Terimakasih atas pujiannya, Yang Mulia. Tetapi kemampuan Anda terlihat tidak sebaik biasanya saat ini." Abel duduk pada kursi yang terletak di pinggir arena berpedang dan mengambil minum lalu meminumnya.

"Apakah ini masih karena mendiang Yang Mulia Pangeran Roenharts?" tanya Abel sambil menatap arena pelatihan pedang di Istana Sentral dengan tatapan menerawang.

Love Mission: Became the Next Duchess!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang