Uwwu uwwu dulu sebelum sad ending😃
Siapin kipas
[Melindungi diri dari amukan readers]-
Tangan cantik itu sibuk menata beberapa makanan pada meja makan, senyumnya mengembang setelah melihat beberapa makanan tersebut sudah tertata rapi. Jina menghela napas, melakukan peregangan setelahnya. Wanita yang mengenakan kaos putih pendek lengkap dengan sweater yang membalut tubuhnya dengan rambutnya yang ia kuncir asal itu cukup merasa lelah karena memasak beberapa makanan untuk Jake, mungkin efek tubuhnya yang memang sejak pagi kurang fit.
Saat berkata jika akan pulang terlambat Jake benar benar melakukannya. Ini hampir jam sepuluh malam dan pria itu belum sampai rumah.
Berniat akan mendudukkan diri pada kursi didepan meja makan, Jina yang tadinya ingin menunggu Jake sembari menonton drama pada layar handphonenya mengurungkan niat, karena suara bel terdengar. Dan entah mengapa perasannya saat ini merasa senang, wanita itu bahkan berlari kecil untuk segera membuka pintu.
Sejenak Jina menghentikan langkah, melepas ikatan rambutnya, kemudian perlahan ia menyisir rambut dengan jemarinya. Setelah dirasa cukup rapi, wanita itu bergerak membuka pintu dan mendapati Jake yang menenteng Jas juga tas yang biasa Jake bawa ke kantor, sehingga menyisakan kemeja putih yang membalut tubuh pria itu.
"How's your day?"
"Loh" Jina melipat kedua tangan didepan dada ketika mendengar pertanyaan Jake. Netranya menyipit, dengan bibir yang mengerucut sebal. "Curang, harusnya aku yang nanya duluan"
Jake terkekeh, melangkah mendekati Jina kemudian mencubit pelan pipinya. "Satu kosong"
"Hhh" Jina memghela napas, melanjutkan, "Kamu sendiri?"
"Berjalan baik, Ji. Tapi mungkin sedikit lelah" Jake menjawab, menaikkan sebelah alisnya menatap Jina. "Mungkin lelahnya hilang kalau di peluk kamu"
Jina sontak terkekeh kecil. "Modus"
"Can I..?"
Terdiam sesaat, Jina mengulas senyum. Ia lantas melebarkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan Jake. "Of course"
Mendapat persetujuan seperti itu membuat Jake menarik tubuh Jina dalam dekapan. Pria itu memejamkan mata, menghidu wangi tubuh wanitanya yang membuatnya merasa tenang. Ia juga merasakan elusan pelan pada punggungnya yang membuatnya semakin ingin menghentikan waktu.
"You've worked hard today.." Jina berucap, ikut memejamkan mata sembari mengelus pelan punggung suaminya.
Jake berani bersumpah, Jika memeluk Jina adalah sebuah kenyamanan yang benar benar menenangkan. Seolah rasa lelah, cemas, ketakukan, dan perasaan lain yang mengganggunya dapat hilang dalam sekejap. Ia benar benar dapat menemukan definisi pulang yang sesungguhnya.
"Udah, ya. Makan dulu" Setelah beberapa menit, Jina berujar. "Mau makan atau mandi dulu?"
Perlahan Jake melepas pelukan, menatap wanita itu. "Kamu udah makan?"
Mengangguk pelan, Jina lantas meraih jemari Jake dan menuntun pria itu ke arah meja makan. Ia tersenyum senang, entah mengapa sangat bersemangat untuk menunjukkan masakannya pada Jake.
"Aku bikin rose pasta buat kamu" Ujar wanita itu, mengambil sesuatu dari dalam kulkas. "Sama ini, mintchoco cake yang kamu tadi minta"
Jake mengulas senyum, mengelus surai atas Jina sebelum mendudukkan diri pada kursi dengan perasaan senang ketika melihat beberapa makanan yang tersaji. "Thank you baby"
Jina mencibir, mendudukkan diri sebelah Jake sembari mengamati pria itu yang mulai sibuk memakan masakannya.
"Gimana? Enak?" Tanya wanita itu eksaited. Dirinya sebenarnya mengharapkan review jujur dari suaminya itu. Karena selama ini Jake tidak pernah memprotes masakannya membuatnya tidak tahu apa yang memang benar benar Jake sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONDITIONALLY
Fanfictionkinda 17+ Kehidupan Jeon Jina seperti dipermainkan oleh kakaknya sendiri. Dia dipaksa untuk selalu menuruti permintaan kakaknya bahkan mengenai masa depan dirinya sendiri. - #1 in Jungwon (03.03.22) #1 in Sunghoon (12.6.22) #1 in Jay (04.10.22)