Nomor Jake tidak bisa dihubungi.
Satu hal yang membuat Jina tadi langsung beranjak keluar dari restoran dan menghentikan taksi. Mengabaikan panggilan dari Chaeyun yang menyuruhnya tenang.
Hingga saat ini, didalam taksi, gadis itu masih mencoba menghubungi nomor Jake namun panggilannya sama sekali tidak tersambung. Jina berdecak sebal ketika taksi yang ia tumpangi berhenti karena lampu merah.
Mengacak rambut frustasi, gadis itu memejamkan mata sejenak. Juga ikut mengontrol emosi serta kegelisahan yang benar benar menggangunya.
"Pak, tolong percepat ya" Ujar Jina saat taksi sudah kembali berjalan.
"Baik, nona."
Hendak mencoba menghubungi nomor Jake lagi, Jina mendesis lirih ketika mendapati Chaeyun lebih dulu menghubungi dirinya. Gadis itu kembali menghela napas sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Jina, Dimana?"
Suara Chaeyun terdengar tergesa membuat Jina mengerutkan alis.
"Kamu masih nanya Ce?"
"Tenang dulu Ji, sekarang lo puter balik–"
"Enggak bisa, aku harus ke airport sekarang."
"Nurut sama gue, puter balik sekarang."
"Kenapa? Kenapa aku harus puter balik? Ce, nomor Jake ga bisa dihubungi.." Suara Jina terdengar lirih, gadis itu benar benar berusaha menahan tangisnya.
"Lo yakin itu pesawat yang ditumpangi Jake? Puter balik sekarang, kita ke kantor Jake dulu."
Jina terdiam. Sekarang ia merasa benar benar tidak bisa berpikir. Gadis itu benar benar bingung harus bagaimana, yang jelas Jina seratus persen yakin jika Jake menaiki pesawat itu, dirinya tidak mungkin salah melihat. Namun berusaha mencoba menenangkan dirinya, menepis semua rasa cemas dan pikiran negatif, pribadi itu lantas mengangguk, memilih menuruti Chaeyun.
"Pak, maaf tolong puter balik, ya?"
"Loh tidak jadi ke bandara, nona?"
"Tidak, tolong puter balik saja"
"Baik"
"Tenang, kita cari tau ke kantor dulu, siapa tau Jake ga jadi berangkat? Gue yakin Jake pasti baik baik aja"
Jina mengangguk, memutus sepihak sambungan telepon itu. Kembali memejamkan mata, gadis itu lantas menggenggam kalung liontin pemberian Jake. Demi apapun. Jina berharap Jake nya akan baik baik saja, ia berharap jika dirinya masih diberi kesempatan untuk mencoba menerima Jake, mencoba mencintai Jake.
☆☆☆
Jina melangkahkan kaki tergesa memasuki kantor Jake yang luas, gadis itu bahkan berlari kecil ke arah resepsionis disusul Chaeyun yang mengekorinya dari belakang.
"Dimana Jake?" Tanya Jina terburu.
"Selamat siang nona, tuan Jake sedang ada meeting sekitar–"
"Bukannya dia harusnya pergi ke Australia hari ini?" Tanya Jina memotong ucapan resepsionis.
Walaupun terlihat tenang, namun resepsionis itu sedikit terkejut karena Jina tiba-tiba memotong ucapannya. "Benar, tapi pertemuannya dibatalkan dan diundur jadi tadi tuan Jake langsung mengadakan meeting dengan–"
"Sekarang dimana dia?"
"Ji" Tegur Chaeyun menyentuh lengan Jina agar tidak terburu buru bertanya. Pasalnya resepsionis itu tentu terkejut dengan tingkah laku Jina yang terkesan tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)