Minjeong memasuki ruang kerja Jake bersama seseorang yang terlihat tengah membawa buket bunga, lebih tepatnya Minjeong menyusul pria itu yang memaksa masuk ke ruang kerja Jake.
"Permisi pak, maaf saya sudah bilang beberapa kali ke tuan Sunghoon untuk tidak menemui anda, namun tuan Sunghoon memaksa masuk kesini" Ujar Minjeong.
Jake melirik tajam Sunghoon yang sudah duduk didepannya, sedangkan pria itu hanya terkekeh pelan kemudian menaikkan alisnya. "Hai bro" Sapa Sunghoon.
"Ngga papa, kamu bisa keluar Minjeong-sshi" Titah Jake.
Minjeong menghela napas pelan "Baik Pak, saya permisi dulu" Ucapannya sebelum melenggang pergi meninggalkan ruangan itu.
Sunghoon sedikit berbalik kemudian melambaikan tangannya. "Bye, Kim Minjeong"
"Ngapain lagi kesini?"
"Santai, masih marah lo?" Tanya Sunghoon.
"Nanya?"
"Sorry lah bro, kan gue beneran ngga sengaja lupa.."
"Terus ngapain lo bawa gituan?" Tanya Jake melihat buket bunga yang Sunghoon bawa.
"Gue udah jalanin hukuman lo, udah setuju buat ngga ngerokok seminggu, tadi pagi juga udah kirimin Jina buket di kantornya, ini gue bawain buat lo siapa tau lo mau juga. Masa masih marah lo ke gue?" Ujar Sunghoon, pria itu memang diberi hukuman dari Jake atas kejadian wine kemarin malam. Jake memang tidak menghajarnya namun laki-laki itu malah memberinya hukuman dengan tidak boleh merokok selama seminggu dan memberi Jina buket bunga setiap pagi.
"Are you kidding me?" Tanya Jake mengintimidasi.
"Hehe bercanda, ini buket buat bujuk sekertaris lo aja supaya gue boleh masuk kesini. Abisnya dia galak banget anjir"
Jake hendak menjawab pernyataan Sunghoon namun ponselnya lagi lagi berdering. Laki laki itu kemudian meraih ponselnya dan melihat nomor tak dikenal lagi yang menghubungi nya.
"Siapa?" Tanya Sunghoon ketika melihat Jake tak kunjung mengangkat telefon itu.
"Stranger" Ucapnya kemudian menekan tombol merah.
"Dia dari tadi nelfon, pas gue angkat ngomong ngga jelas" Lanjutnya.
"Ngomong apa emang?"
"Cewek lo murahan"
"Anj-" Netra Sunghoon membola mendengar perkataan Jake.
Jake mengernyitkan dahi ketika melihat notifikasi pesan masuk dari nomor itu dan mengiriminya sebuah foto.
"Dia ngirim foto"
"Coba liat" Ujar Sunghoon.
Jake lantas membuka pesan itu dan melihat foto yang di kirimkan. Dirinya kemudian terdiam, mengamati foto itu.
"Foto apa?" Tanya Sunghoon.
Jake masih terdiam, tidak menjawab pertanyaan Sunghoon.
"Woi bro, foto apa?"
"Jina" Jawab Jake.
Sunghoon lantas mengernyitkan dahi, pria itu menduga jika yang mengirimi Jake pesan adalah salah satu orang yang membenci Jina.
"Sama kak Heesung"
☆☆☆
Waktu menunjukkan pukul delapan malam, namun Jina dan Heesung masih saja berada di cafe tersebut. Keduanya terlihat senang dan sama sama melontarkan candaan yang memang biasa tetjalin seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)