"Jina, kamu jadi mau ketemu Heeseung?" Presensi Jay yang tiba-tiba menghampiri gadis itu membuatnya sedikit terjingkat.
"Jadi pak, eh kak. Ini kak Heeseung juga sudah menunggu disana." Ia menjawab, mengulas senyum tipis.
Jay terkekeh mendengar perkataan sekretarisnya itu, ia menggeleng pelan. "Senyaman kamu ajalah Ji manggilnya, oh iya titip salam ya buat Heeseung. Bilangin kapan kapan gue ajak ngopi"
"Oke kak"
"Yaudah saya pulang duluan ya"
"Iya hati hat–eh kak Jay" Gadis itu teringat akan sebuah kejadian yang membuatnya merasa bersalah.
"Ya?" Jay mengerutkan alis menatap Jina yang terlihat cemas.
"Tadi, mengenai tuan Shim.."
"Iya, kenapa dia?"
"Jas-nya, aku tadi ngga sengaja numpahin americano ke Jas tuan Shim. Aku tadi kepleset pas jalan, terus dia tiba-tiba nolongin."
"Oh pantes, ngga papa. Dia baik kok, dia ngga marahin kamu kan tadi?"
Jina menggeleng, "Engga, tapi aku ngga enak..."
"Ngga papa ji, Jaeyun temen gue. Nanti gue bilangin maaf deh"
"Serius? Makasih kak, sekali lagi tolong sampaikan maaf ya"
Pria itu tersenyum kemudian mengusap pucuk kepala Jina lembut. "Iya, udah sana di tunggu Heeseung. Hati hati, gue duluan."
Jina mengangguk lantas membungkuk memberi hormat kepada mantan kakak kelas yang saat ini menjadi bos-nya itu. "Iya kak Jay, hati hati juga."
Setelah kepergian Jay, gadis itu bergegeas membereskan berkas berkas serta dokumen lantas mengambil tas miliknya segera. Sejenak ia mengambil ponsel yang berada pada tas kemudian membaca pesan dari sang mama.
Mama
Jina, pertemuan dengan keluarga Shim diajukan nanti malam. Kamu segera pulang ya, nak.."Kenapa di ajuin?" Jina menghela napas pelan, memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya. Gadis itu kemudian beranjak pergi meninggalkan kantor dan berniat menuju caffe miliknya.
☆☆☆
Seorang gadis terlihat memasuki caffe yang cukup ramai, Jeon Jina menyunggingkan senyum ketika netranya menangkap seorang pria duduk di sebuah meja tengah meminum americano sembari memainkan ponsel.
"Cieee Jina itu siapa tuh udah nunggu" Yoora menyambut kedatangan Jina, ia merupakan tangan kanan Jina yang gadis itu percayai untuk mengurus caffe ini.
Terkekeh pelan, Jina mengangguk. "Udah lama?"
"Belum terlalu, gih sana."
"Yaudah gue ke sana dulu ya."
Gadis itu mengangguk mantap. "Sip"
Jina berjalan menghampiri Heeseung namun pria itu terlihat belum sadar akan kedatangan Jina dikarenakan dirinya fokus dengan ponsel di genggaman.
"Kak"
Heeseung mengalihkan atensinya dari layar ponsel kemudian menatap Jina yang sudah duduk didepannya. "Eh Ji, udah duduk aja, kapan sampai?"
"Emm lima belas menit yang lalu" Jawab Jina berbohong.
"Serius??"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)