Jina menghembuskan napas lega ketika dirinya sudah sampai di rumah baru yang lebih tepatnya disebut rumah Jake. Seluruh badannya terasa pegal dan merasa tidak nyaman karena dari pagi memakai gaun pengantin yang berat.
"Mau pesan makanan, Ji? Dari tadi kamu belum makan sesuatu" Tawar Jake seraya memegang koper ditangannya.
Jina yang melihat itu kemudian menggeleng, "Engga, aku mau tidur, udah capek. Sini, Jake, biar aku aja" Ucapnya sebelum mengambil alih kopernya lalu berjalan ke arah tangga.
Gadis itu menghentikan langkah sejenak kemudian berbalik sebelum menaiki tangga. "Kamarku?"
"Pilih yang kamu mau"
Jina mengangguk lalu atensi gadis itu menatap tangga yang berada didepannya. Sebenarnya Jina tidak membutuhkan bantuan siapapun hanya untuk mengangkat satu kopernya, namun gadis itu sudah merasa seluruh badannya pegal, belum lagi gaun pengantin yang terasa berat masih melekat ditubuhnya.
Jake menghampiri Jina "Biar aku bantu"
Laki laki itu kemudian mengambil alih koper lalu mengangkatnya hingga sampai didepan dua kamar yang terletak bersebelahan. "Disini, ya?"
Jina mengangguk kemudian membuntuti Jake memasuki salah satu kamar itu.
"Kamarku terletak disebelah, didepannya ada ruang kerja ku. Kalau kamu butuh sesuatu kasih tau aku ya, Ji"
"Terimakasih"
"Selamat malam" Ucap Jake sebelum melenggang keluar dari kamar Jina.
Jina tertegun untuk sesaat, gadis itu kemudian memandangi ruangan kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Dirinya menatap langit langit kamar yang masih terasa asing baginya, pikirannya menerawang mengingat kejadian saat tadi di acara pernikahannya.
Dimana saat hatinya seperti disemas hebat ketika melihat Heesung tengah mengalihkan pandangan ketika dirinya dan Jake melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pantas disebut sebagai sebuah ciuman, karena keduanya hanya menempelkan ranum nya sebagai formalitas setelah pengucapan janji pernikahan. Saat ini dirinya telah menjadi seorang istri dari adik seorang laki laki yang ia cintai. Mungkin terdengar lucu, namun terasa menyakitkan bagi gadis itu.
Banyak hal yang gadis itu pikirkan tentang kedepannya, tentang mungkin berapa lama pernikahannya ini akan bertahan?
Atau sampai kapan dirinya dan Jake akan berpura pura nantinya. Namun yang jelas Jina memantapkan satu hal, dirinya tidak akan pernah bisa mencintai Jake, seseorang yang telah menjadi suaminya.Semakin memikirkan banyak hal semakin Jina merasakan kepalanya terasa pening. Gadis itu kemudian memilih beranjak untuk membersihkan diri sebelum tidur namun dirinya teringat akan satu hal. Resleting gaunnya yang terletak di belakang dan sangat sulit untuk ia buka sendiri, bahkan saat pagi tadi Chaeyun yang membantunya memakai gaun itu.
"Sial" Umpat gadis itu pelan, masih berusaha membuka resleting gaun itu namun tidak ada hasil. Tidak mungkin juga dirinya akan tidur sembari memakai gaun.
Hanya ada satu satunya cara yaitu meminta bantuan Jake, karena tidak ada siapapun lagi yang berada di rumah ini kecuali pria itu. Asisten rumah tangga yang diutus oleh Aeri akan mulai bekerja besok.
Jina menggigit bibirnya, berpikir bagaimana cara untuk meminta bantuan laki-laki itu. Gadis itu kemudian tersentak ketika mendengar beberapa kali suara ketukan pintu.
"Jina"
Jina beranjak membuka pintu lalu mendapati Jake tengah berdiri didepannya sembari mengulurkan ponselnya.
"Ponselmu ketinggalan saat dimobil tadi"
Jina mengerjap beberapa saat lalu mengambil benda pipih itu. "Terimakasih, Jake"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)