☆30

1.8K 247 28
                                    

"Mau langsung pulang, Ji?" Tanya Jake ketika Jina baru saja memasuki mobil setelah menutup caffe.

Memasang sabuk pengaman, lantas menoleh, melihat pria di samping yang tengah menatapnya, Jina terlihat berpikir. "Memangnya mau kemana?"

"Hari ini ada festival kembang api di sungai Han, ingin melihat?"

Ah, benar. Festival.

Jina sempat mendengar dari salah satu pelanggan caffe nya tadi. Melihat jam yang berada di pergelangan tangan, ketika waktu menunjukkan belum genap pukul tujuh, gadis itu kemudian mengangguk antusias. Belum terlalu larut, memang dirinya sedikit merasa lelah, ditambah lagi nanti malam harus menyelesaikan laporan yang Jay minta untuk besok pagi. Namun, tidak ada salahnya untuk melihat sebentar. "Boleh, ingin street food."

Ngomong ngomong, gadis itu lapar.

Jake terlihat terkekeh, memandang gemas gadisnya. "Oh, jadi kesana mau jajan ya?"

"Bonus lihat kembang api tentunya."

"Oke tuan putri, sesuai keinginan." Ujar Jake, mulai melajukkan mobilnya. Sementara disisi lain, Jina terlihat memerah. Apa katanya? Tuan putri?

Astaga, Jina. Dia cuma bercanda.

Mengalihkan pandangan, lantas berdehem, gadis itu mulai memilih lagu dan menyetelnya untuk memecah keheningan. Dirinya kemudian teringat sesuatu. "Tadi pagi kamu ketemu nenek?"

Pria itu mengangguk membenarkan. "Iya."

"Gimana kabar nenek?"

"Beliau baik, Ji."

"Bicarain apa tadi?"

Jake terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan Jina. Dirinya tidak mungkin memberitahu percakapannya dengan nenek tadi pagi. "Hanya bertanya mengenai bisnis."

"Oh.." Jina mengangguk, kemudian memfokuskan atensi menatap jalanan yang terlihat ramai, sepertinya memang festival kali ini mengundang banyak perhatian dari orang orang. Jina sendiri memang jarang datang ke acara seperti ini. Saat kecil orang tuanya terlalu sibuk, pernah sekali saat berusia sembilan tahun, orang tuanya mengajak dirinya dan Seeun untuk menyaksikan festival seperti ini, namun waktu itu, Jina ingat jelas kakaknya itu melarang dirinya untuk ikut.

Hingga sekitar lima belas menit terlewati, keduanya lantas sampai ditempat itu, kemudian turun dari mobil dan melihat hiruk piruk tepian sungai Han yang terlihat ramai. Juga trotoar yang banyak ditempati oleh berbagai macam penjual makanan.

"Astaga, ramai banget." Kaget Jina melihat keadaan sekitar.

Jake berguman."Kayaknya tahun ini lebih ramai."

"Jadi, ingin jajan apa dulu?" Tanya pria itu.

"Apa ya? Sebentar." Netra Jina beralih menyusuri berbagai penjual makanan. Dirinya kemudian menemukan penjual bungeoppangg, salah satu kue berbentuk ikan dengan isian kacang merah kesukaannya.

"Kamu suka bungeoppangg?" Tanya Jina, gadis itu berencana membeli jajanan yang dirinya dan Jake sukai.

"Suka."

"Ayo beli." Ujar si gadis bersemangat yang mendapat persetujuan dari si pria. Tak butuh waktu lama mereka mengantri untuk mendapatkan kue berbentuk ikan itu, keduanya kemudian melanjutkan perjalanan untuk menyusuri trotoar tersebut, lalu mendatangi beberapa penjual lainnya seperti penjual churros, es krim, hingga saat ini berada di kedai penjual hotteok.

Sesekali terkekeh ketika melihat pipi si gadis yang tampak menggembung akibat mengunyah panekuk itu. "Pelan pelan, Ji."

Menggeleng pelan, kemudian buru buru menelan makanannya, Jina lantas menyodorkan hotteok yang tinggal sesuap. "Ini enak loh, serius. Cobain."

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang