Jake tiba di rumah tepat pukul sembilan malam. Pria itu melangkahkan kakinya memasuki rumah sembari menenteng jas di tangan juga tas kantor yang biasa ia bawa, lantas mengerutkan alis takkala mendapati rumah yang terlihat sepi.
Jina belum pulang?
Seperkian sekon terdiam, dirinya kemudian berjalan menuju dapur ketika samar mencium aroma masakan, bisa saja Jina? Atau bibi Gyu yang memasak? Namun setahunya bibi Gyu selalu pulang sebelum jam sembilan malam. Seulas senyum mengembang diwajahnya ketika dirinya benar benar mendapati Jina yang terlihat di dapur, berkutat dengan peralatan masak tersebut.
"Masak apa?"
"Astaga!" Jina memekik, membalikkan badan takkala mendengar suara pria tersebut. "Jake ngagetin.."
"Oh ya?" Ujar Jake diselingi kekehan.
"Ngeselin." Si gadis terlihat mendengus kemudian memfokuskan atensi lagi untuk membuat tangsuyuk.
"Want me to help?"
"No need, its done." Jina mematikan kompor kemudian kembali berbalik menatap Jake. "Katanya jam delapan?"
"Ada kendala, Ji. Kamu juga baru pulang?" Tanya Jake, pasalnya Jina terlihat masih mengenakan setelan rapi kemeja dan rok. Hanya rambut gadis itu saja yang dikuncir asal, namun entah mengapa tambah terlihat lebih cantik di mata Jake.
"Sekitar tiga puluh menit yang lalu. Kak Rina ngajak mampir dulu tadi ke resto. Kamu belum makan kan? Atau sudah?"
Jake menggeleng. "Belum."
"Sana mandi, nanti aku siapin makan malamnya. Sekalian aku juga mau mandi."
"Bareng?"
"Hah?"
"Bareng?" Ulang Jake.
"A-apanya?"
"Mandinya."
Jina terdiam. Gadis itu masih memproses perkataan Jake yang terkesan ambigu untuk dicerna. Dirinya lantas menyilangkan tangan didepan dada dan mengernyit menatap heran pria didepannya. Sementara yang ditatap malah menaikkan sebelah alis.
"Are you horny right now?" Tanya Jina, membuat Jake sontak menyentil pelan dahi si gadis.
"Dirty mind. Maksudku kamu mandi aku mandi, begitu Ji."
Jina mengelus pelan dahinya kemudian terlihat terkekeh. Lagian, perkataan Jake pojok mananya yang tidak ambigu sih?
"Bercanda.." Ujar Jina.
"Tapi kalau kamu mau, ayo." Jake mengangkat sebelah sudut bibirnya, berniat menggoda si gadis yang sukses membuat Jina memerah. "Kamu yang mau, Ji?"
"E-enggak." Jina buru buru menyangkal. Kenapa jadi seperti ini, sih?
Jake sontak tertawa kecil, mengusap pelan pucuk kepala Jina sebelum berujar, "Iya bercanda, yasudah sana mandi. Let's have dinner after that."
"Jake." Panggil Jina sebelum pria itu beranjak dari dapur.
"Hm?"
"Kamu.. tadi nganterin Minjeong dulu?"
Si pria terlihat mengangguk, membenarkan perkataan si gadis. "Tentu, aku kesana juga kan sama dia."
"Oh.." Jina menganggukan kepala, tentu. Tentu saja, Jina tahu itu. Dirinya tahu jika Jake pergi ke Daegu juga bersama sekertarisnya. "Pantes lama."
"Tunggu, apa?"
"Apa?"
Jake terdiam. Mungkinkah Jina mengira jika dirinya terlambat pulang karena mengantarkan Minjeong?
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)