☆34

1.6K 241 49
                                    

Bohong jika Jina berkata tidak memikirkan ucapan Seeun tadi. Walaupun sudah berusaha menepis rasa penasaran dan juga keterkejutan, nyatanya sampai saat ini dirinya masih saja memikirkan kenapa Seeun tiba-tiba secara terang terangan bilang jika gadis itu menyukai Jake. Apalagi saat tadi dirinya kembali dari toilet, netranya menangkap Seeun dan Jake saling berbincang, yang membuatnya menerka, mencoba merangkai semua kejadian yang berhubungan dengan kedua orang itu akhir akhir ini.

Mulai saat dimana kemarin Jake tiba-tiba bertanya mengenai Seeun, hingga saat tadi Seeun yang juga tiba-tiba memberitahu dirinya jika gadis itu menyukai Jake. Semuanya sangat terasa tiba-tiba, oh ataukah memang dirinya yang tidak mengetahui apa apa?

Memandangi Jake yang terlihat tengah memilih menu, Jina merasa sangat ingin bertanya langsung kepada pria itu, mungkinkah pria didepannya ini diam diam memiliki hubungan khusus dengan Seeun?

Tunggu. Jika memang iya, jika memang mereka diam diam memiliki hubungan khusus, memang apa masalahnya? Toh dirinya dan Jake juga tidak saling mencintai bukan? Tapi, kan tetap saja. Statusnya saat ini adalah istri Jake, nanti kalau dirinya tiba-tiba di ceraikan, bagaimana?

Astaga. Jina berdecak sebal. Mulai merasa pening dengan isi kepalanya sendiri. Jake yang mendengar itu lantas mengalihkan atensi, menatap Jina.

"Kenapa, Ji?"

"Hah? Ngga papa" Jawab Jina, juga mulai membaca menu yang berada didepannya. Saat ini mereka tengah berada di sebuah restoran untuk dinner. Jina tiba-tiba mengajak Jake mampir, saat dijalan dirinya melihat restoran Jepang, dan sedang ingin memakan makanan Jepang.

"Ingin bertanya sesuatu?"

Pertanyaan Jake membuat Jina kembali mengalihkan atensi, memandang pria itu. Sedikit terkejut karena Jake seperti tahu jika dirinya ingin bertanya.

"Kamu dari tadi liatin aku terus, maybe you want to ask about something?"

Sial, ketahuan. Jadi dari tadi pria itu tahu jika sedang diperhatikan. Jina terkekeh canggung, "Gr ya kamu. Siapa juga yang liatin?"

"Wajahmu merah, Ji"

"Ya karena panas kok, aku gerah"

Jake tertawa pelan, menggemaskan menurutnya melihat Jina yang memerah menahan malu. "Yaudah, ngga mau nanya sesuatu?"

"Enggak." Sahut Jina cepat, detik berikutnya gadis itu kembali berujar. "Tapi karena kamu maksa yaudah, aku mau nanya"

"Oke, nanya apa?"

"Tapi kalau ngga dijawab ngga papa kok"

Jake mengangguk, memandang lembut netra gadis didepannya. "Iya nanya apa dulu, nona?"

"Kamu—" Jina menjeda, mencoba mengumpulkan keberanian. "Punya pacar?"

Satu detik, dua detik. Masih tidak ada respon dari Jake yang membuat Jina ingin mengutuk mulutnya sendiri. Gadis itu lantas buru buru menyahut, "Kalau ngga dijawab ngga papa kok, Jake."

"Punya"

Deg

Jina merasakan hatinya mencelos, seperti baru saja dijatuhkan dari ketinggian. Gadis itu sedikit mengerjap, mencoba biasa saja, mencoba untuk tidak terlihat terkejut. Jadi, yang tadi dirinya pikirkan benar, ya? Jadi benar jika Jake dan Seeun memiliki hubungan?

"Dia cantik" Lanjut Jake, yang membuat Jina mengangguk, dan hanya merespon dengan ungkapan, "Oh.."

"Bikin kangen"

Sebenarnya Jina harusnya biasa saja, seharusnya dirinya tidak merasa kesal Jake menceritakan hal itu, karena dirinya juga yang bertanya. Namun bisa tidak sih pembicaraannya berhenti sampai sini?

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang