☆38

1.6K 224 39
                                    

"Jadi, ini tempat perempuan itu dulu sebelum di adopsi?"

Wanita paruh baya yang saat ini berada didalam mobil, menatap bangunan panti asuhan yang terletak di seberang jalan itu menggeleng tak percaya, emosinya benar benar meluap takkala mengetahui lebih pasti jika Jeon Jina memang bukan anak kandung keluarga Jeon.

Perempuan yang duduk disamping nenek terlihat mengangguk, membenarkan, "Benar, nenek. Itu panti asuhan tempat keluarga Jeon mengangkat Jina sebagai putrinya."

"Atas dasar apa Jina diangkat menjadi adikmu, Jeon Seeun?"

"Saya rasa memang papa hanya ingin mengadopsi anak dari panti asuhan"

Nenek mengalihkan atensi, beralih memandang Seeun yang duduk disampingnya, memperhatikan penampilan perempuan itu dengan teliti. "Lalu kenapa tidak kamu saja dulu yang menikahi cucuku?"

Tepat sekali. Seeun sudah menduga jika nenek akan menanyakan hal ini kepadanya, gadis itu mengulas senyum, kembali menyahut, "Jina bilang, dia yang ingin menerima perjodohan itu, dan papa menyetujinya."

"Kamu menyukai Jake?"

Gadis itu mengangguk, semua pertanyaan yang nenek lontarkan benar benar tepat seperti apa yang ia duga. "Iya, tapi apa boleh buat. Jina lebih dulu bilang kalau dia yang menerima itu"

"Memang sepertinya perempuan itu hanya menyukai harta cucuku." Ujar nenek, lantas menyuruh supir untuk kembali melajukan mobil. "Lakukan apapun, Jeon Seeun."

Seeun mengernyit, "Maksud nenek?"

"Lakukan apapun untuk memisahkan mereka, memang seharusnya kamu yang bersanding dengan cucuku. Bukan Jina."

☆☆☆

Cuaca yang sedang bersahabat dihari sabtu siang ini membuat anak anak panti bersemangat bermain di halaman depan. Gadis itu, Jeon Jina, tengah duduk dibawah pohon beralaskan tikar yang ia gelar, berniat menemani Jinkyu menggambar untuk menyelesaikan tugas sekolah. Dirinya terkekeh kecil melihat interaksi anak anak panti yang tengah bersemangat bermain bola. Jake sedang ada kepentingan di kantor walaupun hari ini hari libur, karena itu Jina memutuskan mengunjungi panti sendiri, sebab chaeyun juga sedang pergi bersama Jungwon.

"Kak Jina! Sini ikutan kita main! Tinggalkan saja Jinkyu!" Teriak salah satu anak panti dengan bola ditangannya.

Si gadis sontak menggeleng, membuat tanda silang menggunakan tangannya, lantas menyahut "Ngga boleh gitu, nanti kalau kak Jake kesini kalian main sama dia saja, ya?"

"Kapan kak Jake kesini?" Teriaknya lagi.

"Emm, tunggu saja. Kalian main sendiri dulu, kakak liatin dari sini" Jawab Jina yang mendapat persetujuan dari anak anak panti.

"Kan kak Jina, mereka itu nakal." Ujar Jinkyu menghentikan aktivitas menggambarnya.

Jina sukses terkekeh kecil, menggeleng pelan, gadis itu mencubit gemas pipi Jinkyu pelan. "Enggak, mereka cuma mau ngisengin Jinkyu, karena Jinkyu itu gemas"

Merasa tidak percaya dengan apa yang Jina ucapkan, gadis kecil tersebut serta merta menyilangkan tangan didepan dada, kesal dengan teman temannya yang mengganggu waktunya bersama Jina. "No, no. Mereka itu cuma mau ngerebut kak Jina dari Jinkyu lho, kakak tau tidak? Tadi pas ibu panti bilang kalau kak Jina mau kesini, mereka langsung pada rebutan buat main sama kak Jina"

"Kan kakak selalu main sama kalian kalau kesini, sekarang nemenin kamu belajar dulu. Ayo dilanjut menggambarnya, besok harus sudah selesai kan?"

Jinkyu mengangguk tenang, kemudian kembali melanjutkan aktivitas menggambarnya. Jina memperhatikan gadis kecil itu dan sesekali mengawasi anak anak panti lain yang tengah bermain di halaman. Fokusnya terpecah ketika mendengar suara dari ponselnya, menandakan panggilan masuk. Dirinya segera mengambil handphone dari saku outer yang ia kenakan, lantas menarik kedua sudut bibirnya takkala mendapati nomor siapa yang tertera menghubunginya.

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang