☆33

1.5K 242 61
                                    

Masih ada yang nungguin cerita ini ngga ya, hehe









Happy reading ♡











Setelah acara pertunangan sore tadi, saat ini kedua keluarga terlihat berkumpul, keluarga Shim juga keluarga Lee, terlihat tengah berbincang di ruang tengah kediaman keluarga Shim. Bahkan ada nenek yang saat tadi juga menghadiri acara pertunangan. Nenek terkesan ramah mengajak kedua orang tua Karina berbincang, menanyakan suatu hal dan juga sesekali menceritakan betapa kompeten dan pekerja kerasnya Heeseung. Terlihat sekali sebagai penyayang cucu. Padahal keluarga Shim tau bagaimana sebenarnya sikap nenek terhadap Heeseung. Pria itu bahkan diam diam menarik ujung bibirnya, mendengus geli. Baginya nenek yang terlihat memuji dan membanggakan dirinya terasa menggelitik untuk di dengar. Lucu, bagaimana wanita paruh baya itu seperti terlihat jelas mengenal dan memperhatikan dirinya, padahal jelas jelas tidak.

Jake yang duduk disamping Jina juga beberapa kali mengerjap, merasa takjub karena baru kali ini melihat nenek memuji Heeseung seperti tadi. Namun pria tersebut juga tidak terlalu fokus mendengarkan karena merasa sedikit pening. Ya memang kemarin saat di daegu dirinya memiliki jadwal yang sangat padat. Bahkan hanya memiliki waktu tidur sekitar tiga sampai empat jam.

"Jina"

Suara nenek yang memanggil Jina membuat Jake memfokuskan atensinya kembali untuk mendengarkan. Setitik perasaan was was juga berhasil menyerangnya. Pria itu takut jika nenek berbicara yang tidak tidak kepada Jina.

"Iya, nenek" Jawab Jina. Gadis itu juga sebenarnya sedikit terkejut ketika tiba-tiba saja nenek mengganti topik dan memanggil namanya.

"Kamu masih bekerja?" Tanyanya.

Jina spontan mengangguk. Tersenyum lembut lantas menjawab, "Masih, nek"

"Masih menjaga caffe juga?"

"Masih"

Wanita paruh baya itu terlihat mengangguk. "Pekerja keras sekali ya. Tapi kamu tidak melupakan tugasmu sebagai seorang istri, bukan?"

Ah, Jake benci ini. Kekhawatirannya benar benar terjadi. Nenek pasti mempertanyakan dan mengarahkan pembicaraan tersebut. "Tidak nek, Jina mengurusku dengan baik."

Jina sontak menoleh ke arah Jake ketika pria tersebut malah menjawab pertanyaan yang nenek lontarkan untuknya.

"Nenek bertanya kepada Jina, Jake."

"Sama saja, sudah aku yang mewakili menjawab." Ujar Jake lagi yang membuat Jina menggenggam tangan Jake bermaksud agar Jake tidak lagi membuat nenek kesal.

"Iya nek, tentu aku tidak akan melupakan tugasku." Gadis itu menjawab, mencoba meredakan ketegangan yang terjadi akibat ulah Jake.

"Bagaimana dengan memiliki seorang anak? Tugas seorang istri juga, bukan?"

Sial. Ketegangan benar benar terjadi. Terlihat jelas dari wajah Aeri dan juga tuan Shim, apalagi Jake. Pria itu bahkan terlihat menghela napas.

"Pa, kayaknya aku pulang duluan sama Jina. Sedikit ngga enak badan, belum istirahat sejak kemarin. Boleh?" Tanya Jake, beranjak dari duduknya.

Jina sontak mendongak menatap Jake. Tentu terkejut karena pria itu tiba-tiba memotong pembicaraan nenek.

"Kamu sakit, Jake?" Tanya Aeri, khawatir.

"Hanya lelah, bunda. Istirahat sebentar, besok juga sembuh"

"Nenek sedang bertanya, Jake." Ujar nenek, terlihat marah.

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang