☆53

844 90 85
                                    

Jeon jina mengakui jika dirinya belum sepenuhnya paham mengenai kehamilan. Tentu saja, ini kehamilan pertamanya yang membuatnya harus banyak belajar hal baru mengenai ini. Salah satunya mengenai perubahan hormon yang sering terjadi, membuatnya beberapa kali menginginkan sesuatu yang bisa dibilang aneh oleh orang lain.

Seperti saat menatap buah mangga yang terlihat segar di seberang rumah walaupun hanya terlihat remang remang cahaya lampu, membuat Chaehyun mengumpat kasar dengan tanda tanya besar sebab ia yang disuruh untuk memanjat dan mengambil buah tak berdosa itu.

Bibi Gyu serta satpam yang ikut khawatir melihat Chaehyun kesusahan memanjat pohon mangga ikut memberikan arahan agar gadis itu tidak jatuh.

"Gabisa ji. Astaga. Gue udah telat banget ini harus nyelesaiin kerjaan gue!"

Jina mengerucutkan bibir sebal, "Yaudah turun aja. Emang kamu jahat ce sama anakku."

"Bukan jahat. Tapi kenapa harus gue yang manjat??? Itu ada pak satpam yang tadi nawarin manjat lu nya gamau?! Kenapa harus gue?" Chaehyun berdecak sebal, walaupun pohon mangga ini tidak terlalu tinggi dan ia memang memiliki skill memanjat, namun tetap saja ia merasa sedikit takut karena waktu sudah beranjak larut.

"Non biar saya aja ya, saya bisa ngambilnya." Ujar pak Satpam yang khawatir akan Chaehyun.

Jina menggeleng, ia menghela napas kesal. "Yaudah, gausah. Gajadi."

Perempuan itu berbalik dan hendak melangkah kembali ke rumah namun Chaehyun lebih dulu berteriak.

"EH, IYA IYA BENTARR GUE AMBILIN." Sahutnya panik, ia dengan cepat berusaha meraih satu buah mangga yang letaknya tak jauh dari jangkauan tangannya.

Jina kembali melihat Chaehyun lantas mengulas senyum kecil ketika melihat tangan Chaehyun sudah meraih buah itu.

Chaehyun menghela napas lega, ia segera melompat dari pohon lantas menyerahkan buah itu pada Jina.

"Anak Jake nyusahin banget gila. Awas aja kalau dia balik gue tagih imbalannya."

Jina menerima buah itu dengan senyumnya yang merekah, "Makasih.."

"Udah nih, boleh balik?"

"Iya sana, hati hati ya aunty" Sahutnya, menepuk-nepuk pundak Cahehyun sebelum berbalik berjalan memasuki rumah kembali, mengabaikan Chaehyun yang berteriak kesal.

"MINIMAL GUE DIBAGI"

Jina tertawa pelan, langsung membawa langkahnya menuju dapur untuk mencari pisau yang ia gunakan untuk mengupas buah mangga itu. Perempuan itu lantas mendudukkan diri pada meja makan sembari tangannya mulai sibuk mengupas.

Bibi Gyu membuntuti, mencoba menawarkan diri. "Biar saya kupaskan, nona."

"Tidak, bi." Tolaknya segera. "Saya bisa sendiri, bibi kalau ngantuk bisa langsung tidur saja."

Jina melirik jam pada dinding. "Sudah tengah malam, setelah makan mangga ini saya juga langsung tidur"

"Tapi nona—"

"Enggak apa-apa, bi." Ia menggeleng pelan. "Bibi tidur aja, oke?"

Wanita itu mengangguk. "Kalau butuh sesuatu anda bisa membangunkan saya, nona. Selamat malam."

Jina mengulas senyum tipis. "Terima kasih."

Setelah bibi Gyu melenggang pergi, ia kembali melanjutkan aktivitas mengupas mangganya. Buah itu belum sepenuhnya matang, namun Jina sudah merasa sangat ingin mencicip buah itu segera. Hanya suara detak jam pada dinding yang menemani dirinya saat ini, perempuan itu berharap jika Jake berada disini bersamanya mungkin akan lebih menyenangkan.

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang