Malam ini, Jina memutuskan mengenakan dress berwana biru navy yang panjangnya sedikit diatas lutut, dengan rambut yang hanya ia kuncir sebagian, lalu ia tambahkan pita untuk menghiasinya. Setelah berdebat hampir setengah jam dengan Chaeyun lewat panggilan video, Jina akhirnya mengikuti perkataan Chaeyun untuk memakai pakaian ini.
Memang tidak biasanya Jina akan sebingung ini untuk pergi ke acara acara formal maupun nonformal. Gadis itu biasanya akan dengan cepat memutuskan apa yang akan ia kenakan. Namun entah, hari ini dirinya tiba-tiba merasa bingung. Chaeyun saja sampai heran dengan tingkah Jina yang tidak seperti biasanya.
Padahal sebenarnya, gadis itu hanya ingin... terlihat pantas.
Walaupun konyol rasanya, namun ia hanya ingin orang orang melihatnya pantas bersanding dengan Jake. Gadis itu juga tidak tahu mengapa perkataan nenek kemarin benar benar berdampak besar bagi kepercayaan dirinya. Ia merasa kepercayaan dirinya menurun, itu sebabnya hari ini dia memilih bertanya kepada Chaeyun apa yang pantas ia kenakan, dan bagaimana tampilan yang patut.
Tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Jina. Gadis yang tengah duduk didepan meja rias itu buru buru beranjak, membuka pintu kamar, dengan satu anting yang masih ia pegang.
"Belum selesai?" Tanya Jake ketika pintu tersebut terbuka, menampilkan Jina yang sudah sangat terlihat cantik dengan polesan make up tipis.
Jina menggeleng "Sebentar" memperlihatkan anting yang berada di tangannya. "Tinggal satu lagi" Ujarnya lantas berbalik, hendak kembali menuju meja rias untuk memasang anting satunya. Namun, gerakannya terhenti ketika Jake menahan pergelangan tangannya.
"Aku pasangin" Ucap pria itu, berpindah tempat didepan Jina, kemudian mengambil anting yang Jina genggam. Lalu terdiam beberapa saat, memperhatikan wajah si gadis dari dekat, Jake mengulas senyum. Tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut Jina yang menutupi telinga, kemudian perlahan memasangkan anting itu dengan hati hati.
Sementara disisi lain si gadis terlihat mematung. Diam diam mengontrol detak jantungnya, sembari memperhatikan wajah sang lawan yang terlihat serius dengan aktivitas memasang antingnya. Ia mengerjap beberapa saat, kembali menyadari satu hal. Jika Jake memang manusia yang sangat tampan, hidungnya yang mancung, tatapannya yang hangat, serta bibirnya yang terlihat, seksi?
Oke, fokus Jina!
"Sudah" Pria itu menjeda. "Ada lagi?"
Jina menggeleng sebagai jawaban, lalu tersenyum tipis. "Terimakasih" Ucapnya, lantas mengambil tas kecil yang terletak dimeja rias, kemudian memasukkan handphone juga menyemprotkan sedikit parfum.
"Kadonya udah kamu—"
Perkataan Jina terpotong ketika suara bel rumah terdengar, sepertinya ada yang berkunjung. Kedua orang itu saling bertatapan, mereka sama sama terkejut karena ada yang datang disaat keduanya akan pergi.
"Siapa?" Tanya Jina.
Jake menggeleng pelan, "Ngga tau, Ji" Ujarnya sebelum beranjak meninggalkan kamar, dan menuju ruang tengah. Dengan Jina yang menyusul membuntuti Jake.
Saat membuka pintu, Jake mendapati presensi seseorang tengah berdiri dengan setelan rapi. Sembari tersenyum kearahnya.
"Hai guys" Sunghoon menyapa, mengulas senyum. "Gua bareng ya"
Terdiam sesaat, Jake menghela napas, "Tiba-tiba? Bukannya lo punya mobil?"
"Yaelah, punya. Tapi gue ngga ada temen, sial. Mau bareng Jay tapi dia sama istrinya"
"Ya gue juga sama istri gue hoon"
"Ya tapi—" Sunghoon berdecak, menghela napas. "Ayoolah, gue gaada temen. Masa kesana sendiri kayak orang kesepian"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)