Angin malam yang cukup tenang, juga hiasan bintang dilangit yang menambah kesan menyenangkan bagi para pasangan yang sedang berlalu lalang di sekitar menara Eiffel. Memang negara ini sangat patut disebut sebagai negara romantis, Jina sekarang percaya akan itu kendati dirinya tidak merasa sedang berada di moment itu. Gadis itu mendongak menatap bangunan menara yang menjulang tinggi tersebut, terkagum beberapa saat dengan keindahannya.
Di sisi lain, Jake yang berada di sebelah gadis itu, malah terlihat fokus memandangi Jina. Sudah tiga hari mereka berada di negara ini, dan malam ini merupakan hari terakhir sebelum besok pulang kembali ke Korea. Berbagai hal yang dilewati Jake bersama Jina walaupun dibilang tidak seperti pasangan pada umumnya, namun pria itu merasa senang melihat gadisnya yang juga terlihat senang mengunjungi negara ini.
"Maaf bikin kamu terjebak dalam pernikahan ini, Ji"
Ucapan dari Jake yang tiba-tiba sontak membuat Jina menoleh menatapnya, gadis itu terlihat terkejut atas perkataan Jake.
Jake kemudian meraih sebelah tangan gadis itu lalu menggenggamnya yang membuat Jina membeku beberapa detik, netranya menatap Jake dengan tatapan bingung.
"Dari arah timur, orang yang pakai baju serba hitam, pakai masker sama topi, dia orang suruhan papa. Lebih tepatnya nenek yang menyuruh"
Jina sontak membelalakan matanya, gadis itu berniat menoleh untuk melihat orang yang dimaksud Jake namun ucapan Jake lebih dulu menghentikannya.
"Jangan manoleh Ji"
"Kenapa?" Tanya gadis itu, dirinya sungguh tidak mengerti maksud semua ini. Untuk apa nenek menyuruh orang mengikuti dirinya dan Jake, bahkan sampai ke Paris?
"Nanti ketahuan, dari hari pertama kita trip dia selalu ngikutin kita. Kamu ngga sadar kan?"
"Dari awal?" Tanya gadis itu masih terkejut.
Jake mengangguk "Iya"
"Astaga, untuk apa?"
"Sambil jalan ya, sorry for do it" Ujar pria itu kemudian merangkul pundak Jina. Gadis itu tertegun merasakan tangan Jake yang melingkari pundaknya. Ada perasaan aneh yang menghampirinya ketika ia merasakan itu, yang jelas bukan perasaan cinta ataupun senang.
Mereka kemudian melangkahkan kaki menyusuri jalan dengan posisi Jake yang masih merangkul pundak gadis itu juga Jina yang memasukan tangannya kedalam saku jaketnya. Mereka hendak menuju restoran untuk melakukan dinner.
Setelah sampai disana Jake terlihat tengah berbicara dengan pelayanan resto menggunakan bahasa Perancis untuk memesankan makanan. Jina sendiri sampai tertegun melihat Jake yang memang dari awal mereka kesini, pria itu terlihat lihai berbicara bahasa Perancis.
"Kamu pintar berapa bahasa, Jake?" Tanya Jina penasaran ketika mereka sedang menunggu makanan.
Jake terkekeh sebelum menjawab. "Tidak banyak, hanya empat"
"Itu banyak namanya" Sarkas Jina yang membuat pria didepannya kembali tertawa kecil.
"Iya empat termasuk Korea sama Inggris, jadi cuma dua yang bisa dibilang aku pelajarin banget"
"Apa aja?"
"Jepang sama Perancis"
Jina hanya mengangguk sebagai respon, sedikit terkagum karena dulu dirinya belajar bahasa Inggris saja susah. "Kamu belum jelasin tentang orang tadi"
"Orang tadi? Suruhan nenek buat ngawasin kita"
"Kenapa nenek kamu nyuruh orang buat ngawasin kita?"
Jake menggelengkan kepalanya "Aku ngga tau alasan jelasnya, tapi sepertinya nenek curiga jika kita hanya berpura-pura"
Jina mengernyit kebingungan "pura pura?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)