Jake menyenderkan badannya ke kursi dan terlihat melipat kedua tangannya di depan dada, laki laki itu kemudian memejamkan mata sejenak, sedikit merasa pusing setelah meeting nya tadi.
Tak lama terlihat seseorang memasuki ruangannya dan langsung mendudukkan diri disofa yang terletak disana.
"Kenapa lo? Keliatan lesu gitu"
Jake membuka matanya dan mendapati Sunghoon. "Ngga papa, kurang istirahat"
"Wih, berapa ronde semalem sama Jina?" Ucap Sunghoon sembari mengambil pisang yang terletak di meja lalu mengupasnya.
"Jangan ngawur." Tegur Jake.
Sunghoon terkekeh kemudian membuang kulit pisang itu ketempat sampah dan menghampiri meja Jake lalu duduk dikursi depannya.
"Apanih?" Tanya pria itu ketika melihat sebuah kotak bekal berada di meja.
"Lo liatnya apa?" Jake kembali bertanya.
"Maksud gue tumben amat bawa ginian? Boleh gue liat?" Tanya Sunghoon kemudian berniat membuka kotak bekal itu, namun belum sempat ia memegang, Jake sudah lebih dulu mengambilnya dan meletakkan itu didepannya.
"Ngga boleh."
Pergerakan cepat dari Jake membuat laki laki itu sedikit terkejut. "Kenapasih? Liat doang, ngga minta."
"Don't touch it."
"Cuman mau liat isinya, ngga akan gue comot" Geram Sunghoon.
"Makannya punya istri."
"Oh, shit. Itu dari Jina?"
Jake hanya menjawab pertanyaan Sunghoon dengan anggukan.
Sunghoon kemudian terkekeh pelan "Iya iya yang sekarang punya istri, istri pajangan kan"
"Go away"
"Ampun pak" Ujar Sunghoon diselingi kekehan. "Tapi lo beneran ngga ngelakuin itu semalem, sama Jina?"
"Hoon, pintu disana"
"Eh, gue nanya serius"
Jake menghela napasnya kasar "Gue bilang, jangan ngawur"
"Loh ngawur apanya? Jina udah istri lo kali, berhak lo ngelakuin itu"
"Ngelakuin atau ngga bukan urusan lo, ngapain kesini?" Tanya Jake berusaha mengalihkan topik.
"Lagian Jina kenapasih ngga nerima lo aja? Jadi suami istri beneran, kan beres. Gua ngga mau muji tapi, lo kurang apa coba?"
"Ngga segampang yang lo pikir hoon, ngapain kesini?" Tanya Jake lagi.
"Cuman mau ngasih tau aja, sorry gue belum nemu info lagi tentang keluarga nya Jina, kecuali.."
"Kecuali apa?"
"Nama aslinya"
☆☆☆
Jina menatap dua lembar tiket pesawat yang berada ditangannya, dia tertegun beberapa saat ketika melihat tujuan yang tertulis di tiket itu. Paris, ibu kota dari negara indah yang mempunyai menara Eiffel tempat dimana ia dulu sangat menginginkan untuk pergi kesana bersama seseorang di masa lalunya.
Lee Heesung, selalu ada objek yang mengingatkan Jina akan laki-laki itu. Rasa bersalah, penyesalan, juga kesedihan yang entah sampai kapan Jina akan memendam semua itu. Meletakkan dua lembar tiket itu kedalam tas, Jina kemudian keluar kamar dengan pakaian rapi nya dan mendapati bibi Gyu sedang membersihkan ruangan tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)