☆20

1.7K 204 31
                                    

Jina dan Ara kini tengah berada diruang tengah, mereka terlihat sedang menonton kartun sembari memakan camilan dan sesekali bergurau. Jina tak henti hentinya mengajak Ara berinteraksi agar gadis kecil itu tidak canggung lagi saat bersama dengannya. Dan dengan mudah Jina berhasil membuat Ara lebih banyak berbicara dan bercerita sesuatu.

"Kak Jina.."

Panggilan dari Ara membuat Jina menoleh menatap gadis kecil itu. "Iya?"

"Kak Jake masih lama ya?"

Jina terdiam, terlihat berpikir. Gadis tersebut juga tidak tahu Jake pergi kemana dan seberapa lama. "Mungkin sebentar lagi, kak Jina telepon dulu ya"

Ara mengangguk dengan semangat. Jina kemudian meraih handphonenya lalu mencari nomor Jake untuk ia hubungi. Nomonya aktif namun Jake tidak mengangkat telepon itu. Tak lama terdengar suara mobil yang membuat Jina menoleh dan mematikan sambungan telepon itu.

"Itu kayaknya kak Jake, ayo kita lihat" Ujar Jina lantas kedua orang itu beranjak untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka, benar saja. Jake terlihat berjalan sembari membawa sesuatu.

"Kak Jake!" Panggil Ara semangat. Gadis kecil itu lalu berlari kecil ke arah Jake sembari merentangkan tangannya.

Jake yang melihat itu terkekeh kecil dan menyambut pelukan Ara sembari berjongkok. "Hello my Princess"

"I miss you so much!" Ucap Ara yang masih berada dipelukan Jake.

"I miss you too honey" Jake mengelus pelan rambut Ara. Laki laki itu kemudian melepas pelukannya dan beralih menyerahkan sesuatu yang ia bawa tadi kepada Ara.

"I have something for you"

"Cokelat!" Ucap Ara semangat.

Jina yang melihat itu sontak membelalakkan matanya. "No..."

"Kenapa Ji?"

"Ara ngga boleh makan coklat sama bunda, beberapa hari lalu giginya sakit" Jina menjelaskan.

Jake lantas terdiam kemudian menatap Ara. "Benar?"

Ara hanya mengangguk lugu. "Mau.." Ucapnya lirih.

"Ngga papa, nih" Ujar Jake lagi, menyerahkan kotak coklat itu ke Ara. Fyi, Jake memang lemah terhadap anak kecil, mendengar suara lembut Ara yang terlihat sangat menginginkan itu membuatnya tidak tega.

"Jake, jangan" Sarkas Jina.

"Ngga papa Ji, Ara nya mau"

"Tapi bunda ngga ngebolehin"

"Jangan kasih tau bunda"

"Enggak. No, gaboleh. Yang lain aja, jangan cokelat, nanti giginya sakit"

"Sekarang kan udah sembuh"

"Nanti kalau sakit lagi, gimana? Jake kamu harus tegas sama anak kecil kalau menyangkut kesehatannya, kamu ke adikmu aja ngga tegas gimana ke anakmu nanti?"

Terjadi keheningan setelah itu, Jake terdiam menatap Jina, gadis itu kemudian tersadar akan ucapannya. "Ah maksudku, itu, maksudku bunda udah ngewanti wanti supaya Ara ngga makan coklat untuk sementara ini."

Jina lalu menghela napas sebelum mengambil alih dengan perlahan kotak cokelat yang berada ditangan Ara itu. "Jangan ya sayang.."

Setelahnya, Ara hanya terdiam menatap Jake. Laki-laki tersebut juga bingung mau bagaimana. Dirinya lantas tersenyum menangkup pipi Ara. "Want something else baby?"

Ara hanya menggelengkan kepalanya yang membuat Jina jadi merasa tidak enak, tapi demi kesehatan gadis kecil itu dirinya harus tegas.

Tak lama kemudian terlihat bibi Gyu menghampiri mereka, wanita itu kemudian menyerahkan sesuatu kepada Jina, semacam catatan kecil yang bertuliskan bahan bahan masakan yang habis. "Permisi Tuan, Nyonya, ini saya sudah menuliskan bahan masakan yang tadi nyonya suruh"

UNCONDITIONALLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang