Song Recomendattion : I will go to you Like the first snow -Ailee_____
Suara kekehan gemas beberapa kali lolos dari sang pria yang saat ini masih mendekap wanitanya yang terlelap tenang. Jemarinya terulur memainkan pipi Jina, mengelus, menjawil, bahkan mencubit pelan. Namun tidak berdampak apa apa terhadap si wanita. Sebenarnya Jake sendiri tidak berniat membangunkan Jina, hanya saja melihat Jina yang meringkuk hangat dalam dekapannya membuatnya tidak bisa menahan diri.
Padahal ia pikir setelah dirinya membersihkan diri, dan membereskan semua- ehem, pakaian yang berceceran akibat semalam, ia akan mendapati Jina sudah terbangun. Tetapi tidak, setelah Jake selesai mandi tadi, pria itu malah merebahkan diri lagi memeluk Jina yang terlihat menggemaskan saat tertidur. Perempuan itu juga sama sekali tidak terusik dan malah kembali mendekapnya lagi.
Apa Jina memang selelah itu?
Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Masih terlalu pagi, memang. Toh minggu ini dirinya tidak niat untuk bekerja, pria itu akan memfokuskan waktunya bersama Jina hari ini, mengajak wanita itu kesebuah tempat dimana ia dan Jina pertama kali bertemu.
"Wake up, Ji"
Beralih mengelus pelan surai Jina, Jake kali ini berniat membangunkan sang wanita, berbisik pelan, "Let's have fun this weekend"
Maka, dengan itu, perlahan Jina membuka kedua kelopak mata. Menyadari jika saat ini dirinya bukan berada di kamarnya sendiri, melihat presensi Jake yang tersenyum ke arahnya dengan jarak sedekat ini membuat jantungnya seolah lompat dari tempat asal. Sial. Masih pagi, dan Jina sudah mendapati pemandangan indah seperti ini.
"Good morning" Ucap Jake, mengecup sekilas ranum Jina, kelewat cepat namun masih bisa membuat wanita itu terhenyak. Bahkan memori mengenai semalam masih teringat jelas dalam benak Jina, yang membuat pipinya saat ini memerah.
Perlahan menjauhkan diri, Jina beranjak duduk. Dengan tangan yang sibuk membenarkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang tak terbalut apapun.
"Kapan kamu bangun?" Tanya Jina, sedikit malu melihat Jake yang sudah rapi mengenakan pakaian sedangkan dirinya masih tak terbalut apa apa, juga mengamati sekeliling yang Jina seratus persen yakin pria itu yang membereskan semua.
"Setengah jam yang lalu" Jake menjawab, meraih ponsel diatas nakas yang berada di samping ranjang. "Mau breakfast apa ji? Aku pesenin, ya? Atau mau aku masakin?"
Jina menggeleng, melirik jam lantas menyahut, "Kamu ngga ke kantor kan?"
"Enggak, aku mau ajak kamu ke suatu tempat"
"Kemana?"
"Rahasia"
Sang wanita mengernyit, "Kenapa main rahasia rahasia?"
Jake sontak terkekeh, kembali meletakkan ponsel, "Kamu nanti juga tahu." Menjeda sejenak, pria itu mengusap tengkuk belakangnya, berdehem lirih "Sekarang bangun ya, bisa jalan?"
Jina sukses membelalakkan mata, terkejut dengan penuturan pria dihadapannya itu. Sejak kapan Jake berani berbicara se frontal itu? Membeku sejenak, perempuan itu lalu meraih bantal lantas memukulkannya bertubi-tubi pada sang pria yang malah tertawa kecil.
"Sana, deh." Sahut Jina kesal.
"Loh, aku salah?" Jake menyahuti, mengambil bantal itu agar Jina menghentikan pukulannya. "I'm just asking"
"Y-ya ngga usah nanya."
Kembali terkekeh, Jake menggeleng pelan. Lihatlah, padahal tadi malam Jina sendiri yang memulai. Namun melihat reaksi Jina seperti ini membuatnya ingin menggoda perempuan itu lagi. "Mau aku gendong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)