"Anything for you, my lady" Andai saja Jake dapat menyuarakan isi hatinya dengan mudah. Bukan berarti ia tidak berani, namun situasi dan kondisi belum memungkinkan untuk Jake mengutarakan semua perasaannya tentang Jina.
Pria itu jatuh cinta.
Pada seorang gadis yang saat ini tengah menatap lugu netranya, menanti jawaban atas pertanyaan yang gadis itu ucapkan.
"Tentu" Jawaban yang Jake keluarkan sangat berbeda dengan cara hatinya menjawab.
"Tapi kalau kamu sibuk, enggak apa-apa. Aku bisa ke sana sendiri"
"Aku mau nemenin, tapi ada syaratnya"
Jina lantas mengernyit heran. "Apa?"
"Kamu makan ya, Ji. Jangan nyiksa diri sendiri kaya gitu"
Sebenarnya bisa saja Jina berkata 'aku bisa kesana sendiri' namun, entah mengapa ada setitik rasa nyaman yang gadis itu rasakan takkala Jake menenangkan dirinya tadi. Gadis itu merasa ingin ditemani Jake disaat saat seperti ini, mungkin karena pria tersebut pandai dalam membuat suasana hati seseorang menjadi hangat?
Jina mengerucutkan bibir takkala Jake kembali menyuapinya. "Aku bikinin sup buat kamu, kenapa malah jadi aku yang makan?"
Pria itu lantas terkekeh. "Yasudah, ingin makan apa? Mau keluar?"
"Enggak, kamu harus istirahat"
"Aku ngga papa Ji, aku habiskan ini dulu, ya?"
"Kamu beneran ngga papa?"
"I'm ok"
Jina sendiri berpikir bukan pilihan yang buruk untuk keluar sekedar mencari angin, mungkin saja dapat menenangkan hatinya yang masih gelisah akibat memikirkan keadaan Chaeyun. Baru pertama kali ini juga mereka saling mendiamkan hingga hampir satu minggu, karena biasanya paling lama dirinya dan Chaeyun bertengkar hanya berlangsung tiga hari, tidak lebih. Dan ditengah problem nya, saat Jina ingin mengembalikan keadaan, kabar Chaeyun kecelakaan seolah menghantam dirinya dalam karang tajam. Gadis itu tidak bisa membayangkan kemungkinan terburuk jika Chaeyun tidak selamat.
"Pakai Jaketmu"
Interupsi lembut Jake berhasil membuyarkan lamunan gadis itu. Jina sontak menggeleng pelan "Baju ku udah tebel"
"Tetap saja diluar dingin"
"Enggak, tuh"
"Pakai Ji, atau mau pakai jaketku?"
"Ngga mau, besar"
"Ya memang aku besar"
"Apa?"
"Apanya?"
Gadis itu mengerjap menatap Jake sebelum beranjak dari duduknya. Sementara Jake terlihat terkekeh pelan.
"Yaudah aku ambil jaketku" Ucap Jina lantas melenggang keluar dari sana.
☆☆☆
Hiruk piruk jalanan malam terlihat ramai akan kendaraan yang berlalu lalang, angin yang juga terlihat tenang tetapi hembusannya sedikit bisa menembus permukaan kulit walaupun keduanya sudah memakai pakaian hangat. Saat ini kedua orang itu tengah berjalan di trotoar guna mencari restoran atau tempat makan. Jina lebih memilih berjalan kaki disekitar daripada menaiki kendaraan, karena memang tujuan sebenarnya gadis itu untuk sekedar mencari angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)