"Aku bukan anak kandung bunda"
Netra Jina sontak membola mendengar penuturan Jake. "A-apa?'
"Papa sama bunda menikah setelah mama kandungku meninggal, Ji"
Jina kini terdiam, tidak merespon. Masih menunggu Jake bercerita kendati dirinya sangat merasa terkejut.
"Papa sama mama kandungku dulu menikah karena dijodohkan oleh nenek, disitu posisinya papa sudah mempunyai kekasih, yaitu bunda. Tak berselang lama, bunda juga menikah dengan orang lain. Bunda bercerai dengan suaminya yang dulu karena meninggal, sama hal nya dengan mama kandungku. Mamaku meninggal karena kecelakaan."
"Setelah itu mereka menikah, saat aku dan kak Heesung sama sama berusia satu tahun. Walaupun ditentang oleh nenek. Namun lambat laun nenek menerima pernikahan itu meski perlakuan nenek masih kasar ke bunda. Nenek juga belum bisa menerima kak Heesung."
"Jadi kamu tau kan kenapa marga nya kak Heesung beda?" Tanya Jake.
Gadis itu mengangguk menyetujui perkataan Jake. "Kak heesung bukan anak dari papa Shim?"
Jake mengangguk "Kak heesung juga kurang deket sama papa, sejak kecil dia memilih tinggal bersama om Lee atau kakaknya bunda. Baru setelah lulus tiga tahun lalu kak Heesung nyusul kita ke Australia dan mulai bekerja di perusahaan papa, sejak itu kak Heesung dan papa mulai deket, apalagi dengan kehadiran Ara."
Jina merasakan napasnya tercekat ketika mengingat moment tiga tahun lalu saat ia dan Heesung memutuskan hubungan. Jika waktu itu mereka tidak putus, mungkinkah Heesung tidak pergi kesana?
Yang lebih menyesakkan bagi gadis itu adalah mendengar cerita kehidupan Heesung, dirinya semakin merasa bersalah ketika sempat marah kepada laki-laki itu karena tidak pernah menceritakan ataupun mengenalkannya kepada keluarganya.
"Bunda ga pernah bedain aku sama kak Heesung, bunda menganggap aku seperti anak kandungnya sendiri, Ji" Lanjut Jake.
"Kamu sama kak Heesung deket?" Tanya Jina ragu.
Pria itu mengangguk "Iya, kak Heesung itu lebih dari sosok kakak yang baik buat aku, juga Ara."
Jina tentu setuju dengan pernyataan itu. Gadis itu semakin mengeratkan pelukan pada bantal yang berada di pangkuannya. Dirinya percaya jika Heesung merupakan sosok yang baik, siapapun pasti nyaman jika dekat dengan laki-laki itu, Heesung selalu menjadi rumah untuk Jina dulu, tempat berpulang dan menyuarakan keluh kesah, namun sekarang Jina menyadari jika dirinya dulu tidak menjadi rumah untuk Heesung. Heesung terlalu menutup dirinya dan tidak pernah menceritakan apapun kepada Jina.
"Sudah larut Ji, kamu tidur ya" Ucap Jake setelah melirik jam dan waktu menunjukkan pukul setengah satu.
Jina hanya mengangguk kemudian beranjak menuju ranjang sembari membawa bantalnya. Gadis itu tidak ingin berdebat dan memilih mengalah untuk tidur disana.
☆☆☆
"Kamu nanti pulang jam berapa? Mau aku jemput?" Ucap Jake kemudian menghentikan mobilnya didepan kantor Jina.
"Ngga usah, aku mau ke caffe dulu. Nanti mau keluar juga sama Chaeyun"
"Yasudah hati hati Ji, kalau butuh sesuatu kasih tahu aku"
Jina mengangguk kemudian keluar dari mobil itu. Dirinya kemudian mendapati Chaeyun yang juga baru keluar dari taxi. Setelah Jake kembali melajukan mobilnya, gadis itu beranjak menghampiri Chaeyun.
"Cieee yang baru pulang dari honeymoon" Ujar Chaeyun kemudian meraih tangan Jina dan menggandeng nya, mereka kemudian berjalan memasuki kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfickinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)