☆29

1.7K 247 48
                                    

Pada dasarnya memang manusia memiliki beribu topeng untuk menutupi keadaan sebenarnya, sifat sebenarnya, atau bahkan identitas sebenarnya. Jake tahu itu, dan percaya itu. Mungkin bukan hanya dirinya saja, satu keluarga Shim tahu dan mengerti, jika nenek memang seseorang yang baik, baik sekali, namun dalam sisi lain, ke baikan itu seolah menjadi kendali agar orang lain bisa berada di bawah genggamannya.

Tapi, wanita tua itu, tidak terlalu begitu terlihat jahat kok, kepada Jake. Tentu, cucu kesayangan, kebanggaan dan yang selalu diunggulkan. Untuk Jake, beliau ingin segalanya sempurna. Walaupun harus menekan Aeri pada akhirnya. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak Aeri di terima menjadi bagian keluarga Shim, ada satu syarat yang harus dirinya lakukan. Wanita itu tidak boleh membanding bandingkan Jake dengan Heeseung. Ralat, wanita itu harus lebih mengunggulkan Jake dalam bidang apapun. Seperti sekolah, pekerjaan, atau bahkan menikahkan Jake terlebih dahulu sebelum Heeseung.

Jake tahu akan hal itu, semua tahu. Namun entah dirinya, Heeseung atau bahkan papanya tidak bisa membantahnya. Bagi mereka, bagi keluarga itu, perintah nenek itu mutlak, wajib dijalankan dan dilaksanakan, hingga saat ini.

Saat mendapat telepon, tadi pagi, nenek berkata ingin menemuinya, sendiri. Setitik perasaan was-was berhasil menyerangnya, hanya setitik. Hingga saat ini, dirinya tengah duduk berada di belakang rumah. Sembari menyesap teh yang nenek buatkan untuknya, dan memandangi halaman belakang rumah. Menanti sekaligus menerka, sesuatu apa yang kali ini ingin nenek bicarakan padanya.

"Bagaimana kabarmu cucuku?" Nenek membuka suara setelah meletakkan kembali gelas yang berisi teh hijau hangat tersebut di atas meja.

Menghela napas sejenak, pria itu kemudian mengulas senyum. "Baik nek, seperti yang nenek lihat"

"Lalu bagaimana kabar pernikahanmu dengan Jina?"

"Pernikahan kami juga baik, semuanya berjalan dengan baik."

"Baguslah kalau begitu, lalu kapan?"

"Kapan?" Jake mengernyit heran.

"Kapan perempuan itu akan memberikanmu seorang putra?"

Jake hampir tersedak air liurnya sendiri, mematung tak percaya atas pertanyaan yang nenek lontarkan. Maksudnya, begini. Pernikahan dirinya dan Jina bahkan belum genap dua bulan, namun sudah beberapa kali dirinya mendengar keluarganya menyinggung mengenai seorang anak.
Bahkan yang lebih dari itu, pernikahannya masih belum didasari sebuah rasa cinta.

Tidak, Jake tentu tidak akan membebani Jina. Dia hanya ingin membahagiakan gadisnya, dirinya tidak akan pernah memaksa ataupun mendesak gadisnya untuk mencintai dirinya dan menerima dengan pasti pernikahan ini.

Pria tersebut terkekeh canggung. "Nek, aku sama Jina baru menikah bahkan belum genap dua bulan. Kami sendiri sedang memutuskan untuk fokus dalam karier terlebih dahulu, belum memikirkan tentang hal itu"

"Kamu bicara apa? Kamu tahu jika anak Aeri satunya itu akan menikah juga dalam beberapa hari lagi?"

Dengan tenang, Jake mengangguk. "Tentu nek, kak Heeseung sebentar lagi akan menikah. Lalu apa hubungannya?"

"Jangan sampai anak itu nantinya yang lebih dulu memiliki seorang putra"

"Memang kenapa? Apa masalahnya?"

"Tentu masalah. Kamu cucu kesayanganku, cucu kandungku, satu satunya kebanggaan nenek dan keluarga Shim, nenek ingin kamu lebih unggul dalam hal apapun dari pada dia. Nenek ingin orang lain memandang cucu nenek yang ini memiliki kehidupan yang sempurna, menjadi kebanggan keluarga"

Ini gila. Untuk seperkian detik Jake mengernyit, tak percaya. Nenek kembali lagi ingin mengendalikannya. Ingin membuat dirinya kembali dihantui rasa bersalah terhadap kakaknya sendiri? Tidak, dia tidak akan melakukan itu. Terlebih lagi sekarang fokusnya hanya untuk membahagiakan Jina.

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang