Bab 27

1K 217 13
                                    

"Maaf."

Gama tiba–tiba mendorong tubuh Fiona keras. Licinnya lantai serta sebaran benda asing di bawah membuatnya terjatuh.

"Lari!" teriak Gama menggelegar.

"Tidak, Gama!" Perempuan itu balik memekik. Tangannya menjulur ke depan, berharap menangkap bagian tubuh Gama. Namun, hanya kekosongan yang berhasil digenggamnya.

"Gama!"

"Fiona, lari!" Teriakan yang lebih keras mengundang para mayat hidup dan makhluk bermata merah untuk mendekat.

Goresan kuku menyobek kulit. Tetes air liur menjijikkan menyimbah tungkai dan lengan yang tidak berhenti menyepak dan memukul kuat. Mempertahankan diri untuk memberi waktu Fiona melarikan diri.

"Aku akan memancing mereka. Sekarang keluar dari sini!" perintahnya lagi.

Fiona tidak lagi menjawab. Tangan yang semula mengulur, kini ditariknya dekat ke dada. Merasakan napasnya tersendat di kerongkongan dan air mata menitik dari puncanya.

"Pergi!"

Dengan lutut bergetar, Fiona bangkit dan beranjak lari menjauhi suara sang tentara. Tungkainya menerjang kegelapan. Beberapa kali dia merasakan sekelebat angin menerpa sisi kanan dan kiri tubuhnya. Namun, tidak dihiraukannya. Dia terus menerobos rombongan mayat hidup yang berlarian menuju sumber suara.

Gama. Maafkan aku. Maafkan aku.

Tetes air mata berderai semakin deras. Berlari tanpa tahu arah, tiba–tiba pergerakannya terhenti saat silau sinar putih menyorot dari arah depan.

"Fiona merunduk!" Suara Troy terdengar di antara kilau cahaya yang membutakannya.

Tanpa menunggu perintah kedua, dia segera berjongkok.

Suara desing peluru riuh melewati atas kepalanya. Bunyi gedebuk terdengar bertubi–tubi. Menghilangkan suara erang lapar yang sebelumnya memenuhi ruangan.

"Gama!" seru Himo, "di mana?"

Sinar putih menerangi ruangan yang hanya mengenal warna merah. Potongan tangan berkuku tajam yang masih menggeliat, tulang belulang bersih tanpa sisa otot, dan isi perut yang mengular menjijikan. Begitu juga belasan kepala manusia berekor tulang leher dan bermata merah yang menggelinding menjauhi sinar.

Fiona yang penglihatannya sudah kembali, berteriak histeris saat menyadari makhluk apa yang sedari tadi dihadapi.

"Aku di sini!" Pria itu berjalan cepat ke tempat Fiona berjongkok.

"Cepat!" teriak Troy masih menembaki mereka yang masih berusaha mendekat.

Gama meraih bahu Fiona yang bergetar hebat dan membawanya keluar menuju pintu yang terbuka lebar.

"Tutup!" teriak Himo kepada Troy ketika mereka berdua sudah melewati pintu.

Sampai di tempat kaya sinar, Gama segera menangkap tubuh Fiona yang tiba–tiba melungkai. Jerit ketakutan masih lolos dari bibirnya.

"Sstt, kamu tidak apa–apa. Kita selamat," bisiknya berulang–ulang kali di telinga Fiona. Tangannya melingkar kuat di bahu dan pinggang kecil Fiona, menahan tubuhnya untuk tidak merosot.

"Kita harus pergi dari sini!" ucap Himo setengah memaksa.

"Ada apa dengan dia?" tanya Minsana yang baru saja mendekat bersama kedua kawannya.

"Neraka. Dia baru saja melihat neraka di dunia," balas Troy.

"Ne-neraka?" Yona beringsut mendekat ke Minsana.

Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang