Hai sayang, kangen ga?
Usahakan baca ini pas udah buka puasa aja ya, bagi yang menjalankan ibadah puasa. Jaga jaga aja😗
siapin tisu dulu
Happy Reading 😍—
Jina itu, bukan seseorang yang mudah untuk jatuh cinta. Berbeda lagi dengan rasa kagum, semasa dirinya menginjak remaja, pada masa sekolah menengah dulu, gadis itu tentu mudah terkagum dengan beberapa orang. Seperti seseorang yang suka membaca buku pelajaran, pintar dalam pelajaran namun tetap pandai bersosialisasi, aktif saat disekolah, mempunyai public speaking yang hebat, terutama sopan dalam bertutur. Seperti, Lee Heeseung.
Gadis tersebut jelas masih mengingat bagaimana dirinya beberapa kali terkagum dengan sosok kakak tingkat yang pernah menjadi ketua organisasi siswa intra sekolahnya itu. Kendati begitu, butuh waktu sekitar enam bulan heeseung untuk mendekati Jina dan mendapatkan hati si gadis.
Bukan karena sok jual mahal, atau karena takut untuk jatuh cinta, namun Jina dulu mempunyai keinginan sederhana. Ingin mencintai seseorang yang menjadi cinta pertamanya sekaligus terakhirnya. Satu alasan lagi karena dirinya dulu sangat ingin fokus untuk belajar, menikmati masa sekolah tanpa overthinking mengenai cinta. Tapi ternyata, dirinya menyerah. Ia merasa memang benar benar mencintai Lee Heeseung dan membutuhkan kehadiran laki-laki itu.
Mematikan shower dan menyambar handuk, kemudian melilitkannya pada tubuh. Jina lantas melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi, setelah beberapa menit bergulat dengan pikirannya sendiri, dirinya masih tak mengerti apa apa. Mengenai perasannya, apa yang harus ia lakukan, dan bagaimana cara memulainya. Cara memulai agar kehidupan rumah tangganya berjalan wajar dan bagaimana semestinya. Juga mengenai perasaannya pada Jake.
Gadis itu tidak mengerti, apakah dirinya benar benar mencintai Jake? Atau hanya merasa kagum? Yang jelas, Jina tahu, jika ia merasa nyaman bersama pria itu. Untuk sekian kalinya melamun didepan meja rias, menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca, Jina sedikit tersentak ketika mendengar suara pintu kamarnya diketuk. Gadis tersebut lantas beranjak membuka pintu dan mendapati Jake yang sudah terlihat rapi mengenakan turtleneck hitam yang dibalut Jas hitam juga celana jeans warna senada.
"Ji?" Ujar Jake, sedikit mengerjap menatap Jina.
"Iya?"
"Baru selesai mandi?"
Si gadis mengangguk polos, kemudian berujar tenang, "Iya, kenapa?"
"Ada yang pengen aku omongin"
"Apa?"
Jake berdehem lirih, dengan ragu berucap, "Tapi sebelumnya, kamu ngga mau pake baju dulu?"
Astaga.
Brakk!!
Jina menutup pintu dengan gesit, kemudian melirik kebawah. Demi apapun dirinya tidak sadar jika masih mengenakan handuk yang terlilit ditubuhnya. Merasakan pipinya memanas, Jina mendesis pelan takkala menyadari hal tersebut. Sial, ini akibatnya jika tidak fokus dan kelamaan melamun.
Buru buru kembali membuka pintu, hanya sedikit, Jina kemudian berujar, "I-itu, maaf Jake. Aku pakai baju dulu, kamu tunggu sebentar, ya?"
Jake terlihat terkekeh kemudian mengangguk. "Iya"
Kembali menutup pintu dan berjalan cepat ke arah lemari, Jina mengambil setelan kemeja dan rok kemudian mengenekannya. Sial, dirinya saat ini merasa sangat malu, kenapa bisa se ceroboh ini? Untung itu Jake, jika orang lain bagaimana?
Padahal setelah kembali dari apartemen Chaeyun pagi pagi sekali tadi, Jina berencana untuk segera membersihkan diri dan menyiapkan sarapan untuk Jake. Namun dirinya malah banyak melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)