"Manusia apa yang sanggup melakukan semua ini!" geram Troy menatap kekacauan berdarah di depannya.
"Maaf semuanya, tapi aku mau muntah." Fiona segera berlari menjauh dengan tangan masih membekap mulut.
"Aku tidak mau muntah, cuma butuh udara segar. Aku akan segera kembali!" Himo ikut mengekor Fiona tanpa menunggu acc dari pemimpinnya.
Sementara itu Gama hanya bisa terpaku menatap tumpukan mayat yang terpotong-potong menjadi lima bagian, kepala yang masih menempel pada tubuh dengan kedua tangan dan kaki terpisah. Lalu di bawah semua itu terdapat genangan darah kental yang membanjiri hampir setengah isi ruangan.
Darah memercik kecil saat sepatu bot Gama melangkah masuk. Walau aroma busuk bercampur besi menguar tajam, tetapi dia tetap ke dalam untuk mencari bukti tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi.
Matanya mendekat ke tumpukan teratas yang tingginya mencapai pinggang dan melihat potongan tubuh mengenakan seragam biru muda dengan name tag Tony. Kulit yang berubah pucat tanpa adanya tonjolan pembuluh darah berwarna biru keunguan dan bola mata putih bersih menunjukkan korban tidak berubah menjadi zombi saat dimutilasi. Dia mundur tiga langkah dan berhitung paling tidak ada sepuluh tumpukan mayat di sini.
"Sepertinya kita berada di ruang ganti mereka," ucap Troy saat melihat barisan loker.
"Mereka masih hidup sebagai manusia ketika dimutilasi. Sepertinya dia yang bertanggung jawab untuk semua kebrutalan ini." Matanya melirik ke arah pria yang masih menggantung tak sadarkan diri di tangan rekannya.
"Pria sekecil ini?"
"Ada yang aneh dengan dia. Kita akan paksa dia bicara setelah sadar nanti."
"Bisa aku letakkan dia di sini? Aku mau memeriksa loker yang ada, siapa tahu aku bisa menemukan senjata lebih banyak lagi."
"Pastikan kedua kakinya terikat dan kamu bebas melakukan apa pun." Mata Gama terpaut ke pintu yang berada di sisi kiri dan berjalan ke arahnya.
Sampai di depan, pintu dibuka dan kegelapan menyambutnya. Tidak adanya zombi di area bawah, menurunkan pengawasan Gama. Tanpa menyalakan senter atau menyiagakan senjata, jari-jari tangannya menyusur dinding dan tak jauh dari pintu sebuah sakelar teraba. Suara klik terdengar dan sinar putih mengisi ruangan yang masih bersih dari mayat dengan beberapa dipan berjejer rapi.
"Troy, panggil mereka berdua masuk. Kita menemukan tempat istirahat."
.
.
."Whoa, nice! Aku tidak menyangka ada tempat yang masih bersih seperti ini. Mereka jelas memanjakan para polisi di sini dengan fasilitas yang tidak main-main." Himo mengedarkan pandangan penuh antusias.
Tiga dipan berbusa tebal yang panjangnya bisa menopang tubuh manusia dewasa, kaca besar yang masih bersih dari jamur, lemari kayu yang di dalamnya terdapat pakaian bersih, dan dua buah pintu yang mengarah entah ke mana.
Fiona masuk ke dalam dengan risih dan menghirup aroma lembab bercampur sedikit sabun yang menggugah rasa penasarannya. "Di sini ada kamar mandi?"
"Pintu kedua di kanan, kamu akan menemukan shower lengkap dengan air panas." Tunjuk Gama.
"Aku mandi duluan! Aku sudah mau buru menghilangkan sisa otak dan darah yang menempel di rambut."
"Lady first, Himo. Akademi tidak mengajarkan jenis sopan santun itu?" balas Troy sambil menutup rapat pintu dan mengganjalnya dengan lemari kayu yang berukuran besar.
Setelah menjemput Himo dan Fiona di sisi lain lorong, mereka berempat kembali masuk ke dalam setelah sebelumnya menguras habis senjata yang tersisa di gudang senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!
Mystery / ThrillerBUKU PERTAMA Genre : action, thriller, sci-fi, minor romance. R-18 : blood, gore. Ledakan terjadi di instalasi penyakit menular di gedung kesehatan di kota Arkala. Sebuah virus yang tengah diteliti di dalam fasilitas kesehatan teraman di kota akhirn...