☆10

1.9K 217 3
                                    

Barangkali Jeon Jina sudah menyiapkan jawaban dan keputusan atas semua pertanyaan yang mengusik pikirannya sejak kemarin, namun gadis itu masih terlihat cemas dan ragu. Mungkinkah keputusannya nanti benar untuk dirinya sendiri dan semua orang? Atau bahkan hanya menjadi kebenaran untuk sebelah pihak?

Jeon Jina menatap langit malam dengan hiasan bintang yang terhalang oleh kaca besar yang berada di caffe dalam mall. Jemari gadis itu saling bertaut, terlihat sekali kecemasan dari wajah cantik itu. Sekitar sepuluh menit dirinya menunggu, akhirnya sesorang yang ia nantikan datang.

"Jina"  Sapaan pertama dari Heesung membuat gadis itu menyunggingkan senyumnya.

"Maaf lama, sedikit macet saat dijalan tadi"

"Ngga papa, ngga lama kok, baru sekitar sepuluh menit"

"Mau pesen apa kak?" Tawar Jina saat laki-laki itu sudah duduk didepannya.

"Americano aja"

Jina mengangguk, dirinya kemudian memesankan dua gelas Americano, gadis itu sengaja tidak memesan duluan dan lebih memilih menunggu Heesung.

Setelah beberapa waktu keduanya sama sama hening dan menyesap menikmati minuman itu, Heesung lebih dulu membuka obrolan dengan Jina. "Kamu kesini sama siapa?"

"Chaeyun, tapi dia aku suruh pulang duluan tadi sama Jungwon"

Heesung mengangguk "Ngga kerja?" Tanyanya memastikan, sebenarnya Heesung sendiri sudah mengetahui jika gadis itu hari ini tidak berangkat ke kantor dari adiknya. Jake tadi ke kantor Jay untuk membicarakan suatu hal, dan dirinya tidak mendapati Jina.

"Eh, engga hehe.." Jawab Jina terkekeh.

Heesung terseyum, dalam hatinya mencelos ketika menatap Jina yang masih saja bisa tersenyum dan menutupi dirinya seolah gadis itu baik baik saja.

"Saya boleh tanya, Ji?"

Jina mengangguk ragu.

"Jujur saya masih kaget dan ngga percaya sama semuanya" Heesung terkekeh di sela sela ucapannya. "Takdir terlihat lucu mempertemukan kita lagi dengan keadaan seperti ini, saya tau kamu kemarin sama terkejutnya dengan saya. Tapi, saya boleh minta kamu jelasin yang sebenarnya? Tentang keputusan kamu yang nerima perjodohan itu?"

Jina terlihat menghela napas sebelum berucap "Ngga ada yang perlu dijelasin kak, itu memang keputusan aku sendiri nerima semuanya"

"Saya tau kamu dari dulu, Jina"

"Maksudnya? Apa maksud kakak aku nerima itu dengan terpaksa?"

"Kamu tau jelas maksudku" Jawab Heesung, laki-laki itu jelas tahu kehidupan Jeon Jina sejak dulu yang selalu menuruti kakaknya, dan menjadi boneka mainan kakaknya. Dirinya yakin, jika kali ini juga, jina membuat keputusan bukan dari dirinya sendiri.

Jina terlihat membenarkan posisi duduknya lebih tegap "Maaf sebelumnya kak, tapi hubungan kita sudah berakhir sejak tiga tahun lalu. Dan kakak sendiri sudah tau alasannya, tapi memang itu dulu. Bukan sekarang, dan aku ngambil semua keputusan ini bukan dari paksakan siapapun, termasuk kakakku. Jadi, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, bukan?"

Heesung tertegun mendengar jawaban gadis di depannya, namun dirinya masih belum percaya. "Jangan mencoba berbohong, Jeon Jina"

"Apa aku terlihat berbohong?"

Pertanyaan dari Jina membuat Heesung menatap lekat netra gadis itu, mencoba mencari celah kebohongan, namun sayangnya tak ia temukan. Heesung sedikit terkejut, ini memang Jina yang semakin pintar berpura-pura atau yang dikatakan gadis itu memanglah hal yang sebenarnya?

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang